Posisi Perempuan Dalam Upacara Adat

4.3.1 Posisi Perempuan Dalam Upacara Adat

Seperti halnya etnis lain di dunia, budaya etnis pakpak juga mengenal berbagai upacara. Mulai dari kandungan hingga akhir hayat manusia, etnis Pakpak mengalami dan melakukan berbagai jenis upacara. Jika diamati kedudukan perempuan dalam berbagai upacara adat selalu dinomorduakan atau dibawah laki- laki. Misalnya yang menjadi pemimpin, pelaksana utama dan juru bicara dari setiap upacara selalu laki-laki, sedangkan perempuan selalu dijadikan objek atau berada dibawah laki-laki. Contohnya dalam upacara perkawinan dimana istri hanya berperan sebagai pendamping para suami sehingga dalam proses pengambilan keputusan tentang bentuk dan jenis pesta berada di pihak laki-laki, dan tempat duduk perempuanpun harus berada dibelakang. Demikian juga juru bicara dan pemimpin upacara adat selalu laki-laki. Juru bicara perkata-kata dalam upacara-upacara adat pakpak sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan oleh perempuan. hal ini sama seperti yang diucapkan salah satu tokoh adat masyarakat setempat; M.Matanari, 65 tahun, laki-laki “selama ngeluhku madeng pernah kubettoh daberru gabe perkata-kata mella lot ulan marang pesta” Arti: selama aku hidup belum pernah kutahu perempuan jadi juru bicara dalam upacara maupun pesta Istilah-istilah adatpun banyak yang menggambarkan lemahnya kedudukan perempuan, misalnya istilah tokor berru dan mengkata utang dalam perkawinan seolah-olah perempuan barang dagangan. Seperti yang diungkapkan informan sebagai berikut: M.Angkat, 55 tahun, perempuan” “mella naing sijahe berru kennah mengkata utang lebbe asa i bettoh sadike tokor berru na nan. Asa boi langung pesta. Mella kisijaheken berru menter tokor berru ngo ikusoi kalak. Mella makin maharga tokor berru Universitas Sumatera Utara diri makin mantap dok deba” Arti: kalau ingin menikahkan anak perempuan harus “mengkata utang” berbicara berapa hutang yang harus dibayar jika ingin menikahi anak gadis orang agar tau berapa nanti harganya. Kalau sesuai bisa langsung pesta. Kalau kita menikahkan anak perempuan, langsung berapa harganya ditanya orang famili, rekan, tetangga dll kalau harga anak gadis kita mahal maka semakin baik dilihat orng. Semacam mendapat pujian. Contoh lainnya dalam memberikan kata-kata nasihat atau wejangan pada saat upacara perkawinan maupun kematian selalu didominasi oleh laki-laki atau minimal yang pertama tampil adalah laki-laki. Hal tersebut juga terlihat ketika peneliti mengikuti salah satu upacara adat perkawinan di lokasi penelitian. Upacara adat dianggap sebagai dunia laki-laki, pada kenyataannya tanpa peran perempuan dalam upacara adat maka upacara tersebut tidak akan terlaksana. Perempuan atau berru sangat berperan utama dalam menyumbangkan tenaga dan uangnya kepada kula-kulanya. Berikut hasil wawancara dengan informan; M.Angkat, 55 tahun, perempuan “mella lot ulan, kami akka berru i blakang ngo merdakan, marsigugu asa sakat pesta i nan. Mella kula-kula ijolo mo kalak i dah..” Arti: kalau ada acara, kami pihak perempuan dibelakanguntuk memasak, mengumpulkan dana agar berjalannya pesta. Kalau kula-kula di depan mereka seharusnya.

4.3.2 Posisi Perempuan Dalam Sistem Pembagian Harta Warisan