Selain dari kemajuan yang dicapai dalam bidang politik dan perniagaan, Pattani juga muncul sebagai pusat pengajian Islam terpenting di Asia Tenggara,
terutama setelah kejatuhan Samudera Pasai dan Melaka. Ini terjadi akibat dari kedatangan alim ulama dari negeri Melayu untuk menyambung kembali tradisi
intelektualnya yang telah terancam oleh kekuasaan asing di kedua kerajaan Melayu tersebut. Walau bagaimanapun, zaman kegemilangan dan kemakmuran
kerajaan Pattani hanya bertahan lebih kurang dua abad saja, pada perkembangan selanjutnya Pattani mengalami masa kemunduran dan akhirnya tahun 1786
kerajaan Melayu Pattani jatuh ke kuasaan Thailand
105
. Dalam konteks hubungan kultural antara Thailand dengan kawasan
Sumatera Utara, beberapa kesenian di Sumatera Utara memiliki hubungan sejarah dengan Pattani dan Malaysia bahagian utara. Misalnya saja makyong yang
terdapat di Kesultanan Serdang adalah diambil dari wilayah ini. Begitu juga dengan ensambel nobat di Deli dan Serdang memiliki hubungan dengan wilayah
Thailand Selatan dan Malaysia bahagian utara. Selanjutnya kita lihat aspek etnografi Brunei Darussalam.
2.8 Brunei Darussalam
Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang sangat makmur di bagian utara Pulau BorneoKalimantan dan berbatasan dengan Malaysia. Brunei
terdiri dari dua bagian yang dipisahkan di daratan oleh Malaysia. Nama Borneo
105
Abdullah Hayeesaid, 1991, “Sejarah Perkembangan Pattani”, makalah seminar Dunia Melayu di Fakultas Sastra USU, Medan, hal., 3.
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan nama negara ini, sebab pada zaman dahulu kala, negeri ini sangat berkuasa di pulau Kalimantan.
Silsilah kerajaan Brunei didapatkan pada Batu Tarsilah yang menuliskan silsilah Raja-Raja Brunei yang dimulai dari Awang Alak Betatar, raja yang mula-
mula memeluk agama Islam 1368 sampai kepada Sultan Muhammad Tajuddin Sultan Brunei ke-19, memerintah antara 1795-1804 dan 1804-1807. Brunei
adalah sebuah negara tua di antara kerajaan-kerajaan Melayu. Keberadaan Brunei Tua ini diperoleh berdasarkan kepada catatan Arab, China, dan tradisi lisan.
Dalam catatan Sejarah China dikenal dengan nama Po-li, Po-lo, Poni atau Puni dan Bunlai. Dalam catatan Arab dikenali dengan Dzabaj atau Randj
106
. Catatan tradisi lisan diperoleh dari Syair Awang Semaun yang
menyebutkan bahwa Brunei berasal dari perkataan baru nah yaitu setelah rombongan klan atau suku Sakai yang dipimpin Pateh Berbai pergi ke Sungai
Brunei mencari tempat untuk mendirikan negeri baru. Selepas saja mendapatkan kawasan tersebut yang memiliki kedudukan sangat strategis yaitu diapit oleh
bukit, air, mudah untuk dikenali serta untuk transportasi dan kaya ikan sebagai sumber pangan yang banyak di sungai, maka mereka pun mengucapkan perkataan
baru nah yang berarti tempat itu sangat baik, berkenan dan sesuai di hati mereka untuk mendirikan negeri seperti yang mereka inginkan.
Kemudian perkataan baru itu lama kelamaan berubah menjadi Brunei. Replika stupa yang dapat ditemukan di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa
agama Hindu-Buddha pada suatu masa dahulu pernah dianut oleh penduduk
106
www.wikipedia.org
Universitas Sumatera Utara
Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para musafir agama tersebut, apabila mereka sampai di suatu tempat, mereka akan mendirikan stupa sebagai tanda serta
pemberitahuan mengenai kedatangan mereka untuk mengembangkan agama tersebut di tempat itu. Replika batu nisan Pu Kung Chih Mu, batu nisan Rokayah
binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah Al-Sultan, dan batu nisan Sayid Alwi Ba-Faqih Mufaqih pula menggambarkan mengenai kedatangan
agama Islam di Brunei yang dibawa oleh musafir, pedagang dan mubaligh- mubaliqh Islam, sehingga agama Islam itu berpengaruh dan mendapat tempat,
sama ada penduduk tempatan maupun keluarga kerajaan Brunei
107
. Para peneliti sejarah telah mempercayai terdapat sebuah kerajaan lain
sebelum berdirinya Kesultanan Brunei kini, yang disebut orang China sebagai Po- ni. Catatan orang China dan orang Arab menunjukkan bahwa kerajaan
perdagangan kuno ini ada di muara Sungai Brunei awal abad ke-7 atau ke-8. Kerajaan itu memiliki wilayah yang cukup luas meliputi Sabah, Brunei, dan
Sarawak yang berpusat di Brunei. Kesultanan Brunei juga merupakan pusat perdagangan dengan China. Kerajaan awal ini pernah ditaklukkan Kerajaan
Sriwijaya yang berpusat di Sumatra pada awal abad ke-9 Masehi dan seterusnya menguasai Kalimantan utara dan gugusan kepulauan Filipina. Kerajaan ini juga
pernah dijajah Kerajaan Majapahit yang berpusat di pulau Jawa tetapi berhasil membebaskan dirinya dan kembali sebagai sebuah negeri yang penting.
Pada awal abad ke-15, Kerajaan Malaka di bawah pemerintahan Parameswara telah menyebarkan pengaruhnya dan kemudian mengambil alih
107
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
perdagangan Brunei. Perubahan ini menyebabkan agama Islam tersebar di wilayah Brunei oleh pedagangnya pada akhir abad ke-15. Kejatuhan Melaka ke
tangan Portugis pada tahun 1511, telah menyebabkan Sultan Brunei mengambil alih kepimpinan Islam dari Melaka, sehingga Kesultanan Brunei mencapai zaman
kegemilangannya dari abad ke-15 hingga abad ke-17 sewaktu memperluas kekuasaannya ke seluruh pulau Kalimantan dan ke Filipina di sebelah utaranya.
Semasa pemerintahan Sultan Bolkiah 1473-1521 yang terkenal, disebabkan pengembaraan baginda di laut, malah pernah seketika menaklukkan Manila.
kesultanan Brunei memperluas pengaruhnya ke utara hingga ke Luzon dan Sulu serta di sebelah selatan dan barat Kalimantan. Pada zaman pemerintahan sultan
yang kesembilan, Hassan 1605-1619, ia membangun susunan aturan adat istiadat kerajaan dan istana yang masih kekal hingga hari ini
108
. Pada tahun 1658 Sultan Brunei menghadiahkan kawasan timur laut
Kalimantan kepada Sultan Sulu di Filipina Selatan sebagai penghargaan terhadap Sultan Sulu dalam menyelesaikan perang saudara di antara Sultan Abdul Mubin
dengan Pengeran Mohidin. Persengketaan dalam kerajaan Brunei merupakan satu faktor yang menyebabkan kejatuhan kerajaan tersebut, yang bersumber dari
pergolakan dalam disebabkan perebutan kuasa antara ahli waris kerajaan, juga disebabkan timbulnya pengaruh kuasa penjajah Eropa di rantau sebelah sini, yang
menggugat corak perdagangan tradisi, serta memusnahkan asas ekonomi Brunei dan kesultanan Asia Tenggara yang lain. Pada Tahun 1839, James Brooke dari
Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja disana seerta menyerang Brunei,
108
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Sebagai balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian Raja Sarawak di Barat Laut
Kalimantan sebelum meluaskan kawasan di bawah pemerintahannya. Pada tanggal 19 Desember 1846, pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan
kepada James Brooke. Sedikit demi sedikit wilayah Brunei jatuh ke tangan Inggris melalui perusahaan-perusahaan dagang dan pemerintahnya sampai wilayah Brunei
kelak berdiri sendiri di bawah protektorat Inggris sampai berdiri sendiri tahun 1984. Pada masa yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britain sedang
meluaskan penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunei menjadi sebuah negeri di bawah perlindungan kerajaan Britania dengan
mengekalkan kedaulatan dalam negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap diawasi Britania. Pada tahun 1906, Brunei menerima suatu lagi langkah perluasan
kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang residen Britania, yang menasihati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali yang
bersangkut-paut dengan adat istiadat setempat dan agama. Pada tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa
memerintah kecuali dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk
sebuah badan perundangan pada tahun 1962 terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan oleh partai oposisi yaitu Partai Rakyat Brunei dan dengan bantuan
Britania, pemberontakan ini berhasil diberantas. Pada akhir 1950 dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak cadangan walaupun pada awalnya
menunjukkan minat untuk bergabung dengan Singapura, Sabah, Sarawak, dan
Universitas Sumatera Utara
Tanah Melayu untuk membentuk Malaysia dan akhirnya Sultan Brunei ketika itu bercadang untuk membentuk sebuah negara yang merdeka. Pada 1967, Omar Ali
Saifuddin III telah turun dari takhta dan melantik putra sulungnya Hassanal Bolkiah, menjadi Sultan Brunei ke-29. Baginda juga berkenan menjadi Menteri
Pertahanan setelah Brunei mencapai kemerdekaan penuh dan disandangkan gelar Paduka Seri Begawan Sultan. Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunei
Town, telah diubah namanya menjadi Bandar Seri Begawan untuk mengenang jasa baginda. Baginda mangkat pada tahun 1986. Pada 4 Januari 1979, Brunei dan
Britania Raya telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dan Persahabatan. Pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam telah berhasil mencapai kemerdekaan
sepenuhnya. Saat ini Brunei memiliki wilayah yang lebih kecil dari masa lalu, dengan berbatasan dengan Serawak dari sebelah barat sampai timur wilayah itu,
serta sebelah utara berbatasan dengan Laut China Selatan. Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak
pemerintahan monarki konstitusional dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap sebagai Perdana Menteri
dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya diturunkan dalam
wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan sebuah kabinet menteri,
walaupun baginda secara berkesan merupakan pemerintah tertinggi. Media amat memihak kerajaan, dan kerabat kerajaan melestarikan status yang dihormati di
dalam negeri. Brunei tidak memiliki dewan legislatif, namun pada bulan
Universitas Sumatera Utara
September 2000, Sultan bersidang untuk menentukan Parlemen yang tidak pernah diadakan lagi sejak tahun 1984. Parlemen ini tidak mempunyai kuasa selain
menasihati sultan. Disebabkan oleh pemerintahan mutlak Sultan, Brunei menjadi salah satu
negara yang paling stabil dari segi politik di Asia. Pertahanan Keamanan Brunei mengandalkan perjanjian pertahanan dengan Inggris di mana terdapat pasukan
Gurkha yang terutama ditempatkan di Seria. Jumlah pertahanan keamanannya lebih kecil bila dibandingkan dengan kekayaannya dan negara-negara tetangga.
Secara teori, Brunei berada di bawah pemerintahan militer sejak pemberontakan yang terjadi pada awal dasawarsa 1960-an.
Pemberontakan itu dihancurkan oleh laskar-laskar Britania Raya dari Singapura. Brunei memiliki dengan hubungan luar negeri terutama dengan negara
negara ASEAN dan negara-negara lain serta ikut serta sebagai anggota PBB. Kesultanan ini juga terlibat konflik Kepulauan Spratly yang melibatkan hampir
semua negara ASEAN kecuali Indonesia, Kamboja, Laos, dan Myanmar, China, dan Taiwan. Selain itu terlibat konflik perbatasan laut dengan Malaysia terutama
masalah daerah yang menghasilkan minyak dan gas bumi. Brunei menuntut wilayah di Sarawak, seperti Limbang. Banyak pulau kecil yang terletak di antara
Brunei dan Labuan, termasuk Pulau Kuraman, telah dipertikaikan oleh Brunei dan Malaysia. Bagaimanapun, pulau-pulau ini diakui sebagai sebagian Malaysia di
tingkat internasional.
Universitas Sumatera Utara
Brunei terdiri dari dua bagian yang tidak berkaitan
109
; 97 dari jumlah penduduknya tinggal di bagian barat yang lebih besar, dengan hanya kira-kira
10.000 orang tinggal di daerah Temburong, yaitu bagian timur yang bergunung- gunung. Jumlah penduduk Brunei 383.000 orang. Dari bilangan ini, lebih kurang
46.000 orang tinggal di ibukota Bandar Seri Begawan. Sejumlah kota utama termasuk kota pelabuhan Muara, serta kota Seria yang menghasilkan minyak, dan
Kuala Belait, kota tetangganya. Di daerah Belait, kawasan Panaga ialah kampung halaman sejumlah besar ekspatriat, disebabkan oleh fasilitas perumahan dan
rekreasi Royal Dutch Shell dan British Army. Klub Panaga yang terkenal terletak di sini. Iklim Brunei ialah tropis khatulistiwa, dengan suhu serta kelembapan yang
tinggi, dan sinar matahari serta hujan lebat sepanjang tahun. Kira-kira dua pertiga jumlah penduduk Brunei adalah orang Melayu. Kelompok etnik minoritas yang
paling penting dan yang menguasai ekonomi negara ialah orang China yang menyusun lebih kurang 15 jumlah penduduknya.
Etnik-etnik ini juga menggambarkan bahasa-bahasa yang paling penting: bahasa Melayu yang merupakan bahasa resmi, serta bahasa China. Bahasa Inggris
juga dituturkan secara meluas, dan terdapat sebuah komunitas ekspatriat yang agak besar dengan sejumlah besar warga negara Britain dan Australia. Islam ialah
agama resmi Brunei, dan Sultan Brunei merupakan kepala agama negara itu. Agama-agama lain yang dianut termasuk agama Budha terutamanya oleh orang
Tionghoa, agama Kristen serta agama-agama orang asli, dalam komunitas yang kecil.
109
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan budaya antara masyarakat Melayu Sumatera Utara dengan Brunei adalah sama dengan hubungannya dengan masyarakat Melayu Kalimantan
pada umumnya. Masyarakat Melayu Sumatera Utara memiliki seniman-seniman dan budayawan yang selalu dijemput ke Brunei untuk mempersembahkan
kesenian. Selain itu, ketika terjadi pesta budaya Melayu di Sumatera Utara, tak lupa pula mereka selalu menjemput seniman-seniman dari Brunei ini. Demikian
sekilas hubungan berbagai hal antara masyarakat Melayu Sumatera Utara dengan Dunia Melayu. Selain itu, eksistensi kesenian Melayu di Sumatera Utara tak lepas
dari pengaruh gagasan kebudayaan nasional terutama Indonesia dan Malaysia. Seni tari Serampang Dua Belas adalah salah satu contoh sumbangan kebudayaan
etnik Melayu Sumatera Utara kepada bangsa Indonesia, sebagai tari nasional. Selain itu, gagasan dan terapan kebudayaan nasional Malaysia juga digunakan
oleh etnik Melayu, misalnya tari nasional Malaysia zapin dan joget, dipergunakan pula oleh etnik Melayu di Sumatera Utara.
Masyarakat Melayu di Sumatera Utara memiliki budaya lagu dan tari yang difungsikan ke dalam berbagai aktivitas sosial. Lagu dan tari Melayu Sumatera
Utara ada yang umum dijumpai di kawasan Dunia Melayu, namun ada pula yang khas menjadi identitas kawasan ini. Lagu dan tari Melayu, mencerminkan
gagasan-gagasan kebudayaan yang diwariskan secara turun menurun dari generasi ke generasi. Contoh lagu Melayu Sumatera Utara yang umum dijumpai di Dunia
Melayu adalah Seri Mersing, Damak, Dayang Sinandung, Gunung Sayang Dondang Sayang, Seri Banang, Jalak Lenteng, Serampang Laut dan lain-lainnya.
Sementara contoh lagu yang khas kawasan ini adalah Gubang, Sinandung Siair,
Universitas Sumatera Utara
Dedeng Padang Rebah, Zapin Menjelang Maghrib, Zapin Deli dan lain-lainnya. Begitu pula dengan tarian, yang umum terdapat di dalam Dunia Melayu
contohnya adalah Tari Makan Sirih atau Persembahan, Tari Zapin, Tari Dabus, Tari Joget dan lainnya. Sementara tarian yang khas kawasan ini adalah Serampang
Dua Belas, Tari Gubang, Tari Gebuk, Tari Ulah Rentak Angguk Terbina, Tari Semenda dan lain-lain. wawancara dengan Takari, Januari 2011
2.9 Sumatera Utara