Zapin di Wilayah Budaya Serdang

mersik, garau, garau alang, dan gahung, untuk masing-masing senar satu, dua, tiga, dan empat. Di Eropa, untuk senar biola ini standarnya adalah nada E,A,D, dan G. Istilah mersik, garau, garau alang, dan gahung adalah imitasi dari suara yang ada di alam ini. Mersik suara yang melengking, garau dan garau alang adalah gesekan antara pepohonan atau semak belukar, dan gahung adalah bunyi bulat semacam gong. Selanjutnya kita lihat apakah zapin itu?

3.13 Zapin di Wilayah Budaya Serdang

Dalam sejarah Islam di Asia Tenggara, khususnya Dunia Melayu, zapin menyebar ke semua penjuru Nusantara, seperti di Semenanjung Malaysia, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Jambi, Lampung, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan lain-lainnya. Persebaran zapin ini amatlah didukung oleh para penyebar agama Islam di Nusantara, karena zapin dipandang sebagai ekspresi seni Islam. Kini salah satu negeri Melayu yaitu Johor menetapkan zapin sebagai tarian identitas kawasan itu yang juga telah menjadi tarian nasional Malaysia. Kawasan-kawasan lain juga tidak tinggal diam dalam konteks mewarisi seni zapin ini. Setiap kali ada festival tari atau musik Melayu, berbagai kawasan Dunia Melayu selalu mempagelarkan seni zapin sebagai identitas kawasannya. Misalnya dalam kegiatan Pesta Gendang Nusantara di Melaka, Festival Tari Melayu di Palembang, Festival Zapin di Johor, Pesta Khatulistiwa di Kalimantan Barat, Pesta Budaya Melayu di Medan, dan lain- lainnya. wawancara Takari, Januari 2011 Universitas Sumatera Utara Secara etimologis, kata zapin berasal dari Bahasa Arab, yang memiliki berbagai makna. Kata zapin sendiri berkaitan dengan kata-kata turunan seperti zafa, zaffa, zafana, zaffan, dan lain-lainnya. Kalau ditelisik lebih jauh, memang kesemua kata itu dalam bahasa Arab memiliki hubungan dengan kata tari dalam bahasa Melayu. Namun sebelum dibedah maknanya, alangkah baik kita lihat dahulu apa arti zapin dalam wikipedia Indonesia. Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu kata Zafn yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan. Zapin merupakan khasanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan. Musik pengiringnya terdiri dari dua alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas. Sebelum tahun 1960, zapin hanya ditarikan oleh penari laki-laki namun kini sudah biasa ditarikan oleh penari perempuan bahkan penari campuran laki-laki dengan perempuan. Tari Zapin sangat banyak ragam gerak tarinya, walaupun pada dasarnya gerak dasar zapinnya sama, ditarikan oleh rakyat di pesisir timur dan barat Sumatera, Semenanjung Malaysia, Sarawak, Kepulauan Riau, pesisir Kalimantan dan Brunei Darussalam sumber: httpid.wikipedia. orgwikiZapin Berdasarkan kutipan seperti terurai di atas, maka dapat dikatakan bahwa istilah zapin berasal dari bahasa Arab. Kemudian zapin adalah salah satu tari Melayu, yang diadopsi dari Arab. Zapin adalah media enkulturasi dakwah Islam. Ensambel musik terdiri dari dua peran yaitu yang membawa melodi adalah musik petik gambus atau ‘ud dan pembawa ritme yaitu tiga buah alat pukul kecil maksudnya gendang marwas. Awalnya ditarikan lelaki, akhirnya perempuan, atau campuran laki-laki dan perempuan. Ragam tari berkembang dan tari ini muncul di Alam Melayu. Kemudian seorang profesor tarian Melayu Mohd Anis Universitas Sumatera Utara Md Nor menguraikan secara panjang lebar tentang arti kata zapin ini dan kata- kata turunannya. Menurut kajian Mohd Anis Md Nor 257 , bahwa di Dunia Melayu zapin adalah sebuah genre seni pertunjukan yang di dalamnya menampilkan tarian dan musik sekaligus. Biasanya tarian zapin dipersembahkan oleh penari lelaki. Seperti yang dikutipnya dari Winsted, kata zapin berasal dari bahasa Arab, yang banyak digunakan oleh orang Melayu Johor. Zapin dalam bahasa Arab ini menurut Wilkinson adalah tarian yang dilakukan dua orang penari laki-laki. Kata turunan zapin yaitu zaffa maknanya adalah sehelai kain yang dibawa oleh pengantin wanita kepada mempelai lelaki dalam prosesi pernikahan. Kemungkinan besar pula istilah zapin ini disesuaikan dengan lidah Melayu sehingga kemungkinan bisa memiliki arti lain. Namun arti-arti itu jika ditelusuri dari bahasa Arab memiliki makna yang dekat, seperti maknanya adalah upacara pernikahan atau menari untuk upacara pernikahan. Kata zapin ini pula tidak dapat dihubungkan dengan kegiatan menari yang bertujuan memperoleh uang yang disebut dengan kegiatan raqasa. Zapin berhubung erat dengan tari yang dipersembahkan pada upacara pernikahan. Dengan demikian, zapin memuat penuh ajaran-ajaran Islam, yaitu memperbolehkan menari di majelis pernikahan walimatul ursy Dalam ajaran agama Islam, lagu dan tari boleh dilakukan pada tempat dan situasi tertentu, atas panduan Rasulullah s.a.w. Antara diperbolehkannya kegiatan menyanyikan lagu dan tari itu menurut perspektif Islam, dapat dilihat dalam dua hadits yang dikutip berikut ini. 257 Mohd Anis Md Nor. Zapin Melayu di Nusantara, Kuala Lumpur: Yayasan Warisan Johor, 2000, hal., 84-85. Universitas Sumatera Utara Artinya: Diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Bahawa Umar melihat Hassan menyanyikan lagu di dalam masjid, langsung ditegurnya, tetapi Hassan menjawab: “Saya pernah menyanyi dan orang yang lebih baik Rasulullah SAW.. dari kamu berada di sampingku.” Hadits Riwayat Muslim, Fadlail Shahabah: 4539. Artinya: Dari Abi Hurairah berkata: “Rasulullah s.a.w. masuk ke masjid, di situ ada para habasyahnegro sedang menari-nari mempersembahkan tari, diherdiklah mereka oleh Umar.” Nabi s.a.w. mengatakan: “Biarkanlah hai Umar, mereka adalah Bani Arfidah.” Hadis Riwayat Ahmad: 10544. Sesuai dengan asal-usul katanya, zapin jelas menjadi bahagian dari kebudayaan Islam, yaitu tarian dalam konteks upacara perkawinan. Namun di Nusantara ini, selain istilah zapin, lazim juga digunakan istilah marawis. Pertunjukannya sama dengan zapin dan merujuk seni yang sama dengan zapin, namun menggunakan istilah yang berbeda saja. Kalau zapin maknanya adalah Universitas Sumatera Utara lebih menekankan kepada tarian, maka marawis adalah lebih menekankan kepada salah satu alat musik membranofon dua sisi yang lazim digunakan dalam seni zapin. Apa itu marawis, lihat kutipan berikut ini. Marawis adalah salah satu jenis band tepuk dengan perkusi sebagai alat musik utamanya. Musik ini merupakan kolaborasi antara kesenian Timur Tengah dan Betawi, dan memiliki unsur keagamaan yang kental. Itu tercermin dari berbagai lirik lagu yang dibawakan yang merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta. Kesenian marawis berasal dari negara timur tengah terutama dari Yaman. Nama marawis diambil dari nama salah satu alat musik yang dipergunakan dalam kesenian ini. Secara keseluruhan, musik ini menggunakan hajir gendang besar berdiameter 45 Cm dengan tinggi 60-70 Cm, marawis gendang kecil berdiameter 20 Cm dengan tinggi 19 Cm, dumbuk sejenis gendang yang berbentuk seperti dandang, memiliki diameter yang berbeda pada kedua sisinya, serta dua potong kayu bulat berdiameter sepuluh sentimeter. Kadang kala perkusi dilengkapi dengan tamborin atau krecek. Lagu-lagu yang berirama gambus atau padang pasir dinyanyikan sambil diiringi jenis pukulan tertentu Dalam Katalog Pekan Musik Daerah, Dinas Kebudayaan DKI, 1997, terdapat tiga jenis pukulan atau nada, yaitu zapin, sarah, dan zahefah. Pukulan zapin mengiringi lagu-lagu gembira pada saat pentas di panggung, seperti lagu berbalas pantun. Nada zapin adalah nada yang sering digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad SAW shalawat. Tempo nada zafin lebih lambat dan tidak terlalu menghentak, sehingga banyak juga digunakan dalam mengiringi lagu-lagu Melayu. Pukulan sarah dipakai untuk mengarak pengantin. Sedangkan zahefah mengiringi lagu di majlis. Kedua nada itu lebih banyak digunakan untuk irama yang menghentak dan membangkitkan semangat. Dalam marawis juga dikenal istilah ngepang yang artinya berbalasan memukul dan ngangkat. Selain mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan pesta perkawinan, marawis juga kerap dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islam.Musik ini dimainkan oleh minimal sepuluh orang. Setiap orang memainkan satu buah alat sambil bernyanyi. Terkadang, untuk membangkitkan semangat, beberapa orang dari kelompok tersebut bergerak sesuai dengan irama lagu. Semua pemainnya pria, dengan busana gamis dan celana panjang, serta berpeci. Uniknya, pemain marawis bersifat turun temurun. Sebagian besar masih dalam hubungan darah--kakek, cucu, dan keponakan. Sekarang hampir di setiap wilayah terdapat marawis sumber: http:id.wikipedia.org Universitas Sumatera Utara Jadi marawis seperti kutipan di atas, adalah sama pertunjukannya dengan zapin, namun marawis ini lebih bergaya zapin Arab, belum masuk ke dalamnya zapin Melayu. Istilah marawis itu sendiri adalah alat musik pembawa ritme, semenara arti zapin lebih cenderung bermakna tariannya. Dua istilah untuk menyebutkan hal yang sama ini, mungkin saja terjadi dalam bidang kesenian. Jadi dengan demikian antara zapin dengan marawis secara harfiah memang memiliki makna yang berbeda, namun secara budaya memiliki makna dan konteks yang sama atau hampir sama. Zapin yang datang ke Nusantara ini diperkirakan sama datangnya dengan persebaran Islam di kawasan ini, yang densitasnya begitu masif di abad ke-13. Kawasan mana yang lebih dahulu menerima zapin di Nusantara ini belumlah banyak diungkap oleh para pakar sejarah seni. Namun demikian, sesuai dengan gelombang pengislaman Nusantara, maka kawasan Dunia Melayu sebelah barat kemungkinan besar lebih dahulu menerima seni-seni pertunjukan Islam. Walau bukti-bukti sejarah ke arah itu masih perlu terus digali dan dicari. Pada tahun 1950 residensi Sumatera Timur digabung dengan residensi Tapanuli di pantai barat Sumatera menjadi Propinsi Sumatera Utara dengan ibukotanya di Lubuk Pakam bekas ibukota Kerajaan Serdang. Di daerah Serdang sangat populer sejak dahulu seni musik dan tari Islam yang kemudian dianggap sebagai milik orang Melayu karena telah beradaptasi dengan ciri dan jati diri orang Melayu disini. Sudah merupakan suatu kenyataan bahwa seni musik dan tari Islam didapatkan melalui proses pembelajaran baik oral maupun tulisan dari pesantren-pesantren yang ada di wilayah Serdang. Di Serdang Universitas Sumatera Utara selain musik “Barodah” Hadrah sejak zaman dahulu telah populer tarian Zapin yang artinya dalam bahasa Arab ialah tarian yang menghentakkan kaki dengan keras.wawancara dengan Tengku Luckman Sinar 28 Desember 2010. Tarian Zapin ini sangat erat hubungannya dengan Gambus bahkan tarian itu di Serdang dikenal dengan nama tarian Gambus. Gambus ialah alat musik petik yang mempunyai tiga senar ganda dan satu senar tunggal, yang berasal dari Yaman Timur Tengah, sedangkan di Zanzibar bernama Gabbus dan si Asia Tengah bernama Kopuz. Menurut cerita Hamzah Ahmed Tempo, 29 Desember 1984 258 , istilah Zapin muncul pada sekitar abad ke-6 M, ketika terjadi peperangan dengan orang-orang kafir Mekah, dimana pada waktu itu puteri Saidina Hamzah ingin ikut Nabi Muhammad untuk hijrah ke Madinah, namun Nabi Muhammad menolaknya, sehingga terjadi perdebatan, namun tak lama kemudian Nabi menunjuk Saidina Ali untuk menjadi wali pengasuh puteri Saidina Hamzah, yang kemudian Saidina Ali dengan girangnya menari dengan mengangkat kaki. Begitulah ceritanya menurut Hamzah. Kemudian hal yang menyatakan bahwasanya Zapin itu berasal dari Arab Timur Tengah adalah pernyataan dari wawancara T. Luckman Sinar, S.H., dengan Tengku Muzier yakni seorang pemimpin band kelompok musik brass band Tuanku Sultan Sulaiman yang telah berusia 75 tahun pada tahun 1975 259 . Beliau mengatakan bahwa menurut cerita yang diperolehnya dari orang-orang tua dahulu sewaktu ia masih kanak-kanak, 258 Tuanku Luckman Sinar Basarshah II, SH., 28 Desember 2010, “ZapinGambus di Wilayah Kabupaten Deli – Serdang Sumatera Utara”, makalah Seminar Bengkel Tari Zapin Nusantara, di Hotel Tiara Convention Center, Medan, hal., 14. 259 Tuanku Luckman Sinar Basarshah II, SH., 28 Desember 2010, “ZapinGambus di Wilayah Kabupaten Deli – Serdang Sumatera Utara”, makalah Seminar Bengkel Tari Zapin Nusantara, di Hotel Tiara Convention Center, Medan, hal., 15. Universitas Sumatera Utara Zapin ini dibawa oleh saudagar-saudagar Arab dari India ke Serdang. Nah pernyataan ini memperkuat seperti yang telah saya paparkan pada Bab II dalam tulisan ini mengenai Kerajaan Haru, bahwa pendiri dari pada Kerajaan Deli, nenek moyang Sultan Serdang dan Sultan Deli ialah Tuanku Sri Paduka Gocah Pahlawan berasal dari India. Di daerah Serdang ini juga ditemukan nama-nama yang ada kaitannya dengan Islam seperti, ada nama kampung di Serdang yang bernama “Firdaus”, “Bandar Khalipah”, dan sebagainya 260 . Kesenian Zapin di masa Kesultanan Sulaiman Syariful Alamsyah yang tidak lain adalah pemegang tahta kesultanan Serdang yang ke-V periode 1866 – 1946, adalah masa keemasan bagi kesenian Zapin. Di masa inilah setiap tahun oleh Tuanku Sultan Sulaiman diadakan festival Zapin group-group musik dan penari ZapinGambus, dimana para pemenangnya selain diberi hadiah dapat tampil dalam Istana Kota Galuh yaitu Istana Kesultanan Tuanku Sulaiman, dan juga diangkat sebagai kelompok Zapin dari Istana yang diatur oleh petugas khusus Istana yang bernama Tengku Gambus. Selanjutnya penulis juga melakukan wawancara terhadap Singah bin Zakaria, seorang tokoh Zapin dari Serdang, namun berhubung beliau sudah meninggal dunia maka penulis mewawancarai keluarga Singah bin Zakaria yang masih hidup yaitu : istrinya yang bernama Dauwiyah binti Alang yang telah berusia 72 tahun. Almarhum Singah bin Zakaria ini adalah sorang polisi dulunya. wawancara pada bulan Maret, 2011 260 Ibid. Universitas Sumatera Utara Beliau lahir pada tanggal 01 Februari 1922 dan meninggal sekitar tahun 2000, dan dikuburkan di belakang Mesjid Istiqamal, Perbaungan. Beliau ini dulunya bertugas sebagai polisi merangkap guru, penari, dan yang terakhir diangkat sebagai Penghulu atau Kepala desa di daerah Perbaungan. Beliau pensiun dari polisi sekitar tahun 1968-1969 dan kemudian diangkat sebagai penghulu sampai tahun 1985. Sedangkan istrinya bekerja sebagai perawat dan merangkap penyanyi Zapin. Almarhum Singah bin Zakaria ini mempunyai delapan orang anak yang bernama: 1 Charul Bakti bin Singah bin Zakaria, 2 Ridwan Bakti bin Singah bin Zakaria; 3 Edi Anwar Bakti bin Singah bin Zakaria; 4 Yuspita binti Singah bin Zakaria Almarhum; 5 Muhammad Zen bin Singah bin Zakaria; 6 Khaidir bin Singah bin Zakaria; 7 Mak Bob bin Singah bin Zakaria; 8 Ilham bin Singah bin Zakaria Ibu Dauwiyah ini bercerita bahwa suaminya ini belajar Zapin dari Ayah dari ibu Dauwiyah itu sendiri yang tidak lain adalah mertua almarhum Singah bin Zakaria. yakni Datuk Alang atau dinamakan juga Wak Alang yang pada masa Kesultanan Tuanku Sulaiman, Raja Serdang yang ke-V, bekerja sebagai tukang pangkas Istana. Datuk Alang ini pandai menari dan bermusik Zapin dan kemudian mengajari menantunya berZapin. Begitulah ceritanya maka Almarhum Singah bin Zakaria ini menjadi tokoh Zapin di Serdang. Kemudian anak-anaknya yang juga sebagai penari Zapin di wilayah pasar bengkel, Perbaungan, yakni : Chairul Bakti bin Singah bin Zakaria dan Edi Anwar Bakti. Mereka ini tergabung kedalam komunitas seni Zapin dari bengkel yang mempunyai anggota, antara lain bernama: 1 Nasri Effhaz bin A. Saari alias bang Cici pemain Gambus; 2 H. Abubakar Universitas Sumatera Utara pemain biola; 3 Rizky Faisal pemain marwas; 4 Hendra Irawan pemain marwas; 5 Heru Winarto pemain gendang, dan 6 Hilmi Nazla pemain marwas. Alat-alat musik yang dipergunakan dalam komunitas Zapin yang ada di pasar bengkel ini antara lain ialah: satu buah gambus; satu buah akordeon; lima buah marwas; satu buah marakas; satu buah tambourine; satu buah gendang ronggeng; satu buah biola; dan satu buah seruling Menurut penjelasan ibu Dauwiyah wawancara 11 Juni 2011 yang merupakan isteri Alamrhum Singah bin Zakaria bahwa zapin yang ada di Kesultanan Serdang datang langsung dari Tanah Arab. Ibu Dauwiyah juga bercerita bahwa dulu ada seorang Melayu keturunan Jawa pergi ke Tanah Suci Mekah di abad ke-19 belajar ilmu agama dan seni termasuk zapin dari sana dan kemudian mengembangkannya di Serdang. Tokoh itu bernama Haji Razali. Namun Beliau ini hanyalah rakyat biasa dan tidak termasuk ke dalam kelompok kesenian Zapin Istana. Dan kemudian ketika ibu Dauwiyah ini pergi naik Haji ke Mekah pada tahun 1994, ibu ini bertemu dengan cucu dari Haji Razali yang berada dan berdomisili di Mekah. Bahkan pendapat Almarhum Singah bin Zakaria tentang seni zapin ini dikutip oleh Mohd Anis Md Noor 261 sebagai berikut. Kami menari untuk Tuanku sekurang-kurangnya dua kali sebulan. Tuanku suka sekali sama Gambus. Ada tempat seperti kotak di hadapan singgasana, dari Kepala Gajah. Tuanku mau melihat 261 Mohd Anis Md Nor, “The Zafin Melayu Dance of Johor: From Village to A National Performance Tradition.” Disertasi Doktoral. Michigan: The University of Michigan, 1990, hal., 90. Universitas Sumatera Utara semua pemain: Wak Pian, Alang, Ja’apar Buta, Noh, Mail semuanya peningkah. Tengku Tobo, pemusik semua duduk di muka. Kami harus di samping, tidak dibenarkan seorang pun memberi belakang kepada penonton. Kotak tempat kami bermain itu dipagar keliling dan diikat sama kain kuning. Itu satu penghormatan menari di muka Tuanku, tapi kami ngeri. Tuanku kuat disiplin. Kami terpaksa kerja keras. Kalau saja kami juara satu dalam pertandingan, Tuanku mengadakan perayaan selama dua hari dua malam. Kami makan roti jala, kari, dan meronggeng. Hebat waktu itu. Demikian penjelasan Almarhum Singah bin Zakaria mengenai sedikit memorinya sebagai penari zapin yang menari di muka Sultan Serdang saat itu. Tampak dari penjelasannya bahwa Sultan Serdang sangat gemar dengan kesenian. Selain itu menurut Yose Rizal Firdaus wawancara 28 Desember 2010 bahwa Zapin adalah genre kesenian Melayu yang berasal dari Jazirah Arab yang masuk ke wilayah Nusantara bersamaan dengan berkembangnya agama Islam di Nusantara ini. Menurut beliau ini ada dua jenis zapin yang ada di Nusantara ini, yaitu : zapin yang langsung datang dari Yaman atau Hadralmaut yang dikenal dengan sebutan zapin Arab atau Sarah atau Hadralmaut, dengan ciri-ciri sebagai berikut, gerakannya sangat dominan pada gerakan kaki, dinamis, cenderung maju, mundur, dan berputar, mengikuti irama dari ritem gendang. Irama musiknya cepat atau kencang. Syairnya berisi tentang riwayat Rasulullah. Penari dan pemusiknya laki-laki. Repertoar lagu umumnya berbahasa Arab. Sedangkan yang kedua datang dari Arab tetapi tidak langsung ke Nusantara, melainkan melalui India oleh para pedagang dan pelaut Gujarat, baru ke Nusantara. Ciri-ciri zapin yang kedua ini adalah gerakan tarinya dipengaruhi gerakan-gerakan dari India serta bercampur dengan gerakan yang ada di daerah dimana tari tersebut masuk. Sudah ada gerakan tangan meskipun lebih dominan gerakan kaki. Lagu iringannya sudah Universitas Sumatera Utara berbahasa Melayu tetapi syairnya tetap berisi tentang riwayat Rasulullah. Bentuk yang kedua ini disebut dengan zapin Melayu. Universitas Sumatera Utara

BAB IV FUNGSI DAN GUNA ZAPIN

4.1 Pengertian Fungsi dan Guna dari Para Ilmuwan

Menurut Lorimer et al. 262 , teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang digunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan kepada kebergantungan institusi dengan kebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi institusi seperti: negara, agama, keluarga, aliran, dan pasar. Dalam masyarakat yang lebih sederhana, masyarakat tribal, penyertaan dalam upacara keagamaan berfungsi untuk mendukung kesatuan sosial dalam kelompok manusia yang berhubungan kekerabatannya. Sebagai contoh, masyarakat Melayu di wilayah budaya Serdang, agama dan pihak kesultanan mendukung nilai-nilai seni yang ada pada kesenian zapin difungsikan untuk mendukung kegiatan politik kesultanan, hajatan perkawinan, dakwah agama, proses sunatan, dan sebagainya. Dalam membicarakan fungsi dan guna zapin penulis tidak terlepas dari 2 pakar fungsionalisme yaitu, dalam bidang sosiologi ada Talcott Parson dan Robert Merton, kemudian dalam disiplin antropologi ada Malinowski dan Radcliffe- Brown yang dipandang sebagai pendiri teori fungsionalisme, maka dalam etnomusikologi ada seorang tokoh fungsionalisme yang sangat penting, dan menjadi rujukan utama jika mengkaji fungsi musik kesenian atau kebudayaan 262 Lawrence T. Lorimer et al., 1991, Grolier Encyclopedia of Knowledge vol 1-20. Danburry, Connecticut: Grolier Inc.hal., 112-113, dalam Ben.M.Pasaribu, “Arkeomusikologi”, Balai Arkeologi Medan, 2008, hal., 64-64. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengembangan Wilayah (Aspek Ekonomi Sosial Dan Budaya) Terhadap Pertahanan Negara Di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara

0 18 14

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 15

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 2

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 27

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 45

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 6

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 6

Satu Kajian Daripada Aspek Pensejarahan Budaya - Sejarah Melayu Suatu Kajian

0 0 247

Kata kunci: Islam, Melayu, dan Budaya Pendahuluan - ISLAM MELAYU DALAM PUSARAN SEJARAH Sebuah Transformasi Kebudayaan Melayu Nusantara

1 2 19

STRUKTUR DAN FUNGSI KALIMAT BAHASA MELAYU SAMBAS

0 1 100