Motivasi Ekstrinsik Indikator Gaji

2. Rekam Medis sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan. 3. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg dalam Luthans 2003, prosedur kerja dan pemberian evaluasi serta informasi secara tepat kepada pekerja juga berpengaruh terhadap motivasi pekerja. Hal senada juga dikemukakan oleh Handoko 2001, mengungkapkan bahwa prosedur kerja yang ditetapkan merupakan batas bagi keputusan, menentukan apa yang dapat di buat dan menutup apa yang tidak dapat dibuat. Dengan cara ini, kebijaksanaan menyalurkan pemikiran para anggota organisasi agar konsisten dengan tujuan organisasi.

b. Motivasi Ekstrinsik Indikator Gaji

Motivasi ekstrinsik dilihat dari indikator gaji imbalan masih kurang karena tingginya persentase responden yang tidak mendapat tambahan imbalan, insentif, honor ataupun tambahan diluar gaji pokok serta kurang setuju bila pengisian rekam medis dapan meningkatkan kesejahteraan finansial. Hasil analisis penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa, gaji yang diterima dokter relatif sudah cukup dan secara langsung tidak terkait dengan kelengkapan pengisian rekam medis. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan dokter serta manajemen rumah sakit mereka menyadari bahwa sebagai dokter sistem penggajiannya telah ditetapkan oleh pemerintah namun kinerja belum optimal dalam melengkapi Universitas Sumatera Utara pengisian rekam medis pasca diberlakukannya Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan atau peraturan yang mengatur tentang pemberian insentif diluar gaji yang diterima dalam pengisian rekam medis belum ada yang baku, artinya teknis pemberian insentif bisa saja mengalami perubahan sesuai dengan kondisi. Dokter menginginkan adanya insentif atas pekerjaan ekstra dalam melengkapi pengisian rekam medis. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg dalam Luthans 2003, bahwa tidak ada satu organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada tenaga kerjanya atau meningkatkan produktivitas, jika tidak memiliki sistem kompensasi dan gaji yang realistis, apabila sistem kompensasi dan penggajian diimplementasikan dengan benar akan memotivasi pegawai. Demikian juga dengan pendapat Gibson et.al. 1996 bahwa motivasi ekstrinsik imbalan yang berasal dari pekerjaan yang mencakup uang, status, promosi dan rasa hormat dapat menjadi motivator setiap karyawan untuk mencapai prestasi kerja yang lebih baik, dengan memberi insentif, perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan. Siagian 2003, menyatakan apabila karyawan menerima imbalan yang diterimanya tidak memadai, maka kemungkinan karyawan tersebut akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar atau mengurangi intensitas usaha dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Dengan demikian, faktor insentif berpengaruh Universitas Sumatera Utara terhadap kinerjanya. Demikian juga dengan Samsudin 2006, mengungkapkan bahwa suatu kompensasi akan dapat meningkatkan atau menurunkan prestasi kerja atau memotivasi karyawan. Jika para karyawan merasa kompensasi mereka tidak memadai, prestasi kerja, motivasi maupun kepuasan kerja dapat menurun drastis. Program-program kompensasi sangatlah penting untuk mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh karena mencerminkan adanya usaha organisasi atau perusahaan untuk mempertahankan kinerja sumber daya manusia.

c. Motivasi Ekstrinsik Indikator Hubungan Kerja