mersik, garau, garau alang, dan gahung, untuk masing-masing senar satu, dua, tiga, dan empat. Di Eropa, untuk senar biola ini standarnya adalah nada E,A,D,
dan G. Istilah mersik, garau, garau alang, dan gahung adalah imitasi dari suara yang ada di alam ini. Mersik suara yang melengking, garau dan garau alang
adalah gesekan antara pepohonan atau semak belukar, dan gahung adalah bunyi bulat semacam gong. Selanjutnya kita lihat apakah zapin itu?
3.13 Zapin di Wilayah Budaya Serdang
Dalam sejarah Islam di Asia Tenggara, khususnya Dunia Melayu, zapin menyebar ke semua penjuru Nusantara, seperti di Semenanjung Malaysia, Riau,
Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Jambi, Lampung, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan lain-lainnya. Persebaran zapin ini
amatlah didukung oleh para penyebar agama Islam di Nusantara, karena zapin dipandang sebagai ekspresi seni Islam. Kini salah satu negeri Melayu yaitu Johor
menetapkan zapin sebagai tarian identitas kawasan itu yang juga telah menjadi tarian nasional Malaysia. Kawasan-kawasan lain juga tidak tinggal diam dalam
konteks mewarisi seni zapin ini. Setiap kali ada festival tari atau musik Melayu, berbagai kawasan Dunia Melayu selalu mempagelarkan seni zapin sebagai
identitas kawasannya. Misalnya dalam kegiatan Pesta Gendang Nusantara di Melaka, Festival Tari Melayu di Palembang, Festival Zapin di Johor, Pesta
Khatulistiwa di Kalimantan Barat, Pesta Budaya Melayu di Medan, dan lain- lainnya. wawancara Takari, Januari 2011
Universitas Sumatera Utara
Secara etimologis, kata zapin berasal dari Bahasa Arab, yang memiliki berbagai makna. Kata zapin sendiri berkaitan dengan kata-kata turunan seperti
zafa, zaffa, zafana, zaffan, dan lain-lainnya. Kalau ditelisik lebih jauh, memang kesemua kata itu dalam bahasa Arab memiliki hubungan dengan kata tari dalam
bahasa Melayu. Namun sebelum dibedah maknanya, alangkah baik kita lihat dahulu apa arti zapin dalam wikipedia Indonesia.
Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu kata Zafn yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan.
Zapin merupakan khasanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan
sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan. Musik pengiringnya
terdiri dari dua alat yang utama yaitu alat musik petik gambus dan tiga buah alat musik tabuh gendang kecil yang disebut marwas. Sebelum
tahun 1960, zapin hanya ditarikan oleh penari laki-laki namun kini sudah biasa ditarikan oleh penari perempuan bahkan penari campuran
laki-laki dengan perempuan. Tari Zapin sangat banyak ragam gerak tarinya, walaupun pada dasarnya gerak dasar zapinnya sama, ditarikan
oleh rakyat di pesisir timur dan barat Sumatera, Semenanjung Malaysia, Sarawak, Kepulauan Riau, pesisir Kalimantan dan Brunei
Darussalam sumber: httpid.wikipedia. orgwikiZapin
Berdasarkan kutipan seperti terurai di atas, maka dapat dikatakan bahwa istilah zapin berasal dari bahasa Arab. Kemudian zapin adalah salah satu tari
Melayu, yang diadopsi dari Arab. Zapin adalah media enkulturasi dakwah Islam. Ensambel musik terdiri dari dua peran yaitu yang membawa melodi adalah musik
petik gambus atau ‘ud dan pembawa ritme yaitu tiga buah alat pukul kecil maksudnya gendang marwas. Awalnya ditarikan lelaki, akhirnya perempuan,
atau campuran laki-laki dan perempuan. Ragam tari berkembang dan tari ini muncul di Alam Melayu. Kemudian seorang profesor tarian Melayu Mohd Anis
Universitas Sumatera Utara
Md Nor menguraikan secara panjang lebar tentang arti kata zapin ini dan kata- kata turunannya.
Menurut kajian Mohd Anis Md Nor
257
, bahwa di Dunia Melayu zapin adalah sebuah genre seni pertunjukan yang di dalamnya menampilkan tarian dan
musik sekaligus. Biasanya tarian zapin dipersembahkan oleh penari lelaki. Seperti yang dikutipnya dari Winsted, kata zapin berasal dari bahasa Arab, yang banyak
digunakan oleh orang Melayu Johor. Zapin dalam bahasa Arab ini menurut Wilkinson adalah tarian yang dilakukan dua orang penari laki-laki. Kata turunan
zapin yaitu zaffa maknanya adalah sehelai kain yang dibawa oleh pengantin wanita kepada mempelai lelaki dalam prosesi pernikahan. Kemungkinan besar
pula istilah zapin ini disesuaikan dengan lidah Melayu sehingga kemungkinan bisa memiliki arti lain. Namun arti-arti itu jika ditelusuri dari bahasa Arab
memiliki makna yang dekat, seperti maknanya adalah upacara pernikahan atau menari untuk upacara pernikahan. Kata zapin ini pula tidak dapat dihubungkan
dengan kegiatan menari yang bertujuan memperoleh uang yang disebut dengan kegiatan raqasa. Zapin berhubung erat dengan tari yang dipersembahkan pada
upacara pernikahan. Dengan demikian, zapin memuat penuh ajaran-ajaran Islam, yaitu memperbolehkan menari di majelis pernikahan walimatul ursy
Dalam ajaran agama Islam, lagu dan tari boleh dilakukan pada tempat dan situasi tertentu, atas panduan Rasulullah s.a.w. Antara diperbolehkannya kegiatan
menyanyikan lagu dan tari itu menurut perspektif Islam, dapat dilihat dalam dua hadits yang dikutip berikut ini.
257
Mohd Anis Md Nor. Zapin Melayu di Nusantara, Kuala Lumpur: Yayasan Warisan Johor, 2000, hal., 84-85.
Universitas Sumatera Utara
Artinya: Diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Bahawa Umar melihat Hassan menyanyikan lagu di dalam masjid, langsung ditegurnya,
tetapi Hassan menjawab: “Saya pernah menyanyi dan orang yang lebih baik Rasulullah SAW.. dari kamu berada di sampingku.”
Hadits Riwayat Muslim, Fadlail Shahabah: 4539.
Artinya: Dari Abi Hurairah berkata: “Rasulullah s.a.w. masuk ke masjid, di situ ada para habasyahnegro sedang menari-nari
mempersembahkan tari, diherdiklah mereka oleh Umar.” Nabi s.a.w. mengatakan: “Biarkanlah hai Umar, mereka adalah Bani
Arfidah.” Hadis Riwayat Ahmad: 10544.
Sesuai dengan asal-usul katanya, zapin jelas menjadi bahagian dari kebudayaan Islam, yaitu tarian dalam konteks upacara perkawinan. Namun di
Nusantara ini, selain istilah zapin, lazim juga digunakan istilah marawis. Pertunjukannya sama dengan zapin dan merujuk seni yang sama dengan zapin,
namun menggunakan istilah yang berbeda saja. Kalau zapin maknanya adalah
Universitas Sumatera Utara
lebih menekankan kepada tarian, maka marawis adalah lebih menekankan kepada salah satu alat musik membranofon dua sisi yang lazim digunakan dalam seni
zapin. Apa itu marawis, lihat kutipan berikut ini. Marawis adalah salah satu jenis band tepuk dengan perkusi
sebagai alat musik utamanya. Musik ini merupakan kolaborasi antara kesenian Timur Tengah dan Betawi, dan memiliki unsur keagamaan
yang kental. Itu tercermin dari berbagai lirik lagu yang dibawakan yang merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta.
Kesenian marawis berasal dari negara timur tengah terutama dari Yaman. Nama marawis diambil dari nama salah satu alat musik yang
dipergunakan dalam kesenian ini. Secara keseluruhan, musik ini menggunakan hajir gendang besar berdiameter 45 Cm dengan tinggi
60-70 Cm, marawis gendang kecil berdiameter 20 Cm dengan tinggi 19 Cm, dumbuk sejenis gendang yang berbentuk seperti dandang,
memiliki diameter yang berbeda pada kedua sisinya, serta dua potong kayu bulat berdiameter sepuluh sentimeter. Kadang kala perkusi
dilengkapi dengan tamborin atau krecek. Lagu-lagu yang berirama gambus atau padang pasir dinyanyikan sambil diiringi jenis pukulan
tertentu
Dalam Katalog Pekan Musik Daerah, Dinas Kebudayaan DKI, 1997, terdapat tiga jenis pukulan atau nada, yaitu zapin, sarah, dan
zahefah. Pukulan zapin mengiringi lagu-lagu gembira pada saat pentas di panggung, seperti lagu berbalas pantun. Nada zapin adalah nada
yang sering digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad SAW shalawat. Tempo nada zafin lebih lambat dan
tidak terlalu menghentak, sehingga banyak juga digunakan dalam mengiringi lagu-lagu Melayu. Pukulan sarah dipakai untuk mengarak
pengantin. Sedangkan zahefah mengiringi lagu di majlis. Kedua nada itu lebih banyak digunakan untuk irama yang menghentak dan
membangkitkan semangat. Dalam marawis juga dikenal istilah ngepang yang artinya berbalasan memukul dan ngangkat. Selain
mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan pesta perkawinan, marawis juga kerap dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya
Islam.Musik ini dimainkan oleh minimal sepuluh orang. Setiap orang memainkan satu buah alat sambil bernyanyi. Terkadang, untuk
membangkitkan semangat, beberapa orang dari kelompok tersebut bergerak sesuai dengan irama lagu. Semua pemainnya pria, dengan
busana gamis dan celana panjang, serta berpeci. Uniknya, pemain marawis bersifat turun temurun. Sebagian besar masih dalam
hubungan darah--kakek, cucu, dan keponakan. Sekarang hampir di setiap wilayah terdapat marawis sumber: http:id.wikipedia.org
Universitas Sumatera Utara
Jadi marawis seperti kutipan di atas, adalah sama pertunjukannya dengan zapin, namun marawis ini lebih bergaya zapin Arab, belum masuk ke dalamnya
zapin Melayu. Istilah marawis itu sendiri adalah alat musik pembawa ritme, semenara arti zapin lebih cenderung bermakna tariannya. Dua istilah untuk
menyebutkan hal yang sama ini, mungkin saja terjadi dalam bidang kesenian. Jadi dengan demikian antara zapin dengan marawis secara harfiah memang memiliki
makna yang berbeda, namun secara budaya memiliki makna dan konteks yang sama atau hampir sama.
Zapin yang datang ke Nusantara ini diperkirakan sama datangnya dengan persebaran Islam di kawasan ini, yang densitasnya begitu masif di abad ke-13.
Kawasan mana yang lebih dahulu menerima zapin di Nusantara ini belumlah banyak diungkap oleh para pakar sejarah seni. Namun demikian, sesuai dengan
gelombang pengislaman Nusantara, maka kawasan Dunia Melayu sebelah barat kemungkinan besar lebih dahulu menerima seni-seni pertunjukan Islam. Walau
bukti-bukti sejarah ke arah itu masih perlu terus digali dan dicari. Pada tahun 1950 residensi Sumatera Timur digabung dengan residensi
Tapanuli di pantai barat Sumatera menjadi Propinsi Sumatera Utara dengan ibukotanya di Lubuk Pakam bekas ibukota Kerajaan Serdang.
Di daerah Serdang sangat populer sejak dahulu seni musik dan tari Islam yang kemudian dianggap sebagai milik orang Melayu karena telah beradaptasi
dengan ciri dan jati diri orang Melayu disini. Sudah merupakan suatu kenyataan bahwa seni musik dan tari Islam didapatkan melalui proses pembelajaran baik oral
maupun tulisan dari pesantren-pesantren yang ada di wilayah Serdang. Di Serdang
Universitas Sumatera Utara
selain musik “Barodah” Hadrah sejak zaman dahulu telah populer tarian Zapin yang artinya dalam bahasa Arab ialah tarian yang menghentakkan kaki dengan
keras.wawancara dengan Tengku Luckman Sinar 28 Desember 2010. Tarian Zapin ini sangat erat hubungannya dengan Gambus bahkan tarian itu di Serdang
dikenal dengan nama tarian Gambus. Gambus ialah alat musik petik yang mempunyai tiga senar ganda dan satu senar tunggal, yang berasal dari Yaman
Timur Tengah, sedangkan di Zanzibar bernama Gabbus dan si Asia Tengah bernama Kopuz. Menurut cerita Hamzah Ahmed Tempo, 29 Desember 1984
258
, istilah Zapin muncul pada sekitar abad ke-6 M, ketika terjadi peperangan dengan
orang-orang kafir Mekah, dimana pada waktu itu puteri Saidina Hamzah ingin ikut Nabi Muhammad untuk hijrah ke Madinah, namun Nabi Muhammad
menolaknya, sehingga terjadi perdebatan, namun tak lama kemudian Nabi menunjuk Saidina Ali untuk menjadi wali pengasuh puteri Saidina Hamzah, yang
kemudian Saidina Ali dengan girangnya menari dengan mengangkat kaki. Begitulah ceritanya menurut Hamzah. Kemudian hal yang menyatakan
bahwasanya Zapin itu berasal dari Arab Timur Tengah adalah pernyataan dari wawancara T. Luckman Sinar, S.H., dengan Tengku Muzier yakni seorang
pemimpin band kelompok musik brass band Tuanku Sultan Sulaiman yang telah berusia 75 tahun pada tahun 1975
259
. Beliau mengatakan bahwa menurut cerita yang diperolehnya dari orang-orang tua dahulu sewaktu ia masih kanak-kanak,
258
Tuanku Luckman Sinar Basarshah II, SH., 28 Desember 2010, “ZapinGambus di Wilayah Kabupaten Deli – Serdang Sumatera Utara”, makalah Seminar Bengkel Tari Zapin
Nusantara, di Hotel Tiara Convention Center, Medan, hal., 14.
259
Tuanku Luckman Sinar Basarshah II, SH., 28 Desember 2010, “ZapinGambus di Wilayah Kabupaten Deli – Serdang Sumatera Utara”, makalah Seminar Bengkel Tari Zapin
Nusantara, di Hotel Tiara Convention Center, Medan, hal., 15.
Universitas Sumatera Utara
Zapin ini dibawa oleh saudagar-saudagar Arab dari India ke Serdang. Nah pernyataan ini memperkuat seperti yang telah saya paparkan pada Bab II dalam
tulisan ini mengenai Kerajaan Haru, bahwa pendiri dari pada Kerajaan Deli, nenek moyang Sultan Serdang dan Sultan Deli ialah Tuanku Sri Paduka Gocah
Pahlawan berasal dari India. Di daerah Serdang ini juga ditemukan nama-nama yang ada kaitannya
dengan Islam seperti, ada nama kampung di Serdang yang bernama “Firdaus”, “Bandar Khalipah”, dan sebagainya
260
. Kesenian Zapin di masa Kesultanan Sulaiman Syariful Alamsyah yang tidak lain adalah pemegang tahta kesultanan
Serdang yang ke-V periode 1866 – 1946, adalah masa keemasan bagi kesenian Zapin. Di masa inilah setiap tahun oleh Tuanku Sultan Sulaiman diadakan festival
Zapin group-group musik dan penari ZapinGambus, dimana para pemenangnya selain diberi hadiah dapat tampil dalam Istana Kota Galuh yaitu Istana Kesultanan
Tuanku Sulaiman, dan juga diangkat sebagai kelompok Zapin dari Istana yang diatur oleh petugas khusus Istana yang bernama Tengku Gambus. Selanjutnya
penulis juga melakukan wawancara terhadap Singah bin Zakaria, seorang tokoh Zapin dari Serdang, namun berhubung beliau sudah meninggal dunia maka
penulis mewawancarai keluarga Singah bin Zakaria yang masih hidup yaitu : istrinya yang bernama Dauwiyah binti Alang yang telah berusia 72 tahun.
Almarhum Singah bin Zakaria ini adalah sorang polisi dulunya. wawancara pada bulan Maret, 2011
260
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Beliau lahir pada tanggal 01 Februari 1922 dan meninggal sekitar tahun 2000, dan dikuburkan di belakang Mesjid Istiqamal, Perbaungan. Beliau ini
dulunya bertugas sebagai polisi merangkap guru, penari, dan yang terakhir diangkat sebagai Penghulu atau Kepala desa di daerah Perbaungan. Beliau
pensiun dari polisi sekitar tahun 1968-1969 dan kemudian diangkat sebagai penghulu sampai tahun 1985. Sedangkan istrinya bekerja sebagai perawat dan
merangkap penyanyi Zapin. Almarhum Singah bin Zakaria ini mempunyai delapan orang anak yang bernama: 1 Charul Bakti bin Singah bin Zakaria, 2
Ridwan Bakti bin Singah bin Zakaria; 3 Edi Anwar Bakti bin Singah bin Zakaria; 4 Yuspita binti Singah bin Zakaria Almarhum; 5 Muhammad Zen
bin Singah bin Zakaria; 6 Khaidir bin Singah bin Zakaria; 7 Mak Bob bin Singah bin Zakaria; 8 Ilham bin Singah bin Zakaria
Ibu Dauwiyah ini bercerita bahwa suaminya ini belajar Zapin dari Ayah dari ibu Dauwiyah itu sendiri yang tidak lain adalah mertua almarhum Singah bin
Zakaria. yakni Datuk Alang atau dinamakan juga Wak Alang yang pada masa Kesultanan Tuanku Sulaiman, Raja Serdang yang ke-V, bekerja sebagai tukang
pangkas Istana. Datuk Alang ini pandai menari dan bermusik Zapin dan kemudian mengajari menantunya berZapin. Begitulah ceritanya maka Almarhum Singah bin
Zakaria ini menjadi tokoh Zapin di Serdang. Kemudian anak-anaknya yang juga sebagai penari Zapin di wilayah pasar bengkel, Perbaungan, yakni : Chairul Bakti
bin Singah bin Zakaria dan Edi Anwar Bakti. Mereka ini tergabung kedalam komunitas seni Zapin dari bengkel yang mempunyai anggota, antara lain bernama:
1 Nasri Effhaz bin A. Saari alias bang Cici pemain Gambus; 2 H. Abubakar
Universitas Sumatera Utara
pemain biola; 3 Rizky Faisal pemain marwas; 4 Hendra Irawan pemain marwas; 5 Heru Winarto pemain gendang, dan 6 Hilmi Nazla pemain
marwas. Alat-alat musik yang dipergunakan dalam komunitas Zapin yang ada di
pasar bengkel ini antara lain ialah: satu buah gambus; satu buah akordeon; lima buah marwas; satu buah marakas; satu buah tambourine; satu buah gendang
ronggeng; satu buah biola; dan satu buah seruling Menurut penjelasan ibu Dauwiyah wawancara 11 Juni 2011 yang
merupakan isteri Alamrhum Singah bin Zakaria bahwa zapin yang ada di Kesultanan Serdang datang langsung dari Tanah Arab. Ibu Dauwiyah juga
bercerita bahwa dulu ada seorang Melayu keturunan Jawa pergi ke Tanah Suci Mekah di abad ke-19 belajar ilmu agama dan seni termasuk zapin dari sana dan
kemudian mengembangkannya di Serdang. Tokoh itu bernama Haji Razali. Namun Beliau ini hanyalah rakyat biasa dan tidak termasuk ke dalam kelompok
kesenian Zapin Istana. Dan kemudian ketika ibu Dauwiyah ini pergi naik Haji ke Mekah pada tahun 1994, ibu ini bertemu dengan cucu dari Haji Razali yang
berada dan berdomisili di Mekah. Bahkan pendapat Almarhum Singah bin Zakaria tentang seni zapin ini
dikutip oleh Mohd Anis Md Noor
261
sebagai berikut. Kami menari untuk Tuanku sekurang-kurangnya dua kali sebulan.
Tuanku suka sekali sama Gambus. Ada tempat seperti kotak di hadapan singgasana, dari Kepala Gajah. Tuanku mau melihat
261
Mohd Anis Md Nor, “The Zafin Melayu Dance of Johor: From Village to A National Performance Tradition.” Disertasi Doktoral. Michigan: The University of Michigan,
1990, hal., 90.
Universitas Sumatera Utara
semua pemain: Wak Pian, Alang, Ja’apar Buta, Noh, Mail semuanya peningkah. Tengku Tobo, pemusik semua duduk di
muka. Kami harus di samping, tidak dibenarkan seorang pun memberi belakang kepada penonton. Kotak tempat kami bermain
itu dipagar keliling dan diikat sama kain kuning. Itu satu penghormatan menari di muka Tuanku, tapi kami ngeri. Tuanku
kuat disiplin. Kami terpaksa kerja keras. Kalau saja kami juara satu dalam pertandingan, Tuanku mengadakan perayaan selama dua
hari dua malam. Kami makan roti jala, kari, dan meronggeng. Hebat waktu itu.
Demikian penjelasan Almarhum Singah bin Zakaria mengenai sedikit
memorinya sebagai penari zapin yang menari di muka Sultan Serdang saat itu. Tampak dari penjelasannya bahwa Sultan Serdang sangat gemar dengan kesenian.
Selain itu menurut Yose Rizal Firdaus wawancara 28 Desember 2010 bahwa Zapin adalah genre kesenian Melayu yang berasal dari Jazirah Arab yang
masuk ke wilayah Nusantara bersamaan dengan berkembangnya agama Islam di Nusantara ini. Menurut beliau ini ada dua jenis zapin yang ada di Nusantara ini,
yaitu : zapin yang langsung datang dari Yaman atau Hadralmaut yang dikenal dengan sebutan zapin Arab atau Sarah atau Hadralmaut, dengan ciri-ciri sebagai
berikut, gerakannya sangat dominan pada gerakan kaki, dinamis, cenderung maju, mundur, dan berputar, mengikuti irama dari ritem gendang. Irama musiknya cepat
atau kencang. Syairnya berisi tentang riwayat Rasulullah. Penari dan pemusiknya laki-laki. Repertoar lagu umumnya berbahasa Arab. Sedangkan yang kedua
datang dari Arab tetapi tidak langsung ke Nusantara, melainkan melalui India oleh para pedagang dan pelaut Gujarat, baru ke Nusantara. Ciri-ciri zapin yang kedua
ini adalah gerakan tarinya dipengaruhi gerakan-gerakan dari India serta bercampur dengan gerakan yang ada di daerah dimana tari tersebut masuk. Sudah ada
gerakan tangan meskipun lebih dominan gerakan kaki. Lagu iringannya sudah
Universitas Sumatera Utara
berbahasa Melayu tetapi syairnya tetap berisi tentang riwayat Rasulullah. Bentuk yang kedua ini disebut dengan zapin Melayu.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV FUNGSI DAN GUNA ZAPIN
4.1 Pengertian Fungsi dan Guna dari Para Ilmuwan
Menurut Lorimer et al.
262
, teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang digunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan kepada kebergantungan
institusi dengan kebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi institusi seperti: negara, agama,
keluarga, aliran, dan pasar. Dalam masyarakat yang lebih sederhana, masyarakat tribal, penyertaan dalam upacara keagamaan berfungsi untuk mendukung
kesatuan sosial dalam kelompok manusia yang berhubungan kekerabatannya. Sebagai contoh, masyarakat Melayu di wilayah budaya Serdang, agama dan pihak
kesultanan mendukung nilai-nilai seni yang ada pada kesenian zapin difungsikan untuk mendukung kegiatan politik kesultanan, hajatan perkawinan, dakwah
agama, proses sunatan, dan sebagainya. Dalam membicarakan fungsi dan guna zapin penulis tidak terlepas dari 2
pakar fungsionalisme yaitu, dalam bidang sosiologi ada Talcott Parson dan Robert Merton, kemudian dalam disiplin antropologi ada Malinowski dan Radcliffe-
Brown yang dipandang sebagai pendiri teori fungsionalisme, maka dalam etnomusikologi ada seorang tokoh fungsionalisme yang sangat penting, dan
menjadi rujukan utama jika mengkaji fungsi musik kesenian atau kebudayaan
262
Lawrence T. Lorimer et al., 1991, Grolier Encyclopedia of Knowledge vol 1-20. Danburry, Connecticut: Grolier Inc.hal., 112-113, dalam Ben.M.Pasaribu, “Arkeomusikologi”,
Balai Arkeologi Medan, 2008, hal., 64-64.
Universitas Sumatera Utara