Anak ketiga adalah Anto laki-laki berusia 18 tahun baru saja tamat SMA. Anto belum melanjutkan pendidikan. Sewaktu SNPTN Anto kalah dan
memutuskan untuk menganggur setahun dulu. Sehari-hari Anton ikut rasidah keladang itupun kalau Anton mau apabila dipaksa keladang setiap hari anton
sering marah-marah dan mengamuk dan malam harinya tidak akan tidur dirumah dan menginap dirumah temannya. Dan membuat beban bagi keluarga karena
harus mencarinya. Menurut Rasidah yang sebagai tulang punggung keluarga akan memperjuangkan agar Anton tetap Sekolah supaya ada yang kuliah dan bisa
menjadi pegawai dan bisa nantinya membanggakan keluarga, bisa menjadi kepala keluarga yang baik dan mengangkat martabat keluarga .
4.2.4 Ibu A Padang
Ibu A br Padang perempuan berusia 41 tahun. Informan dulu menikah dengan bapak N. Kabeaken alm. Informan ini sudah cukup lama tinggal di
Sidiangkat. Informan lahir di desa Sidiangkat tahun 1970 di Kuta Padang Kelurahan Sidiangkat Kabupaten Dairi. Pendidikan terakhir informan hanya
sampai SMP saja. Informan adalah seorang janda dengan 5 orang anak. Anak pertama perempuan berusia 25 tahun, anak kedua perempuan berusia 21 tahun,
anak ketiga perempuan berusia15 tahun, anak keempat perempuan berusia 13 tahun dan yang paling bungsu laki-laki berusia 10 tahun. Suami informan
meninggal ketika si bungsu masih berumur 5 bulan. Almarhum meninggal diakibatkan kecelakaan bus yang di tumpangi jatuh ke jurang sewaktu informan
ingin ke Aceh Singkil untuk mencari “Wallet” Sehari-hari informan bekerja di ladang untuk mencari nafkah dan dibantu
oleh anak perempuannya. Anak perempuan yang masih bersekolah membantu
Universitas Sumatera Utara
orang tuanya sepulang sekolah. Selama menjawab pertanyaan informan terlihat sangat antusias meski terlihat wajah kelelahan, informan baru saja pulang dari
ladang padahal waktu sudah menunjukkan 18.45 . Sepulang dari ladang informan langsung mandi di sungai yang dekat dengan kebunnya. Pulang dari kebun
informan terlihat membawa biji kopi yang belum dikupas kulitnya, dijunjung di atas kepalanya dan terlihat ember di tangan kanannya membawa kain basah
sedangkan anak perempuannya terlihat membawa biji kopi di di goni dan ember di tangan kiri yang berisi sayur-sayuran untuk makan malam nanti. Ternyata
sebelum keladang mereka membawa pakaian kotor dan sepulang dari ladang mereka menyempatkan mencuci dan mandi di sungai. Sesampai di rumah anak
perempuan langsung membereskan rumah dan memasak. Tidak terlihat anak laki- laki informan, menurut pengakuan informan anak laki-lakinya sepulang sekolah
langsung les bahasa inggris dan matematika ke kota. Dan sampai sekarang belum pulang.
Anak perempuan pertama informan bernama Intan. Intan sempat dahulu kuliah di Medan sampai semester 2 dua tapi semanjak ayah mereka meninggal
Intan tidak mau lagi kuliah. Menurut informan, Intan merasa semenjak kepergian ayahanda keadaaan ekonomi keluarga semakin terpuruk . Anak perempuan kedua
juga seperti kakaknya tidak bersekolah ke perguruan tinggi memutuskan membantu ibu saja. Adik mereka masih banyak yang kecil dan butuh bimbingan
merupakan salah satu alasan mereka. Anak perempuan yang ketiga dan keempat sampai saat ini masih bersekolah di SMA dan satu lagi di SMP sedangkan anak
laki-laki paling bungsu masih SD. Menurut ibu A. Padang apapun akan dilakukan agar anaknya laki-laki satu-satunya sampai pada cita-citanya karena
Universitas Sumatera Utara
nanti dia yang akan menggantikan bapaknya sehingga bisa mengangkat martabat keluarga.
Mereka tidak mendapatkan sedikitpun warisan dari keluarga ayah, semenjak ayah mereka meninnggal harta warisan dikuasai penuh oleh saudara
laki-laki tertua dan paling bungsu dari keluarga ayah. Tidak diketahui kenapa alasan mereka tidak mendapatkan harta sedikitpun. Menurut ibu A. Padang
seandainya suaminya masih hidup pasti mereka masih dihargai dan mendapatkan warisan. Dari orang tua ibu A. Padang sendiri informan tidak mendapatkan harta
selain oles dan pakeen pakaian dari ibunya saja. Semenjak itu informan harus bekerja keras untuk memenuhi nafkah bagi
anak-anaknya dan dibantu oleh anak perempuannya. Ia mengolah tanah hasil yang mereka beli dulu bersama almarhum suaminya. Menurut Ibu A.padang tanah
tersebut tidak terlalu luas tapi cukup untuk menanam kopi “sigalar utang”. Informan mengatakan kopi sigalar utang artinya cukup untuk melunasi hutang-
hutang di warung. Sebelum kopi panen mereka bisa mengutang dulu pada toke agen atau warung yang dekat dengan rumah, karena 2 minggu sekali pasti
mereka panen kopi dan hasilnya cukup untuk melunasi hutang dan makan sehari- hari.
4.2.5. Keluarga Bapak M. Bancin