BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung resiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit
akibat kerja. Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah. Karena ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril
maupun waktu terutama terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Lebih- lebih perlu disadari bahwa pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik
daripada menunggu sampai kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi yang biasanya memerlukan biaya yang lebih besar untuk penanganan dan pemberian
kompensasinya. Mengingat kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan penggunaan teknologi maju yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas Asean Free Trade Ageement AFTA dan
World Trade Organization WTO serta Asia Pacific Economic Community APEC yang akan berlaku tahun 2020, dan untuk memenangkan persaingan bebas ternyata
kesehatan dan keselamatan kerja juga menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri di Indonesia. Kesehatan dan keselamatan kerja K3
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu persyaratan untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, di samping itu K3 adalah hak asasi setiap tenaga kerja Sutjana, 2006.
Pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab para manajemen yang wajib memelihara kondisi kerja
yang selamat sesuai dengan ketentuan pabrik. Umumnya kejadian kecelakaan kerja disebabkan kesalahan manusia human error, dimana penyebab kecelakaan bermula
pada kegiatan tidak selamat manusia itu sendiri Silalahi, 1991. Kepemimpinan mempunyai peranan sentral dalam kehidupan organisasi,
dimana terjadi interaksi kerjasama antar dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan, Wahjosumidjo : 1992. Bahkan beberapa pakar mengasosiasikan kegagalan ataupun
keberhasilan suatu organisasi dengan pemimpinnya. Dengan kata lain, perilaku pemimpin, baik yang bersumber dari personalitas pemimpin itu sendiri, karena
dorongan kebutuhan pribadi pemimpin, maupun karena adanya ketidakcocokan antara tujuan organisasi dengan motivasi pemimpin, mempunyai hubungan yang erat
dengan berbagai macam tingkat produktivitas dan moral organisasi Trimo: 1984. Peningkatan motivasi kerja karyawan pada suatu organisasi tidak bisa
dilepaskan dari peranan pemimpin dalam organisasi tersebut, kepemimpinan merupakan kunci utama dalam manajemen yang memainkan peran penting dan
strategis dalam kelangsungan hidup suatu perusahaan, pemimpin merupakan pencetus tujuan, merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan
Universitas Sumatera Utara
seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien Wahjosumidjo : 1992.
Kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok
anggota yang saling berhubungan tugasnya Handoko, 2001. Oleh sebab itu, pemimpin suatu organisasi perusahaan dituntut untuk selalu mampu menciptakan
kondisi yang mampu memuaskan karyawan dalam bekerja sehingga diperoleh karyawan yang tidak hanya mampu bekerja akan tetapi juga bersedia bekerja kearah
pencapaian tujuan perusahaan. Mengingat perusahaan merupakan organisasi bisnis yang terdiri dari orang-orang, maka pimpinan seharusnya dapat menyelaraskan antara
kebutuhan-kebutuhan individu dengan kebutuhan organisasi yang dilandasi oleh hubungan manusiawi Robbins : 2001. Sejalan dengan itu diharapkan seorang
pimpinan mampu menciptakan kondisi sosial yang menguntungkan setiap karyawan sehingga motivasi kerja karyawan meningkat yang akan berimplikasi pada
meningkatnya produktivitas kerja karyawan Handoko, 2001. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pimpinan dalam organisasi adalah
bagaimana dapat menggerakkan para karyawannya agar mau dan bersedia mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk kepentingan organisasi. Untuk itu,
seorang pimpinan harus selalu dapat memelihara semangat, kesadaran dan kesungguhan dari karyawannya untuk terus menunjukkan kinerja yang optimal.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain, salah satu tantangan berat bagi pimpinan adalah bagaimana motivasi kerja karyawan dapat tumbuh dan terbina dengan baik.
Pendekatan ciri dan perilaku menghasilkan riset yang menunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif tampaknya tergantung kepada beberapa variabel seperti
kultur organisasi, sifat dari tugas, aktivitas kerja serta nilai dan pengalaman sebagai manajerial seseorang. Tak satupun gaya yang paling efektif untuk semua situasi
Sopiah, 2008. Faktor-faktor yang memengaruhi sifat pemimpin mancakup kepribadian,
pengalaman masa lampau dan harapan dari pemimpin tersebut, harapan dan perilaku atasan, karakteristik, harapan dan perilaku bawahan yang menunjukkan motivasi
kerja karyawan, persyaratan tugas, kultur, kebijaksanaan organisasi dan harapan serta perilaku rekan. Pada gilirannya faktor-faktor ini yang memengaruhi pemimpin
Sopiah, 2008 Motivasi kerja adalah daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota
organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan, dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang
menjadi tanggungjawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Salah satu variabel yang dapat meningkatkan motivasi kerja adalah adanya insentif Hull, dalam Steers and Porter : 1991. Insentif adalah alat-alat yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan dalam mendorong orang melakukan sesuatu. Insentif yang dapat menyebabkan orang mau bekerja sebaik mungkin itu dapat berupa uang finansial
atau bukan uang non finansial. Insentif menjadi kebutuhan karyawan. Menurut Maslow, kebutuhan manusia dengan sendirinya membentuk
semacam hirarki, yakni dari kebutuhan fisik psysiological needs, kebutuhan akan keselamatan atau rasa aman safety and security needs kebutuhan sosial
belongingness and love, kebutuhan akan penghargaan dan status esteem and status, sampai dengan kebutuhan akan perwujudan atau aktualisasi diri self-
actualization. Proses berjalannya sebuah perusahaan melibatkan semua pihak yang terkait,
pemimpin dan karyawan. Kualitas dan kuantitas pekerjaan yang baik dipengaruhi oleh penerapan kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan. Salah satu penyebab
motivasi kerja karyawan rendah karena penerapan kepemimpinan sebagai garis vertikal dari pimpinan kepada karyawan dengan cara melakukan pengawasan secara
terus menerus terhadap pekerjaan yang telah didelegasikan pada karyawannya. Kinerja karyawan menunjukkan belum optimal menurut hasil survey awal PT.
Gold Coin Indonesia terlihat bahwa hasil produksi 8 ton masih belum tepat sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan 10 ton perhari dikarenakan masih ada
karyawan yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan hasil produksi serta tidak memiliki kepercayaan diri dalam menjalankan pekerjaan. Dari 30 karyawan
Universitas Sumatera Utara
yang di survey 55 karyawan masih memiliki motivasi rendah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.
Kuat lemahnya motivasi kerja seseorang menentukan besar kecilnya prestasi. Jadi seorang pimpinan yang baik harus dapat memberi motivasi yang baik pada
karyawannya sehinga karyawan dapat bekerja dengan baik dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Setiap pimpinan selalu berusaha agar produktivitas kerja dari
karyawan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu pimpinan berusaha agar karyawan mempunyai moral kerja yang tinggi, sehingga diharapkan semangat dan kegairahan
kerja dapat meningkat Anorogo, 1990. Untuk itu peneliti dapat berasumsi bahwa ada pengaruh sifat kepemimpinan
dengan motivasi kerja karyawan. Pengaruh sifat kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan diteliti melalui studi yang akan dilaksanakan pada PT. Gold Coin
Indonesia. PT. Gold Coin Indonesia. PT. Gold Coin Indonesia merupakan perusahaan swasta PMA Penanaman Modal Asing yang bergerak di industri pakan ternak. PT.
Gold Coin Indonesia sudah melaksanakan berbagai program K3 sebagai bentuk komitmen dan kebijaksanaan pemimpin dalam melindungi karyawan dari ancaman
yang timbul akibat interaksi tenaga kerja, alat dan bahan dengan lingkungan kerja. PT. Gold Coin Indonesia sebagaimana Perseroan Terbatas PT yang
berorientasi bisnis, menjadikan profitlaba sebagai ukuran utama kinerja perusahaan yang sangat ditentukan oleh kepemimpinan dan motivasi kerja karyawannya. PT.
Universitas Sumatera Utara
Gold Coin Indonesia dalam visinya menjadikan perusahaan sebagai produsen pakan ternak yang terkemuka di bidang livestock dan aquafeed serta tertuang dalam misinya
mempunyai kebijaksaan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan yang merupakan bagian dari motivasi kerja yang pada akhirnya akan memengaruhi
produktivitas individu dan perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menempatkan dan mempertahankan tenaga
professional pada setiap tingkat manajemen sebagai sebuah standar kompetensi perusahaan akan menjadikan sebuah nilai tambah untuk mewujudkan kepemimpinan
yang efektif.
1.2. Permasalahan