Kriteria sifat pengetahuan bisnis dari 47 orang dengan kategori baik terdapat sebanyak 30 orang 63.8 dengan motivasi kerja sedang sedangkan motivasi kerja
tinggi sebanyak 12 orang 25.5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang bisnis dengan motivasi
kerja dimana nilai p 0,082 0,05. Para pemimpin harus tahu lingkungan bisnis yang mereka operasikan.
Pengetahuan ini membantu intuisi mereka, memungkinkan mereka untuk mengenali peluang, dan mengerti kapasitas organisasi mereka untuk menangkap peluang.
Pengetahuan tentang bisnis merupakan pendukung untuk mencapai kepemimpinan yang efektif hanya saja dalam penelitian ini sifat pengetahuan tentang bisnis tidak
mempunyai hubungan dengan motivasi kerja karyawan di PT. Gold Coin Indonesia.
5.7. Pengaruh Sifat Kepemimpinan Variabel Kecerdasaan Emosi terhadap
Motivasi Kerja Karyawan
Hasil uji statistik analisis multivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan motivasi kerja dimana
nilai p 0,803 0,05. Kriteria sifat kecerdasan emosi dari 55 orang dengan kategori baik terdapat
sebanyak 35 orang 63.6 dengan motivasi kerja sedang sedangkan motivasi kerja tinggi sebanyak 13 orang 23.6. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan motivasi kerja dimana nilai p 0,004 0,05.
Universitas Sumatera Utara
Daniel Goleman 1990 menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi dan mengelola emosi. Kecerdasan
emosional ini sangat penting sekali melekat pada aspek kepemimpinan seseorang. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa kemampuan manajer dalam memahami dan
mengelola emosinya dan juga emosi bawahannya maupun orang lain merupakan kunci keberhasilan kinerja bisnisnya. Kompetensi insan seorang pemimpin seperti
kesadaran diri, kedisiplinan diri, ketekunan yang terus menerus, dan empati mempunyai pengaruh yang besar ketimbang kecerdasaan akal terhadap kinerja
institusinya. Dalam penelitian ini ada hubungan antara kecerdasan emosi pemimpin dengan
motivasi kerja karyawan, hanya saja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja karyawan di PT. Gold Coin Indonesia.
Secara umum menurut Badaruddin 2005 sifat kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan. Begitu juga
dalam Mifhta Thoha dinyatakan bahwa dalam penerapan sifat kepemimpinan yang baik maka motivasi kerja karyawan akan tinggi dengan ditunjukkan pada kinerja dan
produktivitas. Berdasarkan hasil penelitian Siti Aisyah 2007 dapat diketahui bahwa
terdapat yang signifikan nyata antara faktor pimpinan dan faktor situasi dengan motivasi kerja. Hal ini ditunjukkan dari nilai p-value dari setiap faktor level of
significant α 10. Faktor-faktor sifat kepemimpinan secara keseluruhan
berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai. Sedangkan faktor sifat kepemimpinan
Universitas Sumatera Utara
yang paling mempengaruhi motivasi kerja pegawai pada Biro MSDM dan KPOM PT. Jasa Marga Persero adalah faktor pimpinan terutama pada variabel perilaku
pemimpin dan dukungan manajemen. Pada penelitian Maryanto 2005 penelitian senada tentang kepemimpinan dan
motivasi kerja terhadap semangat kerja. Hasil regresi menunjukkan pada taraf uji α
=5 memberi estimasi cukup baik. Tingkat signifikansi untuk kepemimpinan 0.034 dan motivasi 0.032
α 0.05 artinya kedua variabel bebas secara parsial dan positif mempengaruhi semangat kerja.
Mintzberg dalam Luthans 2002 dan Sutiadi 2003:4 mengemukakan bahwa peran kepemimpinan dalam organisasi adalah sebagai pengatur visi, motivator,
penganalis, dan penguasaan pekerjaan. Yasin 2001:6 mengemukakan bahwa keberhasilan kegiatan usaha pengembangan organisasi, sebagian besar ditentukan
oleh kualitas kepemimpinan atau pengelolanya dan komitmen pimpinan puncak organisasi untuk investasi energi yang diperlukan maupun usaha-usaha pribadi
pimpinan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan