mencapai sesuatu, tugas itu cukup menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi pegawai merupakan faktor motivasi, karena keberadaannya sangat menentukan bagi
motivasi untuk berforma tinggi dan memerlukan reinforcement. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Salami 2008, yang
mengungkapkan bahwa terdapat hubungan positif antara baik dan tidaknya ketertarikanminat dokter dalam pengisian rekam medis dengan kelengkapan
pengisian rekam medis. Dengan demikian, apabila pengisian rekam medis memiliki ketertarikanminat yang tinggi dalam mengisi rekam medis maka akan menghasilkan
rekam medis yang lengkap.
b. Motivasi Intrinsik Indikator Prestasi
Motivasi intrinsik responden untuk indikator prestasi umumnya menyatakan belum ada dukungan atau dihargai oleh atasan dalam pelaksanaan pengisian rekam
medis, tidak berperan dalam meningkatkan prestasi kerja atau kenaikan jabatanpangkat serta belum mendukung dalam peluang untuk mendapatkan prestasi.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan dokter dan manajemen rumah sakit bahwa lengkap atau tidaknya pengisian rekam medis tidak terkait
langsung dengan prestasi, artinya walaupun pengisian rekam medis tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya tidak berpengaruh terhadap prestasi, seperti
kenaikan pangkat dan mutasi, sehingga dokter merasa tidak termotivasi atau tidak terdorong untuk melaksanakan pengisian rekam medis dengan baik dan pimpinan
rumah sakit juga kurang mendukung dalam kelengkapan pengisian rekam medis.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar dokter menyatakan perlu ada penghargaan reward mengisi data rekam medis.
Dalam Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran terdapat beberapa ketentuan yang berhubungan dengan penyelenggaraan rekam
medis, yaitu tentang standar pelayanan, persetujuan tindakan kedokteran, rekam medis, rahasia kedokteran, kendali mutu dan kendali biaya. Ketentuan-ketentuan
dalam Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dibidang pelayanan rekam medis belum dijalankan sepenuhnya oleh dokter walaupun dokter
menyadari sepenuhnya manfaat kelengkapan pengisian rekam medis. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa
rumah sakit belum memiliki kebijakan yang baku dalam mendukung kelengkapan pengisian rekam medis pasien pasca diberlakukannya Undang-Undang RI No. 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Bila ada dokter yang tidak mengisi rekam medis, hendaknya diberikan sanksi disiplin secara persuasif mulai dari peringatan
sampai sanksi berat dan dijadikan bagian dari prestasi kerja. Meskipun formulir rekam medis yang sudah ada sederhana dalam
pengisiannya, namun masih ada di temukan rekam medis yang kurang lengkap bahkan kosong. Kurangnya sosialisasi formulir rekam medis kepada dokter yang
merawat pasien merupakan salah satu faktor penyebab prestasi kerja yang belum optimal dalam kelengkapan pengisian rekam medis.
Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan 2005, menyatakan bahwa setiap orang menginginkan keberhasilan atau prestasi dalam setiap kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
Pencapaian prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan untuk melakukan tugas-tugas berikutnya. Demikian juga dengan teori
David C McClelland dalam Handoko 2001, menyatakan bahwa motivasi berprestasi yang tinggi berhubungan dengan peningkatan kinerja.
Hasil penelitian ini selaras dengan teori Gibson et.al 1996 yang menyatakan bahwa prestasi individu dipengaruhi oleh imbalan. Uang bukan merupakan motivator
yang kuat, jika karyawan tidak melihat adanya hubungan antara prestasi dengan kompensasi yang pantas maka kinerjanya tidak optimal, sehingga tidak berprestasi.
Sesuai dengan penelitian Dewi 2006 yang merekomendasikan salah satu upaya dalam rangka meningkatan kinerja petugas dalam rangka melengkapi pengisian
data rekam medis di RSUD Kabupaten Buleleng adalah dengan pemberian umpan balik, adanya reward dan punishment.
c. Motivasi Intrinsik Indikator Tanggung Jawab