BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan umum di bidang kesehatan yang membutuhkan keberadaan suatu sistem yang handal dan cukup untuk meningkatkan
kualitas pelayanan medis kepada para pasien. Bukti pelaksanaan pelayanan medis yang berkualitas adalah adanya pelaksanaan rekam medik yang bermutu. Agar
pelaksanaan pelayanan kesehatan terselenggara sesuai fungsinya diperlukan peran serta sumber daya manusia di bidang kesehatan terutama motivasi dalam
melaksanakan pekerjaan. Pelayanan di rumah sakit memerlukan adanya dukungan dari berbagai faktor
yang terkait, salah satunya melalui terselenggaranya rekam medis yang sesuai dengan standar yang berlaku. Sesuai yang dikemukakan Lembcke 1967 dalam Hatta 2003
seminar PORMIKI I dalam menilai mutu terlebih dahulu diketahui standar, norma, kriteria yang diukur dan seseorang tidak dapat dikatakan telah melakukan kualitas
pelayanan buruk ataupun baik sebelum standar, norma, maupun kriteria pelayanan medis yang ditetapkan dilaksanakan.
Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan, dan dokumen tentang identitas pasien, anamnese, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. rekam medis ini bersifat rahasia, aman dan berisi informasi yang dapat dipertanggungjawabkan Depkes RI, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Sistem rekam medis di rumah sakit merupakan satu sistem administrasi dokumen tempat mencatat segala transaksi pelayanan medis yang diberikan oleh
dokter, perawat ataupun teknisi. rekam medis dikelola berdasarkan struktur yang standar, dengan ketentuan sistem pelaksanaan dievaluasi untuk menghasilkan
informasi dan memiliki standar kerahasiaan yang harus dijaga. Dokumen rekam medis pada prinsipnya disimpan baik di rumah sakit, sehingga mudah dapat dicari
ulang untuk setiap keperluan informasi pelayanan terhadap pasien Depkes RI, 2008. Dalam pasal 5 Permenkes No. 269 2008 dinyatakan bahwa setiap dokter dan
dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. Pengisian pencatatan rekam medis
berdasarkan Permenkes RI No. 269MenkesPERII2008, disebutkan ketentuan minimal yang harus dilengkapi oleh
petugas pelayanan terutama dokter. Setidak-tidaknya 7 tujuh butir aspek pengisian, yang wajib dilengkapi oleh dokter, yaitu : 1 catatan pemeriksaan fisik
pasien; 2 instruksi dan interprestasi pelayanan diagnosa kalau ada; 3 diagnosa pasien ketika masuk atau pulang dicatat jelas; 4 perintah terapi dan penulisan resep;
5 resume pasien pulang pada setiap dokumen dari pasien di unit rawat inap; 6 pengisian dokumen informed consent, dan 7 pembubuhan nama serta tanda
tangan dokter pada setiap catatan yang dibuat dokter. Kepentingan dari pengisian
rekam medis antara lain untuk :
1 mempersiapkan kewajiban administratif organisasi yang tunduk pada undang- undang terkait pengelolaan rumah sakit; 2 penunjang legal atas setiap pelayanan
medis; 3 menjadi administrasi finansial rumah sakit; 4 mempersiapkan bahan layak riset; 5 bahan edukasi di rumah sakit; 6 bahan dokumen yang selalu siap
Universitas Sumatera Utara
dipakai; 7 menjadi media komunikasi dan informasi bagi keselarasan pelayanan pada pasien Hanafiah dan Amir, 2008.
Rumah sakit mempunyai kewajiban dalam penyelenggaraan rekam medis. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran paragraf 3 rekam medis Pasal 46 menyatakan : 1 Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran, wajib membuat rekam medis;
2 rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus segera dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan kesehatan. Bila yang bersangkutan dengan sengaja tidak
membuat rekam medis sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 79, maka dokterdokter gigi dapat dipidana kurungan 1 tahun atau denda Rp 50.000.000,-.
Pemerintah melalui Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran UUPK menekankan betapa pentingnya sistem rekam medis diadakan di
setiap rumah sakit ataupun sarana pelayanan kesehatan lainnya bagi masyarakat. Mengingat pentingnya pengelolaan rekam medis, maka Perhimpunan Profesional
Perekam medis dan Informasi Kesehatan Indonesia PORMIKI menerbitkan buku pedoman manajemen informasi kesehatan di sarana pelayanan kesehatan yang
mempertegas kembali tentang perlunya pengembangan manajemen rekam medis. Menurut Hanafiah dan Amir 2008, rekam medis yang tidak lengkap dapat
menimbulkan permasalahan tuntutan dari pasien kepada dokter maupun rumah sakit. Hal ini menjadikan terungkapnya aspek hukum rekam medis, bila catatan dan
data terisi lengkap, maka rekam medis akan menolong semua pihak yang terlibat. Sebaliknya bila catatan yang ada tidak lengkap apalagi kosong pasti akan merugikan
dokter dan Rumah Sakit. Penjelasan yang bagaimanapun baiknya tanpa bukti tertulis
Universitas Sumatera Utara
pasti sulit dipercaya. Untuk itu dokter wajib mengikuti peraturan pelaksanaan rekam
medis yang dikeluarkan dan berlaku di rumah sakit. Menurut Depkes 1994 resume pencatatan rekam medis harus sesegera mungkin, kecuali untuk pasien rawat inap
hingga kurang 48 jam. Menurut Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI 2006 tentang rekam medis,
bahwa rekam medis yang lengkap dan akurat dapat digunakan sebagai referensi pelayanan kesehatan dasar hukum mediko legal, menunjang informasi untuk
peningkatan kualitas pelayanan medis, riset medis dan dijadikan dasar menilai kinerja rumah sakit. Pengisian rekam medis juga merupakan indikator kinerja dokter sebagai
petugas medis dalam melayani pasien di rumah sakit. Sudah saatnya penyelenggaraan rekam medis mendapat perhatian sungguh-sungguh karena akan menghasilkan
informasi yang cepat, akurat dan tepat waktu. Menurut Konsil Kedokteran Indonesia KKI 2006, permasalahan dan
kendala utama dalam pelaksanaan rekam medis adalah dokter tenaga medis tidak menyadari sepenuhnya manfaat dan kegunaan rekam medis, baik dalam sarana
pelayanan kesehatan maupun praktik perorangan, karena rekam medis dibuat tidak lengkap, tidak jelas dan tidak tepat waktu. Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran Pasal 79 menyatakan bahwa dipidana dengan hukuman paling lama 1 satu tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000 lima puluh juta
rupiah. Bila yang bersangkutan dengan sengaja tidak membuat rekam medis. Salah satu tujuan pemerintah menerbitkan Undang-Undang RI No. 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 79 terkait tentang rekam medis adalah agar dokter termotivasi berkinerja dalam melengkapi pengisian rekam medis.
Universitas Sumatera Utara
Gibson et. al. 1997; Mathis dan Jackson 2002; Ilyas 2002, menyatakan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan
kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja karyawan memengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi, baik
secara individu maupun kelompok dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi. Robins 2006; Hasibuan 2005; Sedarmayanti 2001, menyatakan bahwa
salah satu faktor yang memengaruhi kinerja seseorang adalah motivasi. Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak
untuk memuaskan kebutuhan individu, orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang tidak demi tercapainya tujuan organisasi
dengan efektif dan efisien. Menurut Herzberg dalam Hasibuan, 2005, bahwa faktor- faktor yang memengaruhi motivasi seorang karyawan ada yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik. Rumah Sakit Umum daerah RSUD Dr. R.M. Djoelham merupakan salah
satu Rumah Sakit Umum Daerah yang berada di Kota Binjai, memiliki masalah dalam kelengkapan pengisian rekam medis. Hasil laporan data rekam medik tahun
2010 ditemui persentase ketidaklengkapan pengisian data rekam medis oleh dokter cukup besar, yaitu sebesar 40 pada pengisian diagnosa dan tanda tangan, dan
resume hasil diagnosa terhadap pasien oleh dokter sebesar 25. Dari gambaran diatas diketahui pelaksanaan pengisian rekam medik di Rumah Sakit Dr. R.M. Djoelham
belum terlaksana dengan baik pasca diberlakukannya Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Selain itu penulis juga menelusuri pengisian berkas rekam medis di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dengan mengambil secara acak sebanyak 50 berkas rekam
Universitas Sumatera Utara
medis sebelum diberlakukannnya Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Dari hasil survei tersebut terlihat bahwa persentase
ketidaklengkapan pengisian data rekam medis cukup besar, yaitu sebesar 70. Ketidaklengkapan pengisian berkas rekam medis tersebut sebagian besar pada catatan
yang seharusnya diisi oleh dokter yang melakukan tindakan medis, seperti terapi lanjutan hanya di tuliskan dengan kalimat diteruskan saja, isi ringkasan pulang, serta
nama dan tanda tangan dokter yang memberikan pelayanan. Dari hasil survei tersebut di atas diduga bahwa belum optimalnya kinerja dokter dalam pengisian rekam medis
terkait dengan rendahnya motivasi dokter dan memengaruhi kualitas rekam medis. Beberapa penelitian tentang rekam medis seperti hasil penelitian Meliala
2004, mengungkapkan bahwa fenomena ketidaklengkapan dan ketidakakuratan masih terjadi pada 11 rumah sakit tersier di Korea. Berdasarkan hasil audit
organsisasi kesehatan di Inggris melalui The Audit Commission on National Health Service mengungkapkan adanya permasalahan yang serius dalam pengelolaan rekam
medis mulai pengisian sampai dengan penyimpanan. Hasil penelitian Sugiyanto 2006, mengungkapkan bahwa sebagian besar
dokter menyatakan penyebab ketidaklengkapan pengisian data rekam medis pada lembar resume akibat dokter sibuk 91,6, dokter menganggap data tidak perlu
lengkap. Ketidaklengkapan pengisian rekam medis pada pelaporan mencapai 18,9, formulir anamnesa sebesar 40,1 dan pemeriksaan fisik 29,8. Penyebab
ketidaklengkapan yang lain adalah dokter tidak mengetahui mana yang harus diisi mencapai 25. Sebagian kecil dokter menyatakan perlu ada kompensasi mengisi data
rekam medis di Rumah Sakit Ungaran.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Anggraini 2007, tentang hubungan motivasi dengan kinerja petugas rekam medik, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara motivasi intrinsik peluang untuk maju dan kepuasan kerja dan ekstrinsik keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja dan prosedur kerja dengan kinerja
petugas rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
Sementara hasil penelitian Purba 2008, mengungkapkan bahwa motivasi dokter dalam pengisian rekam medis rendah sebesar 56,9. Variabel upah, kepastian
dan keamanan kerja, benefit, peluang karier, status, peluang promosi berhubungan dengan motivasi dokter dalam pengisian rekam medis di RSUD Sidikalang.
Demikian juga hasil penelitian Nugraheni 2009, terdapat pengaruh motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik terhadap kinerja paramedis keperawatan di Rumah
Sakit Umum Daerah RSUD Gambir Kediri. Upaya yang dilakukan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai terkait dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 631MENKESSKIV2005, direktur Rumah Sakit RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dengan pembentukan Komite Medik dan Sub
Komite Medik pada tahun 2004, namun kinerja dokter dalam melengkapi pengisian rekam medis belum optimal.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka perlu dikaji ” Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis Pasca
diberlakukannya Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham Binjai.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Permasalahan