Struktur Tari Zapin .1 Struktur Tari Melayu

hidup ini mencakup semua aspek dengan landasan ajaran-ajaran silam yang dianut masyarakat Kesultanan Serdang. Jadi lagu-lagu zapin di Serdang secara umum adalah ekspresi kebudayaan masyarakat Serdang. 5.3 Struktur Tari Zapin 5.3.1 Struktur Tari Melayu Seni tari dalam kebudayaan Melayu mencakup ide, aktivitas, maupun estetikanya. Seni tari mengekspresikan kebudayaan secara umum. Seni tari juga mengikuti norma-norma yang digariskan oleh adat Melayu. Berbagai gerak mencerminkan halusnya budi orang-orang Melayu, yang menjadi bagian integral daripada diri sendiri maupun alam sekitar, seperti yang tercermin dalam ungkapan Melayu: “Kembali ke alam semula jadi.” Hal ini dapat ditelusuri melalui konsep- konsep tari dalam budaya Melayu. Konsep tari dalam budaya Melayu biasanya diungkapkan melalui beberapa istilah yang mengandung makna denotasi atau konotasi tertentu 292 . Menurut Sheppard, konsep tentang tari dalam budaya Melayu, diwakili oleh empat terminologi yang memiliki arti yang bernuansa, seperti yang diuraikannya berikut ini. There are four different words meaning ‘dance’ in the Malay language: Tandak emphasizes the dancer’s steps, Igal means posturing or dancing with emphasis on body movement, Liok is applied to low bending and swaying of the body, and Tari 292 Di Sumatera Utara, selain masyarakat Melayu, etnik lain di kawasan ini juga memiliki istilah-istilah yang berkaitan dengan tari. Pada masyarakat Batak Toba, Mandailing-Angkola, istilah gerak dalam kebudayaannya adalah tortor. Pada masyarakat Karo disebut dengan landek. Kemudian etnik Pakpak-Dairi menyebutnya dengan tatak. Sementara istilah tari dari bahasa Melayu juga mereka gunakan, terutama dalam konteks berinteraksi dengan sesama suku di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara describes dancing in which the graceful movement of arms, hands, and fingers plays the chief part. The Malays attach so much importance to the fourth of these that Tari is always used to mean the Malay style of dancing 293 . Dari pernyataan Sheppard di atas, terlihat dengan jelas bahwa konsep tari dalam kebudayaan Melayu, yang diwakili oleh istilah-istilah tandak, igal, liok, dan tari, perbedaan maknanya ditentukan oleh dua faktor, yaitu: 1 penekanan gerak yang dilakukan anggota tubuh penari dan 2 tekniknya. Tandak selalu dihubungkan dengan gerakan langkah yang dilakukan oleh kaki; igal gerakan yang secara umum dilakukan oleh tubuh terutama pinggul; liok atau liuk teknik menggerakkan badan ke bawah dan biasanya sambil miring ke kiri atau ke kanan, gerakan ini sering juga disebut dengan melayah; dan tari selalu dikaitkan dengan gerakan tangan, lengan, dan jari jemari dengan teknik lemah gemulai. Selaras dengan pendapat Sheppard yang banyak mengkaji keberadaan tari di Semenanjung Malaysia, maka Tengku Lah Husni 294 dari Sumatera Utara, mengemukakan bahwa secara taksonomis, tari Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara, dapat diklasifikasikan ke dalam tiga konsep gerak, yaitu: 1 tari, merupakan gerak yang dilakukan oleh lengan dan jari tangan; 2 tandak, yaitu gerak yang dilakukan oleh wajah, leher, lengan, jari tangan, dan kaki; dan 3 lenggang yang berupa gerakan lenggok atau liuk pinggang dan badan yang disertai ayunan tangan dan jari. 293 Mubin Sheppard, Taman Indera: Malay Decorative Arts and Pastimes. London: Oxford University Press, 1972, hal., 82. 294 Tengku Lah Husni, 1985. “Keserasian Sosial dalam Kearifan Tradisional Masyarakat Melayu.” Makalah Seminar Keserasian Sosial dalam Masyarakat Majemuk di Perkotaan, di Medan. hal. 84. Universitas Sumatera Utara Menurut Goldsworthy 295 tari-tarian Melayu didasarkan kepada adat- istiadat, dan dibatasi oleh pantangan adat. Para penari perempuan disarankan untuk menjaga kehormatan dan harga dirinya. Mereka tidak diperkenankan mengangkat tangan melebihi bahunya, dan tidak diperkenankan menampakkan giginya pada saat menari. Mereka tidak boleh menggoyang-goyangkan pinggulnya, kecuali dalam pertunjukan joget. Para penari wanita sebagian besar mengutamakan sopan-santun, tidak menantang pandangan penari mitra prianya. Penari wanita mengekspresikan sikap jinak-jinak merpati atau malu-malu kucing. Penari wanita gerakan-gerakannya menghindari penari pria. Dengan melihat konsep-konsep tentang tari dalam budaya Melayu seperti tersebut di atas, maka ditemui berbagai persamaan dan perbedaan. Konsep tari yang dikemukakan Sheppard sama dengan yang dikemukakan Husni. Lenggang yang dikemukakan Husni pengertiannya mencakup igal dan liuk yang dikemukakan oleh Sheppard. Tandak yang dikemukakan Husni pengertiannya lebih luas dari yang dikemukakan Sheppard, mencakup gerak wajah, leher, lengan, jari tangan, dan kaki. Namun demikian, dari kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam budaya tari Melayu dikenal beberapa konsep tentang tari yang maknanya menekankan pada gerakan anggota tubuh tertentu seperti teknik gerak. Konsep-konsep tari seperti itu dipergunakan juga dalam ronggeng Melayu. Misalnya gerak tari pada ronggeng, maknanya menekankan kepada gerakan lengan, tangan, dan jari-jari tangan. Gerak tandak berarti 295 David J. Goldsworthy, “Melayu Music of North Sumatra: Continuities and Changes.” Canberra : Monash University, 1979, Disertasi Doktoral. hal., 343. Universitas Sumatera Utara menekankan kepada gerakan kaki terutama sering dikaitkan dengan tari lagu dua yang memang mengutamakan gerakan kaki. Begitu juga dengan liuk yang berarti melayahkan badan ke bawah pada saat antara penari ronggeng bertukar posisi. Dalam budaya tari Melayu terdapat pemisahan peran ekspresi berdasarkan jenis kelamin jantina. Seorang penari pria mempunyai tata gerak yang berbeda dengan seorang penari wanita. Keanggunan wanita yang diekspresikan melalui gerak gemulainya dalam tari Melayu, akan lebih alamiah bila didampingi oleh ekspresi sikap gagah penari pria. Dalam tari berpasangan, gerak-gerak yang diekspresikan penari pria adalah melindungi penari wanita. Pada waktu menari berpasangan, penari pria mengitari penari wanita, sebagai ekspresi menjaga penari wanita dari gangguan orang lain. Penari wanita tidak diperkenankan melangkah terlalu lebar dan lebih menonjol gerakannya dibanding penari pria. Penari wanita melakukan gerakan- gerakan yang mengekspresikan kelembutan, yaitu gerak halus dan sedikit malu- malu. Pinggul penari wanita tidak boleh digoyangkan dengan sesuka hati, sehingga menimbulkan rangsangan erotis bagi yang melihatnya. Hinjut kaki seorang penari wanita tidak boleh terlalu keras dan kuat, sedangkan penari lelaki melangkah dengan mantap. Begitulah sifat tari Melayu yang ditarikan dari zaman ke zaman 296 . Untuk tetap menjaga tata susila, norma-norma adat mengatur para penari Melayu bagaimana seharusnya menggerakkan tangan dan jari-jari tangan. Lambaian, lenggang, dan lenggok tangan, pada saat menari sambil berjalan, 296 Mohd Anis Md Nor, “Lenggang dan Liuk dalam Tari Pergaulan Melayu”, Tirai Panggung, jilid 1, nomor 1, 1995, hal., 30-32. Universitas Sumatera Utara mengikuti aturan-aturan tertentu. Bagi seorang penari wanita, lenggangan tangannya tidak boleh melebihi sisi bahu sehingga nampak ketiaknya. Walaupun berbusana kebaya atau baju kurung, lenggangan tangan yang terlalu luas dan tinggi, tidak saja akan menghilangkan kesan keindahan busana, tetapi juga mencerminkan sifat angkuh, yang lari jauh dari sifat wanita Melayu, yang sederhana, seperti yang dikehendaki oleh norma-norma adat. Pada saat menari, lenggangan tangan seharusnya distilisasi dengan gerakan ayunan lemah gemulai, bukan sebagai gerak sehari-hari. Gerak tangan yang meniru gerak kelakuan sehari-hari seperti menata dan menyisir rambut, distilisasi dalam gerak tari. Corak-corak yang distilisasi itu, menghasilkan motif-motif tari yang indah. Dalam jenis tari senandung, lenggangan tangan yang melahirkan bentuk- bentuk gerak yang distilisasi sangat dipengaruhi oleh sifat lemah gemulai wanita Melayu. Lenggangan yang terlalu tinggi akan menimbulkan suasana yang berlawanan dengan rentak lagu yang lembut perlahan. Namun keindahan gerak lenggang akan terwujud bila bunga improvisasi tari pada tiap-tiap ujung frase melahirkan motif yang indah sebelum gong berbunyi. Gerak tari senandung bersifat mengalir terus. Pada setiap ketukan gong, gerak tidak diputus, tetapi harus disambung dengan lenggangan tangan, masuk pada hitungan pertama dan kedua pada setiap frase tari 297 . Berkaitan dengan tata susila dan estetika tari senandung, Goldsworthy 298 menjelaskannya sebagai berikut. 297 Ibid. 298 David J. Goldsworthy, “Melayu Music of North Sumatra: Continuities and Changes.” Canberra: Monash University, 1979, Disertasi Doktoral. hal., 344. Universitas Sumatera Utara In all dances classified into one category, a set of characteristic movements are typical. Graceful, swaying body movements with outstreched hand and delicately curved, upturned fingers dilentikkan are typical of sinandung dances. One of Malay writer compares these movements to the swaying of a cocnut tree at the waters edge. ... The wrist movement called gemulai tangan is most characterictic of sinandung. Although it is also found in other dance-types. ... It consist of an outwards twist of the wrist with fingers splayed and upturned. Two other movement typical of sinandung dances are called legar and bisik. Legar walking space means walking with the left hand resting on the left thigh and the righ hand streched horizontally with the shoulders and fingers extended and upturned. In the bisik movement, the two dancers bend in opposite directions, with heads cocked on the side and the right hand behind the ear, suggesting a listening movement. Menurut Goldworthy, seperti kutipan di atas, tari senandung diekspresikan dalam gerakan lemah gemulai, dan jari tangan dilentikkan.Gerakan ini dikonsepkan sebagai pohon nyiur melambai, yang daunnya menyentuh permukaan air. Gerakan yang menjadi ciri tari senandung lainnya adalah legar dan bisik. Legar adalah gerakan melangkah, tangan kiri diletakkan di paha dan tangan kanan direntangkan sejajar dengan bahu, kemudian telapak tangan kanan diputar, jari-jari dikuakkan dan dikembangkan terbuka. Gerakan bisik adalah dua penari berada dalam posisi berhadapan, kepala dimiringkan ke kanan, telapak tangan kanan ditempatkan pada posisi dekat dengan telinga kanan, sebagai ekspresi mendengar. Universitas Sumatera Utara Dalam jenis tari mak inang, lenggangan tangan seorang penari wanita tidak boleh terlalu luas, ayunan tangan tidak boleh terlalu tinggi dan cepat, sehingga menimbulkan kesan seolah-olah sedang diburu oleh kecepatan rentak. Lenggangan tangan dalam tari mak inang tetap berdasar kepada ekspresi gerak sederhana, walaupun motif geraknya lebih banyak dihiasi oleh gerak-gerak yang distilisasi. Rentak lagu mak inang yang agak cepat seperti Mak Inang China dan Canggung tidak boleh dianggap memaksa kecepatan lenggangan tangan penari. Menurut Goldworthy 299 , tari mak inang menekankan kepada gerakan kaki dan tangan yang mengalir. Kaki kiri dan kanan digerakkan ke atas dan ke bawah secara bergantian, tangan digerakkan dengan gemulai. Tiga tipe gerak tari mak inang adalah, gelak, singsing, dan kecak pinggang. Gelak dan singsing adalah gerakan ulangan-ulangan mundur dan maju. Pada gerakan gelak, penari berjalan mundur,tangan kiri memegang bagian busana pada lengan kiri atas, lengan kanan diayunkan. Pada gerakan singsing penari berjalan ke depan seperti sedang meniti, baju diangkat sedikit dipegang oleh kedua tangan. Kecak pinggang adalah gerakan pada tari mak inang yang dilakukan oleh penari pria, yaitu telapak tangan kiri ditempatkan di pinggang dan tangan kanan direntangkan ke kanan. Dalam jenis tari lagu dua, ayunan tangan penari wanita merupakan lenggangan ke arah samping tubuh dan bukan ayunan ke depan atau ke belakang tubuh. Kedua telapak tangan dalam keadaan digenggam yang mengekspresikan pepatah genggam tak sudah. Lenggangan tangan dengan jari digenggam harus mengalir, tidak terpatah-patah mengikuti gerak tapak kaki penari. Gerakan tari 299 David. J Goldsworthy, “Melayu Music of North Sumatra : Continuities and Changes,” Canberra : Monash University, 1979, Disertasi Doktoral. hal., 345. Universitas Sumatera Utara lagu dua mempunyai ciri khas, terdiri dari gerakan henjut pada kaki dan gerakan relatif cepat, sedangkan lenggangan tangan diayun sambung menyambung ke samping kanan dan kiri tubuh penari. Sesekali penari menundukkan badan sedikit ke depan, sebagai ekspresi merendahkan diri dan menghormati pasangannya. Langkah dasar tari lagu dua dibentuk oleh gerakan tumit dan jari kaki ke depan dan ke belakang. Tangan bergerak ke atas dan ke bawah, membentuk motif-motif yang diulang-ulang. Beberapa gerakan tari lagu dua diambil dari tari- tarian Portugis, misalnya gerakan meloncat, yang diikuti posisi telapak tangan kiri ditempatkan di pinggul dan telapak tangan kanan di bahu 300 . Demikian pula untuk tari-tari yang lain seperti Serampang Dua Belas, Zapin Kasih dan Budi, Zapin Bulan Mengambang, dan lain-lainnya.

5.3.2 Teknik Gerak Tari Melayu

Di dalam kebudayaan tari Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara, menurut Takari wawancara Desember 2010, terdapat istilah-istilah teknis gerak, seperti: 1 legar, yaitu gerakan badan berputar menyambar; 2 geser, yaitu gerak menggeserkan kaki; 3 limbung, yaitu gerak yang membentuk pola lantai setengah lingkaran; 4 jengket, yaitu penari berdiri di atas jari kaki, yang menjadi ciri khas tari zapin; 5 jengget, yaitu gerakan seperti orang yang berjalan pincang; 6 jingkat, yaitu gerakan telapak bagian ujung jari kaki yang dicecahkan di lantai; 7 sambar, yaitu gerak luncur berpapasan; 8 melayah, yaitu gerak 300 Ibid, hal., 347. Universitas Sumatera Utara membungkukkan badan; 9 ogah-agih, yaitu gerakan badan bergoyang seperti pohon pinang ditiup angin; 10 angguk-angguk, gerak kepala ditundukkan; 11 buka, gerakan memperlihatkan keseluruhan telapak tangan; 12 kuak, gerakan tangan bersilang kemudian diarahkan ke sampingkiri dan kanan; 13 sayap, gerakan kedua tangan dikembangkan sepanjang lengan kiri dan kanan; 14 senandung, gerakan tangan lemah-lembut melambai; 15 jentik, menjentikkan induk jari dengan jari tengah tangan; 16 lambai, menjentik dengan ujung jari dari dalam ke luar tapak tangan; 17 gamit, menjentik dengan ujung jari dari luar ke dalam; 18 jendit, memukul ibu jari dengan telunjuk atau jari tengah sambil menggesernya, sehingga mengeluarkan suara; 19 lentik, yaitu melengkungkan dan melendutkan jari-jari ke luar sejauh mungkin seperti alun air memecah pantai; dan masih banyak lagi yang lainnya.

5.3.3 Tata Susila Tari Melayu

Menurut Goldsworthy 301 tari-tarian Melayu didasarkan kepada adat- istiadat, dan dibatasi oleh pantangan adat. Para penari wanita disarankan untuk menjaga kehormatan dan harga dirinya. Mereka tidak diperkenankan mengangkat tangan melebihi bahunya, dan tidak diperkenankan menampakkan giginya pada saat menari. Mereka tidak boleh menggoyang-goyangkan pinggulnya. Para penari wanita sebagian besar mengutamakan sopan santun, tidak menantang pandangan penari mitra prianya. Penari wanita mengekspresikan jinak-jinak merpati atau malu-malu kucing. Penari wanita gerakan-gerakannya menghindari penari pria. 301 David J. Goldsworthy, op. cit., hal., 343. Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan pendapat Goldsworthy, Mohd Anis Md Noor 302 mengemukakan bahwa salah satu aspek penting dalam mengekspresikan gerak dalam tari tradisional Melayu, adalah berdasarkan kepada kehalusan budi orang-orang Melayu. Sebagaimana etnik lain di dunia, tari Melayu juga berdasar kepada estetika masyarakat pendukungnya. Dinamika gerak tari Melayu pada umumnya mengikuti gemulai langkah kaki dan tangan. Pada budaya tari Melayu terdapat pemisahan peran ekspresi berdasarkan jenis kelamin jantina. Seorang penari pria mempunyai tata gerak yang berbeda dengan seorang penari wanita. Keanggunan wanita yang diekspresikan melalui gerak gemulainya dalam tari Melayu, akan lebih alamiah apabila didampingi oleh ekspresi sikap gagah penari pria. Dalam tari berpasangan, gerak-gerak yang diekspresikan penari pria adalah melindungi penari wanita. Pada waktu menari berpasangan, penari pria mengitari penari wanita, sebagai ekspresi menjaga penari wanita dari gangguan orang lain. Penari wanita tidak diperkenankan melangkah terlalu lebar dan lebih menonjol gerakannya dibanding penari pria. Penari wanita melakukan gerakan- gerakan yang mengekspresikan kelembutan, yaitu gerak halus dan sedikit malu- malu. Pinggul penari wanita tidak boleh digoyangkan dengan sesuka hati, sehingga menimbulkan rangsangan erotis bagi yang melihatnya. Langkah kaki seorang penari wanita tidak boleh terlalu keras dan kuat, sedangkan penari laki- laki melangkah dengan mantap dan pasti. Begitulah sifat tari Melayu dari zaman ke zaman 303 . 302 Mohd Anis Md Nor, op. cit., hal., 30-32. 303 Ibid. Universitas Sumatera Utara Untuk tetap menjaga tata susila, norma-norma adat mengatur para penari Melayu bagaimana seharusnya menggerakkan tangan dan jari-jari tangan. Lambaian, lenggang, dan lenggok tangan, pada saat menari sambil berjalan, mengikuti aturan-aturan tertentu. Bagi seorang penari wanita, lenggangan tangannya tidak boleh melebihi sisi bahu sehingga nampak ketiaknya. Walaupun berbusana kebaya atau baju kurung, lenggangan tangan yang terlalu luas dan tinggi, tidak saja akan menghilangkan kesan keindahan busana, tetapi juga mencerminkan sifat angkuh, yang jauh dari sifat wanita Melayu, yang sederhana, seperti yang dikehendaki oleh norma-norma adat. Pada saat menari, lenggangan tangan seharusnya distilisasi dengan gerak ayunan lemah gemulai, bukan sebagai gerak sehari-hari. Gerak tangan yang meniru gerak kelakuan sehari-hari seperti menata dan menyisir rambut, distilisasi dalam gerak tari. Corak gerak yang distilisasi dalam frase-frase tari itu, akan menghasilkan motif-motif tari yang indah. Dalam jenis tari senandung, gerak lenggangan tangan sangat dipengaruhi oleh sifat lemah gemulai wanita Melayu. Lenggangan yang terlalu tinggi akan menimbulkan suasana yang berlawanan dengan rentak lagu yang lembut dan perlahan. Namun demikian, keindahan gerak lenggang akan terwujud apabila bunga improvisasi tari pada tiap-tiap ujung frase melahirkan motif yang indah sebelum gong berbunyi. Gerak tari senandung bersifat “mengalir” terus. Pada setiap ketukan gong, gerak tidak diputus, tetapi harus disambung dengan lenggangan tangan, masuk pada hitungan pertama dan kedua pada setiap frase tari. Universitas Sumatera Utara Berkaitan dengan tata susila dan estetika tari senandung, Goldsworthy menjelaskannya sebagai berikut. In all dances classified into one category, a set of characteristic movements are typical. Graceful, swaying body movements with outstreched hand and delicately curved, upturned fingers dilentikkan are typical of sinandung dances. One Malay writer compares these movements to the swaying of a coconut tree at the water edge. ... The wrist movement called gemulai tangan is most characteristic of sinandung, although it is also found in other dance- types. ... It consist of an outwards twist of the wrist with fingers splayed and upturned. Two other movement typical of sinandung dances are called legar and bisik. Legar walking space means walking with the left hand resting on the left thigh and the right hand streched horizontally with the shoulders and fingers extended and upturned. In the bisik movement, the two dancers bend in opposite directions, with heads cocked on the side and the right hand behind the ear, suggesting a listening movement 304 . Menurut Goldsworthy seperti kutipan di atas, bahwa tari senandung diekspresikan dalam gerakan lemah gemulai, dan jari tangan dilentikkan. Gerakan ini dikonsepkan sebagai pohon nyiur melambai, yang daunnya menyentuh permukaan air. Gerakan yang menjadi ciri tari senandung lainnya adalah legar dan bisik. Legar adalah gerakan melangkah, tangan kiri diletakkan di paha dan tangan kanan direntangkan sejajar dengan bahu, kemudian telapak tangan kanan diputar, jari-jari dikuakkan dan dikembangkan terbuka. Gerakan bisik adalah dua penari berada dalam posisi berhadapan, kepala dimiringkan ke kanan, telapak tangan kanan ditempatkan pada posisi dekat dengan telinga kanan, sebagai ekspresi mendengar. Dalam jenis tari mak inang, lenggangan tangan seorang penari wanita tidak boleh terlalu luas. Ayunan tangan tidak boleh terlalu tinggi dan cepat, 304 David J. Goldsworthy, op. cit., hal., 344. Universitas Sumatera Utara sehingga menimbulkan kesan seolah-olah sedang diburu oleh kecepatan rentak. Lenggangan tangan dalam tari mak inang tetap berdasar kepada ekspresi gerak sederhana, walaupun motif geraknya lebih banyak dihiasi oleh gerak-gerak yang distilisasi. Rentak lagu mak inang yang agak cepat seperti Mak Inang China dan Canggung tidak boleh dianggap memaksa kecepatan lenggangan tangan penari. Menurut Goldsworthy 305 , tari mak inang menekankan kepada gerakan kaki dan tangan yang mengalir. Kaki kiri dan kanan digerakkan ke atas dan ke bawah secara bergantian, tangan digerakkan dengan gemulai. Tiga tipe gerak tari mak inang adalah gerak gelak, singsing, dan kecak pinggang. Gelak dan singsing adalah gerakan mundur dan maju. Pada gerakan gelak, penari berjalan mundur, tangan kiri memegang bagian busana pada lengan kiri atas, lengan kanan diayunkan. Pada gerakan singsing penari berjalan ke depan seperti sedang meniti, baju diangkat sedikit dipegang oleh kedua tangan. Kecak pinggang adalah gerakan pada tari mak inang yang dilakukan oleh penari pria, yaitu telapak tangan kiri ditempatkan di pinggang dan tangan kanan direntangkan ke kanan. Dalam jenis tari lagu dua, ayunan tangan penari wanita merupakan lenggangan ke arah samping tubuh dan bukan ayunan ke depan atau ke belakang tubuh. Kedua telapak tangan dalam keadaan digenggam yang mengekspresikan pepatah genggam tak sudah. Lenggangan tangan dengan jari digenggam harus mengalir, tidak terpatah-patah mengikuti gerak tapak kaki penari. Gerakan tari lagu dua mempunyai ciri khas, terdiri dari gerakan hinjut pada kaki dan gerakannya relatif cepat. Sedangkan lenggangan tangan diayun sambung- 305 David J. Goldsworthy, op. cit., hal., 345. Universitas Sumatera Utara menyambung ke samping kanan dan kiri tubuh penari. Sesekali penari menundukkan badan sedikit ke depan, sebagai ekspresi merendahkan diri dan menghormati pasangannya. Langkah dasar tari lagu dua dibentuk oleh gerakan tumit dan jari kaki ke depan dan ke belakang. Tangan bergerak ke atas dan ke bawah, membentuk motif-motif yang diulang-ulang. Beberapa gerakan tari lagu dua diambil dari tari- tarian Portugis, misalnya gerakan meloncat, yang diikuti posisi telapak tangan kiri ditempatkan di pinggul dan telapak tangan kanan di bahu. Semua gaya dan dasar-dasar tari Melayu seperti disebutkan di atas sebenarnya terdapat juga dalam tari zapin. Gaya tari zapin secara umum adalah mengikuti tata susila dan norma-norma gerak tarian Melayu. Tari zapin Melayu menurut penjelasan para informan berdasar kepada gerak-gerik yang diolah orang Melayu sendiri. Tari zapin Melayu bukanlah seperti yang terdapat dalam zapin Arab.

5.3.4 Busana Tari zapin

Busana menjadi bagian penting dalam pertunjukan tarian Melayu di Sumatera Utara, termasuk tari zapin. Busana menjadi karir seorang penari Melayu. Perhiasan berupa anting-anting, gelang, kancing baju yang terbuat dari emas, menjadi bagian dari gengsi dan martabat seorang ronggeng. Busana yang dikenakan penari Melayu, biasanya terdiri dari dua jenis baju, yaitu baju kebaya dan baju kurung, disertai dengan kain, selendang, dan sandal. Universitas Sumatera Utara Warna yang dipergunakan bebas. Biasanya warna-warna yang menyala, seperti hijau daun, hijau muda, merah, biru, kuning, perak, dan sejenisnya. Baju itu menurut aturan tradisional panjangnya harus melebihi lutut pemakainya, agar dipandang sopan. Secara tradisional, bisanya penari wanita Melayu menggunakan sanggul. Namun pada zaman sekarang, terutama penari-penari muda, tidak lagi menggunakan sanggul. Penari senior menyelipkan bunga biasanya mawar atau melati di sela-sela antara daun telinga sisi atas dan rambut, yang tujuannya adalah menandakan bahwa merekalah sebagai ibu asuh dari keseluruhan penari yang lebih muda. Make-up dipersiapkan dari rumah atau salon, biasanya menggunakan bedak, lipstick, dan hairspray. Tidak jarang pula mereka menggunakan minyak wangi. Penari laki-laki juga memakai busana adat Melayu. Kepala ditutup dengan peci pada umumnya atau khas Sumatera Utara. Badan mengenakan baju gunting China atau kecak musang. Bagian bawah, kaki mengenakan seluar atau celana. Di bagian atasnya dilapisi dengan kain sesamping yang dijalin mengikuti selera estetika pemakainya. Ada yang disimpul berbentuk bunga, ada dengan lipatan biasa, ada pula menggunakan pending, dan lain-lainnya. Sementara kaki menggunakan sandal atau kasut. Kadang ketika menari, penari wanita dan pria ini tidak pakai alas kaki. Warna-warna yang digunakan penari laki-laki juga bebas, seperti penari wanita. Universitas Sumatera Utara

5.3.5 Deskripsi Gerak Tari Zapin

Umumnya tarian zapin ini dibagi menjadi tiga segmen: i motif tari pengantar ii tari yang tepat iii tahtim itu, tahto, atau frasa tari tahtom. Ini yang merupakan koda untuk menari. Gerakan tari dasar: i jumlah tari empat mengalahkan di semua bagian tari ii menjembatani urutan tarian oleh frasa tari dasar dan mengulangi urutan tarian dalam tarian yang tepat iii tahtim itu, tahto, atau motif tari tahtom merupakan bentuk berbeda nyata bagian tari dari sisa gerakan tari 306 . Dalam tari zapin, ada berbagai aspek yang hendak dikomunikasikan. Tari zapin umumnya terdiri dari tiga fase, yaitu: a pembuka yang terdiri dari sembah sembah duduk, berdiri langkah sebelah, dan langkah belakang; b isi yang terdiri daripada gerak ragam ragam satu, ragam dua, ragam tiga, ragam empat, ragam lima, ragam enam, ragam langkah belakang, ragam siku keluang; gerak anak anak ayam, anak ikan, buang anak; gerak lompat lompat kecil, pisau belanak, pisau belanak kecil, pisau belanak besar; gerak pecah pecah dua, pecah empat, pecah enam, pecah lapan, pecah sepuluh, pecah dua belas; dan c bagian variasi, yaitu tahto dan tahtim. Adapun yang hendak dikomunikasikan dalam tari zapin ini adalah bahwa siapapun yang hendak melakukan persembahan mestilah memberi hormat kepada penonton sesuai dengan adat budaya Melayu. Kemudian dalam persembahan para pemain terikat oleh norma-norma tarian yang digariskan oleh adat dan budaya Melayu. Namun selain itu sebagai manusia kita juga perlu 306 Mohd Anis Md Nor, “The Zafin Melayu Dance of Johor: From Village to A National Performance Tradition.” disertasi doctoral. Michigan: The University of Michigan, 1990, hal., 98-99. Universitas Sumatera Utara mengekspresikan kebebasan yang sopan, yang diberikan saat tahtim dan tahto tahtum. Di ujung persembahan musik memainkan bagian tahtim atau tahto sebagai coda persembahan. Suara gendang dalam densitas kuat atau senting. Kemudian berakhirlah persembahan satu repertoar tari dan musik zapin tersebut. Ini pola umum pertunjukan zapin di Alam Melayu. 5.4 Struktur Musik Zapin 5.4.1 Alat-alat Musik Melayu dan yang Digunakan dalam Ensambel Zapin

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengembangan Wilayah (Aspek Ekonomi Sosial Dan Budaya) Terhadap Pertahanan Negara Di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara

0 18 14

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 15

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 2

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 27

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 45

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 6

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 6

Satu Kajian Daripada Aspek Pensejarahan Budaya - Sejarah Melayu Suatu Kajian

0 0 247

Kata kunci: Islam, Melayu, dan Budaya Pendahuluan - ISLAM MELAYU DALAM PUSARAN SEJARAH Sebuah Transformasi Kebudayaan Melayu Nusantara

1 2 19

STRUKTUR DAN FUNGSI KALIMAT BAHASA MELAYU SAMBAS

0 1 100