Nilai Ganda Posisi Perempuan dalam di dalam Masyarakat Etnis Pakpak

kopi,Sipata perari-ari diri i juma deba asa lot giam menokor minak makkan isapo” Arti: Kalau suamiku sesuka hatinya memberi uang belanja. Terpaksa saya ikut mencari uang, yang jelas sangat lelah. Setiap pagi saya memasak, pergi keladang. Pulang dari ladang sudah sore hari mulai gelap, memasak lagi. Membereskan rumah, mencuci, mengurus anak-anak. Semua saya kerjakan. Kalau belum panen kopi kadang menjadi buruh harian diladang orang supaya ada untuk membeli minyak makan dirumah. Dalam adat pakpak apabila memiliki suami anak paling bungsu di dalam keluarga. Maka sebagai istri harus bersiap sedia setiap ada acara pesta keluarga dilaksanakan dirumah suami itu sudah menjadi adat karena rumah beserta isi perlengkapan dapur yang ditempati adalah warisan dari orang tua suami. Seperti yang diungkapkan informan berikut ini, informan adalah seorang anak bungsu dalam keluarganya; A. Limbong, 50 tahun laki-laki “sapo en kan kalak inang nai, jadi mella lot ulan, kennah isen ngo ibaen. Enggo adatna bagi. Harus siap ngo diri mella anak siampunen”Arti: rumah ini warisan dari keluarga, jadi kalau ada acara, dirumah ini dilaksanakan. Sudah adatnya seperti itu. Kalau anak paling bungsu harus selalu siap sedia.

4.5 Nilai Ganda Posisi Perempuan dalam di dalam Masyarakat Etnis Pakpak

Perempuan Pakpak mengalami nilai Ganda dalam keluarga. Ketika sesuatu itu memiliki nilai maka hal tersebut adalah milik laki-laki sedangkan apabila mengarah pada tanggung jawab adalah milik perempuan. Seperti yang dapat kita dari penejelasan diatas yaitu hak dan kewajiban antara anak laki- laki dan perempuan. Terlihat ketimpangan gender yang sangat jelas. Laki-laki selalu mendapatkan hak istimewa. Perempuan selalu berkorban untuk Universitas Sumatera Utara kepentingan saudara laki-lakinya. Perempuan Pakpak rela mengalah untuk pendidikan saudara laki-lakinya, mendapat beban kerja yang lebih dikeluarga, mempunyai tanggung jawab dalam perekonomian keluarga, menjadi penyumbang materi dan tenaga untuk upacara adat, dan sebagai perawat orang tua jika orang tua sakit dan tua nantinya. Dalam kenyataannya keberadaan anak perempuan selalu di nomor duakan dari anak laki-laki. Dan tidak jarang laki-laki semakin menyalah gunakan hak-haknya tersebut, seperti yang di ucapakan informan berikut; M.Angkat 55 tahun, perempuan “ lot ngo tanoh bapa mbellang, tapi dak lalap ideai turang diri, lalap nina naing kibahan sapona, kibuka usaha. Bana kami berru pellen dapet 2 tapak kessa padahal kalak i ter sepululima, asal naing mendea tanoh bapa tikkan i waktu bapa gelluh deng oda pernah terjua kalak bapa en. Lalap i ueken kalak bapa kata anak ni. Padahal sabah dekket juma i kin kami kin berru ki bukka i, rambah kin gabe juma. Enggo kessa bagen i enget poda cituk kami. Cituk poda kami iberre. Pas inang mersakit sada poda geut turang nami en kipedateken marang ki urus pertua. Dom su alasenna. Imo lalap bahan perubaten. Haahh..... lejja kalon gabe berru en, oda adil niakap” Arti: Ada tanah ayah sangat luas, akan tetapi saudara laki- laki selalu menjual harta tersebut. Selalu alasan mereka ingin membangun rumah dan membuka usaha. Kami perempuan Cuma mendapatka 2 petak tanah sedangkan anak lakilaki 15 petak tanah. Asal anak laki-laki minta menjual tanah , tidak bisa ditolak oleh ayah, selalu permintaan dipenuhi. Padahal tanah itu sebagian kami anak perempuan yang membuka dari hutan rimba menjadi ladang. Kalau begini kami sama sekali tidak diberikan sedikitpun. Sedikitpun kami tidak diberikan. Ketika ibu saki-sakitan, satupun dari saudara laki- lakinya tidak mau mengurus orang tua mereka. Banyak sekali alasan Universitas Sumatera Utara mereka. Itulah alasan yang sering jadi masalah pertikaian di keluarga. Haahh.... sangat lelah jadi anak perempuan, sangat tidak adil. Dari jawaban informan diatas dapat dilihat sangat jelas sekali nilai ganda yang ada dalam keluarga.perempuan mendapatkan hak lebih sedikit atas lahan padahal lahan itu dibuka oleh mereka sewaktu masih gadis, tanah tersebut dijual dan mereka tidak mendapatkan apa-apa dan pembagian warisan juga sangat timpang sekali, laki-laki mendapatkan jauh lebih banyak dan pada saat perawatan orang tua anak laki-laki sama sekali tidak mau dengan berbagai alasan. Padahal di adat menjaga orang tua yang sudah tua dan sakit-sakitan merupakan tanggung jawab anak laki-laki. Mereka telah diberikan tempat tinggal untuk merawat orang tua. Dari jawaban informan sangat terlihat jelas bahwa laki-laki semakin memanfaatkan dan menyalahgunakan haknya dan mengabaikan kewajibannya. Dalam pembagian kerja, dalam kekerabatan, dalam upacara adat sangat terlihat jelas fungsi perempuan Pakpak dalam meningkatkan status keluarganya akan tetapi anak laki-lakilah yang selalu dianggap lebih penting karena status sosial tang dibawa sejak lahir. Menurut perspektif struktural fungsional bahwa struktur dan fungsi tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya dan status sosial dapat diperoleh melalui kelahiran yaitu dikarenakan seseorang tersebut lahir berjenis kelamin laki-laki. Perempuan baik yang sudah maupun belum berumah tangga memiliki fungsi yang sangat sentral dalam keluarga. Selain fungsi ekonomi perempuan juga memiliki fungsi sosial dalam keluarga. Fungsi ekonomi meliputi sumbangan dana untuk kegiatan adat, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Universitas Sumatera Utara Sedangkan fungsi sosial meliputi: perawatan orang tua dimasa muda maupun dimasa tua, sebagai mediator apabila ada pertikaian keluarga. Melahirkan anak- anak, merawat anak-anak memelihara seluruh isi rumah tangga. Walaupun demikian sering kali keberadaan perempuan kurang diperhatikan selalu mengutamakan kepentingan laki-laki. Misalnya Sebagai orang tua selalu mengutamakan anak laki-laki dalam memperoleh kesempatan kerja misal menjadi PNS, pembagian kerja anak laki-laki tidak pantas melakukan pekerjaan rumah tangga akan tetapi perempuan pantas membanting tulang mencari nafkah. Nilai anak laki-laki sangat besar sekali pengaruhnya di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Padahal nilai anak perempuan tak kalah penting dalam keluarga. Dari hasil analisis yang telah dilakukan jelas sekali nilai ganda terjadi di Etnis Pakpak. Perempuan membanting tulang mengurus rumah dan mencari nafkah diladang, ada yang pergi ke luar kota sebagai pembantu rumah tangga atau perawat jompo guna menambah pemasukan keluarga, merawat orang tua, perempuan memiliki beban ganda dalam keluarga tetapi akibat budaya keberadaan perempuan tidak terlalu dipentingkan dengan alasan nantinya akan menikah dan ikut marga lain dan bukan sebagai penerus marga atau keturunan. Padahal walaupun perempuan sudah menikah masih memiliki tanggung jawab kepada keluarga, bahkan anak laki-laki banyak yang lari dari tanggung jawabnya dengan berbagai alasan. Akan tetapi hak mereka tidak dapat diganggu gugat lagi. Anak laki-laki banyak yang mengabaikan apa yang seharusnya jadi tanggung jawabnya. Mereka masih tergantung pada perempuan. Universitas Sumatera Utara Kedudukan seseorang dalam keluarga akan menentukan fungsinya. Struktur dan fungsi tidak terlepas dari pengaruh budaya , norma dan niali-nilai yang melandasi sistem masyarakat. Secara struktural seharusnya suami bekerja di sektor publik dan istri bekerja di sektor domestik tetapi dalam kenyataannya perempuan Pakpak umumnya bekerja di sektor publik dan di sektor domestik yang mengakibatkan beban ganda dan tidak terciptanya keseimbangan dalam keluarga. . Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan