Posisi Perempuan Pakpak Dalam Pembagian Kerja

Terlihat dari informan anak perempuan tidak disebut sebagai anak tetapi berru hanya anak laki-lakilah yang dianggap sebagai anak. Hal yang sama juga diungkapkan informan berikut ini; M.Angkat, 55 tahun, perempuan “mella harta i, nasa dike i berre kalak turang nasi mo nijalo” Arti: kalau harta dari orang tua, berapa yang diberikan saudara laki-laki segitulah yang saya terima Terlihat perempuan pasrah saja dengan keputusan yang diberikan saudara laki-lakinya. Dominasi anak laki-laki dalam pengambilan keputusan dalam keluarga sangat dihargai dan disegani oleh para saudara perempuannya Ada 3 alasan mengapa anak perempuan pakpak tidak sebagai ahli waris secara normatif. 1. Berkaitan dengan persinabul juru bicara keluarga yang mengacu pada anak laki-laki oleh sebab itu dialah anak laki-laki yang dipandang sebagai penanggung jawab untuk meneruskan keturunan ayah dan marganya. 2. Anak perempuan dianggap sebagai anggota marga lain dan menikmati warisan dari mertuannya. 3. Mencegah penguasaan tanah yang terlalu luas oleh pihak marga penumpang suami dari anak perempuan.

4.3.3 Posisi Perempuan Pakpak Dalam Pembagian Kerja

Dari segi pembagian kerja masih cenderung terikat budaya yang membedakan pekerjaan perempuan dan laki-laki. Pada Masyarakat pakpak pekerjaan yang dilakukan oleh anggota keluarga baik di dalam rumah dan di luar rumah seperti di sawah, di ladang seluruhnya diatur oleh tradisi maupun Universitas Sumatera Utara kebiasaan masyarakat setempat. Orang tua mempunyai hak mutlak untuk mengatur pekerjaan yang harus dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan. Demikian juga orang tua sebagai pasangan suami istri mempunyai pekerjaan sendiri sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing dalam keluarga. Pada keluarga Pakpak jelas tidak berlaku anggapan bahwa istri hanya ditugaskan untuk mengurus rumah tangga dan dapur saja melainkan juga turut serta mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam pembagian kerja dibedakan dalam dua sektor yaitu sektor domestic dan sektor publik seperti berikut: Dalam pekerjaan domestik selalu diidentikkan dengan pekerjaan perempuan, antara lain: memasak, mencuci, merawat dan menjaga balita,melayani suami dan tamu. Dalam sektor public diidentikkan kepada laki-laki yaitu suami diproyeksikan sebagai kepala keluarga dan mencari nafkah, berada di sektor publik. Dalam kenyataan peran suami dalam mencari nafkah perlu dipertanyakan karena ternyata peran istri dan anak perempuan tidak terlepas dari aspek tersebut. Seperti ungkapan dari seorang ibu berikut ini; U.Angkat, 40 tahun, perempuan “gaji bapa kalak en oda ngo cukup menutupi mangan dekket sikkola kalak en. Kennah mango diri krejo asa cukup blanjo i sapo” Arti: gaji dari bapak anak-anak ini tidak cukup menutupi untuk biaya makan keluarga dan sekolah anak-anak. Saya harus bekerja diladang orang buruh tani agar biaya belanja dirumah cukup. Istri dan anak perempuan ikut bekerja di lahan pertanian baik diladang maupun disawah. Malah tidak jarang sumbangan perempuan dalam keluarga cukup besar bila dilihat dari intensitas, alokasi waktu yang digunakan dan Universitas Sumatera Utara jumlah uang yang disumbangkan untuk keluarga. Sementara pekerjaan rumah tangga hanya menjadi beban istri dan anak perempuan dan seolah-olah sebagai kodrati bagi mereka. Seperti yang diungkapkan informan berikut ini; Rasidah,25 tahun, perempuan “mella turang diri en ngo, mangan sambing ngo gegoh. Mella krejo enda lot ukurna mi si, mella mi juma naing kurang ndor lalap mulak. Sakat i sapo pe oda ngo lot krejona. Paling menonton, mi kedde marmeami rebbak denganna. Diri, enggo mulak i juma nai gellap kessa ari. Merdakan deng sakat i sapo, kipekade sapo deng” Arti: kalau saudara laki-laki saya ini hanya makan saja yang kuat. Kalau kerja satu pun tidak ada dikerjakan dari hati, kalau sedang diladang selalu ingin cepat pulang. Sampai dirumahpun tak ada yang dapat ia kerjakan. Hanya menonton, ke warung bermain dengan teman-temannya. Saya, pulang dari ladang kalau matahari sudah mulai gelap . sesampai dirumah harus memasak lagi, membereskan rumah lagi. Jawaban yang hampir sama juga diucapkan informan berikut ini; Diah, 25 tahun perempuan “tiap ari ngo weh kami mi juma,ki urus sapo deng, merdakan, karina mo. Naing laus nikate mengranto tapi ise ma mo nan ki urus sapo dekket omak en. Maseh ate menadingken. Mella turang diri en dike terharapken” Artinya: setiap harinya kami keladang, mengurus rumah lagi, memasak, semuanya lah. Niat hati ingin merantau tapi siapalah nanti yang mengurus rumah dan ibu disini. Kasihan dan tidak tega untuk meninggalkan mereka. Kalau saudara laki-laki ini tidak bisa diharapkan. Hal yang sama juga diungkapkan informan berikut ini ; M. Matanari, 65 tahun, 1aki-laki Universitas Sumatera Utara “krejo i enggo ngo i atur orang tuana. Biasana mella daberru krejon i sapo, mi juma mella lot dedahen na ketek deng i mo jaganna. Mella daholi mijuma mo, jarang kalon daholi geut merdakan. Oda ma krejon daholi i haa... “sambil tersenyum arti: pembagian kerja itu sudah diatur oleh orang tuanya. Biasanya perempuan mengerjakan pekerjaan rumah, keladang, kalau ada adik kecil itulah yang dijaganya. Kalau laki-laki jarang sekali mau seperti memasak. Itu bukan kerjaan laki-laki haa..sambil tersenyum. Diperkuat dengan jawaban informan berikut ini: A. Padang ,41 tahun, perempuan mella berru krina krejon i bahan. Kidedah, kiurus sapo dekket mijuma arti:Kalau anak perempuan hampir semua kerjaan rumah tangga dilakukan. Mulai merawat adik-adiknya, mengurus rumah dan pergi keladang. Ungkapan dari informan berikut ini juga memuji kalau anak perempuannya lebih bisa diharapkan dari segala bidang. Diperkuat dengan jawaban informan berikut ini; A.limbong. 50 tahun, laki-laki “ cardiken ngo mella berru en, marang merkade pe” Arti: Anak perempuan lebih cepat tanggap dalam hal apapun. Dari jawaban informan diatas sangat terlihat jelas bahwa selain bekerja mencari nafkah untuk keluarga anak perempuan juga harus bekerja di sektor domestik. Pembedaan ini merupakan beban bagi perempuan karena beratnya beban yang harus dipikul. Perempuan jauh lebih bertanggung jawab mengurus keluarga dibanding anak laki-laki. Pembagian kerja antara anak laki-laki dan perempuan dalam keluarga masyarakat Pakpak adalah: Pekerjaan yang di khususkan kepada anak laki-laki Universitas Sumatera Utara yaitu bekerja di ladang maupun di sawah untuk mencari nafkah bagi keluarga dan juga mengurus ternak . Alasan orang tua untuk memberikan pekerjaan seperti diatas kepada anak laki-laki adalah untuk mengajari anak tersebut agar bertanggung jawab dan dapat mencari nafkah bagi keluarganya setelah menikah. Orang tua tidak pernah mengijinkan anak laki-laki untuk mengurus rumah dan menjaga adik yang masih kecil serta mencuci pakaian. Pekerjaan anak perempuan, dikhususkan untuk mengurus rumah tangga yang mencakup memasak, mencuci, memberi makan ternak seperti babi dan ayam yang berada dipekarangan rumah. Selain itu anak perempuan juga harus ikut bekerja membantu orang tua untuk bekerja di ladang maupun di sawah untuk menambah penghasilan keluarga dan kadang anak perempuan juga harus bekerja menjadi tenaga upahan di Kota, atau kabupaten untuk menambah penghasilan serta untuk membiayai adik-adik yang sedang sekolah.

4.3.4 Hak Laki-Laki Dalam Keluarga Pada Masyarakat Pakpak