Fungsi Zapin FUNGSI DAN GUNA ZAPIN

4.2.4 Untuk Perlombaan dan Festival

Seni zapin selalu digunakan untuk pelbagai perlombaan dan festival seni budaya, baik di lingkungan Serdang, Sumatera Utara, Indonesia, maupun di Dunia Melayu yang lebih luas. Beberapa kawasan di Dunia Melayu ini seperti Provinsi Riau, Riau Kepulauan Kepri, Jambi, Sumatera Selatan, Negeri Johor Malaysia, Kalimantan, selalu menyelenggrakan festival zapin. Maka dari Serdang dan Sumatera Utara biasanya selalu melibatkan diri untuk menyertai perlombaan dan festival itu. Perlombaan ini diikuti oleh kelompok-kelompok zapin seperti dari Patria, Perbaungan, Pantai Labu, Lubuk Pakam, dan lain-lainnya. Di Kota Medan sendiri setiap tahunnya dilakukan festival budaya Melayu yang biasanya salah satu kegiatannya adalah lomba tari zapin dan serampang dua belas. Para seniman dari Serdang dan wilayah-wilayah Melayu lainnya seperti Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Asahan, Batubara, dan Labuhan Batu selalu menyertai perlombaannya. Bukan juara yang mereka inginkan tetapi yang lebih esensi adalah memelihara keberadaan budaya dan kesenian Melayu. Demikian sekilas uraian tentang guna zapin di dalam kebudayaan masayarakat Melayu Serdang. Selanjutnya akan dikaji bagaimana fungsi zapin ini dalam masyarakat Melayu di kawasan budaya Serdang.

4.3 Fungsi Zapin

Seni zapin Melayu juga memiliki fungsi dalam konteks sosial dan budaya. Lagu dan tari zapin dalam budaya Melayu Serdang ini hidup karena fungsi-fungsi sosial. Misalnya marhaban dan barzanji hidup karena ia difungsikan dalam Universitas Sumatera Utara aktivitas-aktivitas sosial, seperti nikah kawin, khitan, menghantar menyambut haji dan lain-lainnya. Jamu laut hidup karena masyarakat Melayu masih mengamalkan sistem kosmologi yang diwarisinya dari masa sebelum Islam, dan kemudian diislamisasi. Lagu dan tari Melayu memiliki fungsi-fungsi sebagai: a integrasi sosiobudaya, b kelestarian dan stabilitas budaya, c pendidikan, d hiburan, e mengabsahkan pelbagai ibadah dan upacara keagamaan Islam, f sebagai sarana dakwah Islam, g sebagai sarana komunikasi, h sebagai pencerminan spiritualitas Islam, i sebagai pendukung mata pencaharian dan lain-lainnya.

4.3.1 Integrasi Sosiobudaya

Fungsi lagu dan tari zapin dalam budaya Melayu Serdang lainnya adalah untuk integrasi masyarakat Melayu atau yang lebih luas masyarakat Sumatera Utara yang majemuk, Indonesia yang beraneka ragam dan Dunia Melayu. Berkenaan dengan fungsi seni sebagai sumbangan untuk integrasi masyarakat, Merriam 282 menjelaskannya seperti yang diuraikan berikut ini. Music, then, provides a rallying point around which the members of society gather to engage in activities which require the cooperation and coordination of the group. Not all music is thus performed, of course, but every society has occasions signalled by music which draw its members together and reminds them of their unity Merriam, 1964:227. 282 Allan. P Merriam, 1964. The Anthropology of Music. Chicago Nortwestern University, 1964, hal., 227. Universitas Sumatera Utara Menurut Merriam, salah satu fungsi musik adalah sebagai wahana untuk berkumpul para anggota masyarakatnya. Musik seperti ini biasanya mengajak para warga masyarakatnya untuk turut serta beraktivitas. Dalam konteks itu, mereka saling memerlukan kerjasama dan koordinasi kelompok. Walaupun demikian, Merriam juga tidak menyatakan bahwa semua musik berfungsi sebagai kontribusi untuk integrasi, tetapi setiap kelompok masyarakat mempunyai musik seperti yang digambarkannya itu. Melalui musik ini para anggota masyarakatnya diajak untuk beraktivitas bersama, dan mengingatkan akan pentingnya mereka sebagai satu kesatuan kelompok. Konsep yang dikemukakan Merriam tersebut sangat tepat dalam menggambarkan salah satu fungsi yang terjadi dalam lagu dan tari Melayu. Dari serangkaian fungsi lagu dan tari Melayu, menurut penulis, fungsinya yang utama adalah memberi sumbangan kepada integrasi masyarakat. Masyarakat di Sumatera Utara, terdiri dari pelbagai kelompok etnik, agama, ras dan golongan sosial. Mereka berkelompok-kelompok berasaskan persamaan-persamaan tersebut. Akibatnya antara kelompok selalu terjadi konflik sosial, yang terbawa dalam pelbagai aktivitas, termasuk kesenian. Namun di sisi lain, mereka juga menyedari akan bahaya yang diakibatkan apabila konflik-konflik sosial tersebut tidak diselesaikan hingga pada tahapan harmoni sosial. Oleh karena itu, mereka perlu berintegrasi, yang dilandasi oleh semangat sosial, berbeda-beda dalam satu kesatuan. Perlunya integrasi itu didukung pula dengan kondisi mereka yang berada dalam satu negara bangsa, provinsi, yang menginginkan kerjasama sosial dalam pelbagai kegiatan, termasuk kesenian zapin Melayu. Universitas Sumatera Utara Lagu dan tari Melayu ternyata mampu memberikan sumbangan bagi terciptanya integrasi masyarakat Serdang dan Sumatera Utara yang beraneka ragam heterogen. Lagu dan tari zapin Melayu sebagai salah satu contoh kesenian yang mengekspresikan budaya heterogen. Menurut penulis, sumbangan lagu dan tari zapin Melayu tehadap integrasi sosial sangat berkait erat dengan identitas etnik, dan kelenturan masyarakat Melayu. Selain itu juga didukung oleh faktor keadaan Sumatera Utara yang tidak memiliki budaya dominan. Lagu dan tari Melayu juga mampu memberikan jati diri khas daerah Sumatera Utara Timur. Norma-norma dalam penyerapan lagu dan tari yang dipergunakan juga tidak membatasi hanya kepada musik dan tari yang sudah ada, tetapi tampaknya lebih bersifat menghimpun secara luas segenap unsur budaya, walaupun juga tetap memelihara konsistensi internal dan identitas kemelayuannya. Dengan demikian, lagu dan tari zapin Melayu merupakan wahana dari melting pot percampuran antara pelbagai budaya yang berbeda. Lagu dan tari zapin Melayu di Sumatera Utara ini adalah salah satu contoh dari seni yang mencerminkan budaya integrasi yang terlaksana dengan baik di rantau ini. Apabila kondisi integrasi ini terjadi dalam lingkup yang lebih luas, maka akan terasa kebersamaan dan saling memerlukan antara manusia di dunia ini, sebagai makhluk sosial. 283 283 Contoh lain fungsi seni yang memberikan sumbangan untuk integrasi masyarakat adalah tarian yang terdapat pada masyarakat Andaman, yang dideskripsikan Radcliffe-Brown seperti berikut: The Andamanese dance with its accompanying song may therefore be described as an activity in which, by virtue of the effect of rhythm and melody, all the members of a community are able harmoniously to cooperate and act in unity ... The pleasure that the dancer feel irradiates itself over everything arouns him and he is filled with geniality and good-will towards his companions. The sharing with others of an intense pleasure, or rather the sharing in a collective expression of pleasure, must ever incline us to such expansive feelings. ... In this way the dance produces a condition in which the unity, harmony and concord of the community are at a maximum, and in which they are intensely felt by every member. It is also produce this condition. I would maintain, that is the primary social function of the dance. The well-being, or indeed the existence, of the society depends on the unity and harmony that obtain in it, and the dance, by making that unity intensely felt, Universitas Sumatera Utara Fungsi lagu dan tari Melayu sebagai integrasi sosiobudaya, artinya adalah bahwa masyarakat Melayu atau yang lebih luas seluruh umat manusia, memiliki pelbagai perbedaan ras, bangsa nasional, status sosial dan ekonomi, agama, kepercayaan, sekte, stereotipe, jenis kelamin, dan lain-lainnya. Mereka yang berbeda ini, perlu berkomunikasi dan saling berhubungan sosial, karena makhluk manusia itu memerlukan manusia lain. Dalam konteks sedemikian rupa mereka memerlukan integrasi sosial, agar terjalin hubungan antara individu atau kelompok manusia, yang diatur oleh hukum atau norma-norma sosial yang ada. Salah satu fungsi seni zapin Melayu adalah untuk mewujudkan integrasi sosiobudaya. Bahwa masyarakat Melayu itu sendiri memiliki pelbagai perbedaan. Oleh karenanya mereka perlu mengadakan integrasi sosiobudaya dalam tingkat dunia atau kawasan. Selain itu juga, Islam sebagai panduan etnik Melayu di Sumatera Utara, secara konseptual adalah sebuah agama dengan gagasan dan melakukan konsep rahmat kepada seluruh sekalian alam. Jadi Islam tentu saja harus toleran dan menghargai perbedaan-perbedaan sesama umat manusia dan lingkungan alam. Agama lain tentu saja diberikan hak dan kewajiban untuk melakukan ritualnya. Islam mengakui perbedaan agama ini dalam konsep: untukmu agamamu dan untukku agamaku. Integrasi sesama umat Islam, tercermin dalam lagu dan tari zapin. is a menas of maintaning it. For the dance affords an opportunity for the direct action of the community upon the individual, and we have seen that it exercises in the individual those sentiments by which the social harmony is maintained A.R. Radcliffe-Brown, 1952., Structure and Function in Primitive Society. Glencoe: Free Press.hal :249-252. Universitas Sumatera Utara

4.3.2 Kelestarian Budaya

Berkenaan dengan fungsi sumbangan musik untuk kelestarian dan stabilitas kebudayaan, Merriam menjelaskan bahwa tidak semua unsur kebudayaan memberikan tempat untuk mengekspresikan emosi, hiburan, komunikasi, dan seterusnya. Musik adalah perwujudan kegiatan untuk mengekspresikan nilai-nilai. Dengan demikian fungsi musik ini menjadi bahagian dari pelbagai ragam pengetahuan manusia lainnya, seperti sejarah, mite, dan legenda. Berfungsi menyumbang kesinambungan kebudayaan, yang diperoleh melalui pendidikan, pengawasan terhadap perilaku yang salah, menekankan kepada kebenaran, dan akhirnya menyumbangkan stabilitas kebudayaan 284 . Lagu dan tari zapin Melayu Serdang di Sumatera Utara berfungsi pula memberikan sumbangan untuk kelestarian dan stabilitas kebudayaan Melayu dan etnik lainnya di Sumatera Utara. Di dalam lagu dan tari zapin Melayu Sumatera Utara terkandung unsur-unsur sejarah, mite dan legenda, yang pada saatnya mampu memberikan sumbangan untuk kelestarian kebudayaan. Melalui lagu dan tari Melayu boleh dipelajari perilaku-perilaku yang dipandang benar dan salah oleh masyarakat pendukungnya. Di dalam lagu dan tari zapin Melayu terkandung nilai-nilai moral. Usaha untuk mewujudkan kelestarian dan stabilitas kebudayaan Melayu melalui lagu dan tari zapin, bisa dilihat dari konsep-konsep: tak Melayu hilang di bumi, esa hilang dua terbilang, sekali layar terkembang surut kita 284 Allan. P Merriam, The Anthropology of Music. Chicago Nortwestern University, 1964, hal., 225. Universitas Sumatera Utara berpantang, yang terdapat dalam pantun-pantun dalam lagu zapin Melayu Serdang di Sumatera Utara. Fungsi seni pertunjukan zapin Melayu Sumatera Utara lainnya adalah sebagai sarana untuk kelestarian budaya. Bahwa seperti dicontohkan di dalam ajaran agama, kebudayaan manusia itu boleh saja mati, dan ada juga yang lestari. Contoh pelbagai kebudayaan yang musnah itu adalah: Ad, Tsamud, Madyan, Ur, dan lainnya—dan yang lestari adalah beberapa umat Nabi Nuh, dan tentu saja umat Islam, sejak Nabi Adam Alaihissalam hingga kini. Melalui seni budaya Melayu Islam, ajaran-ajaran Islam akan terus lestari melalui rentak dimensi ruang dan waktu. Bahwa kebudayaan Islam itu harus diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya agar tidak pupus ditelan zaman. Seni budaya Islam ini diajarkan melalui pelbagai institusi sosial, misalnya pesantren atau makhtab, sekolah umum, kelompok remaja masjid, kelompok pemuda anshar, dan lain- lainnya. Generasi muda haruslah dikawal dan dipandu agar mereka meneruskan dan melestarikan kebudayaan Islam ini ke generasi-generasi mendatang.

4.3.3 Pendidikan

Zapin dalam kebudayaan Melayu berfungsi untuk pendidikan. Misalnya di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, para mahasiswa bisa memilih salah mata kuliah Praktek Tari Melayu Sumatera Timur, I, II, III dan IV. Dosennya adalah Syainul Irwan dan Datuk Ahmad Fauzi. Begitu juga mata kuliah Praktek Musik Sumatera Timur I, II, III dan IV yang dosennya Universitas Sumatera Utara adalah Fadlin dan Datuk Ahmad Fauzi.Masing-masing mata kuliah di atas memiliki jam kuliah sebesar dua SKS sistem kredit semester. Dalam mata kuliah ini diajarkan tari-tarian dan musik Melayu Sumatera Utara, termasuk zapin. Dengan diajarkannya mata kuliah ini kepada mahasiswa maka pendidikan terhadap kesenian Melayu berlangsung dan akhirnya akan lestarilah budaya Melayu itu. Begitu juga dengan sanggar Patria di Tanjungmorawa, wilayah budaya Serdang. Gerak-gerik dasar tarian Melayu diajarkan di awal sekolah, kemudian diteruskan kepada praktek dan teori tentang seni tari Melayu Sumatera Utara, seperti senandung, mak inang, lagu dua, zapin, hadrah, rodat, serampang dua belas dan lainnya. Begitu juga dengan musik Melayu seperti praktek gendang ronggeng Melayu, praktek biola, praktek gambus, praktek akordion, praktek gendang silat, praktek serunai, praktek ensambel makyong dan lainnya. Begitu juga dengan teori-teori musik Melayu, yang diajarkan kepada setiap pelajar di sekolah ini. Misalnya teori tentang gerenek, patah lagu, cengkok, singkopasi, silabik, melismatik dan lain-lainnya. Selain sekolah formal, di Sumatera Utara diselenggarakan pula sekolah- sekolah bukan formal, terutama yang dilakukan oleh sanggar-sanggar kesenian. Jenis pendidikan seperti ini biasanya dikelola sendiri oleh masyarakat Melayu di Sumatera Utara. Pelbagai sanggar seni yang melakukan pendidikan seni lagu dan tari bermunculan di Sumatera Utara. Misalnya Lembaga Kajian Tari Patria, Sinar Budaya Grup, Dahlia Grup, Sri Indera Ratu, Dara Melati, Anugerah Seni Medan, Universitas Sumatera Utara Al-Kanon dan masih banyak lagi yang lainnya. Kesemua grup ini biasanya mengajarkan materi seni zapin, baik mencakup musik maupun tarinya. Lebih jauh, sumbangan komunikasi dalam lagu dan tari Melayu bagi pendidikan dalam budaya Melayu Serdang di Sumatera Utara adalah sebagai sarana untuk belajar pantun-pantun, musik, tari, yang mengandung norma-norma dan sistem nilai yang berlaku dalam budaya Melayu, yang boleh ditransformasikan di era globalisasi sekarang ini. Pantun-pantun, musik, dan tari, boleh memperkuat jatidiri warga Melayu atau sarana belajar bagi etnik lain untuk memahami siapa orang Melayu itu. Sehingga pada masanya akan terjadi sikap menghargai dan menyatu dalam budaya yang diperlukan di Serdang, Sumatera Utara, Indonesia, atau Dunia Melayu. Negeri-negeri Melayu, hingga ke hari ini menggalakkan kebudayaan Melayu sebagai identitas kebangsaan. Seni pertunjukan Melayu adalah sebagai salah satu bidang yang berfungsi mendidik masyarakat Melayu pada umumnya. Di dalam lagu dan tarian zapin terdapat pelbagai sarana untuk mendidik masyarakat. Pendidikan yang terdapat di dalam lagu dan tari zapin Melayu merangkum tunjuk ajar Melayu, mulai daripada cara bergaul, estetika dalam budaya, moralitas, ajaran-ajaran agama Islam yang mencakupi bidang ibadah, hukum syarak, makrifat, tarikat, budi bahasa, kepemimpinan, adat dan masih banyak lagi yang lainnya. Pentingnya ketekunan belajar atau enkulturasi budaya ini tercermin dari pantun lagu zapin berikut ini. Universitas Sumatera Utara Kalau nakhoda kalau nakhoda kuranglah faham hai kuranglah faham, Alamatlah kapal alamatlah kapal Akan tenggelam Lancang Kuning berlayar malam Lancang Kuning berlayar malam. Pergi ke pulau membawa bekal, Bekal dibawa bersama-sama, Kalau ilmu hanya sejengkal, Dalam laut tak mungkin diduga Sumber: Nasri Effhaz bin A. Saari, dalam wawancara 11 Juni 2011 Lebih jauh sumbangan lagu dan tari bagi pendidikan di dalam budaya Melayu adalah sebagai sarana untuk belajar pantun-pantun, musik, tarian yang mengandung norma-norma dan sistem nilai yang berlaku dalam budaya Melayu, yang bisa ditransformasikan di era globalisasi sekarang ini. Pantun-pantun, musik, teks, dan tarian dalam seni persembahan zapin Melayu dapat memperkuat jatidiri warga Melayu atau sebagai sarana belajar bagi masyarakat bukan Melayu untuk memahami siapa orang Melayu itu. Sehingga pada masanya akan terjadi saling menghargai perbedaan dan persatuan budaya yang dikehendaki dalam Dunia Melayu. Universitas Sumatera Utara

4.3.4 Hiburan

Berkaitan dengan fungsi seni untuk hiburan, Merriam 285 membicangkannya seperti yang dikemukakannya berikut ini. Music provides an entertainment function in all societies. It needs only to be pointed out that a distinction must be probably be drawn between “pure” entertainment, which seems to be a particular feature of music in Western society, and entertainment combined with other functions. The latter may well be a more prevalent feature of nonliterate societies. Lagu dan tari zapin Melayu Sumatera Utara salah satu fungsinya adalah untuk hiburan. Di Serdang Sumatera Utara lagu dan tari zapin tetap hidup karena salah satunya adalah berfungsi untuk hiburan. Kelompok-kelompok seni pertunjukan biasanya melakukan kegiatannya di kedai-kedai minum, hotel, atau pentas persembahan. Fungsi utamanya dalam konteks ini adalah menghibur pengunjung. Bentuk hiburan ini di antaranya adalah pengunjung menyanyi atau menari secara berpasangan. Adapun sistem yang digunakan pengunjung yang ingin menyanyi atau menari membeli tiket. Biasanya pihak penyelenggara mengemukakan bahwa tujuan diselenggarakannya pertunjukan seni musik dan tari zapin Melayu ini, bukan tujuan perniagaan tetapi adalah untuk melestarikan salah satu warisan tradisi Melayu. Namun demikian, menurut penulis, faktor ekonomi juga melandasi eksisnya kesenian ini. Fungsi seni budaya Melayu lainnya adalah sebagai hiburan. Istilah hiburan di sini, bukanlah bermakna hiburan yang terlepas dari ajaran Islam. Justru hiburan 285 Ibid, hal., 223. Universitas Sumatera Utara di sini adalah untuk memenuhi keinginan dasar manusia akan rasa keindahan melalui pelbagai dimensinya. Bahwa manusia secara alamiah, menyukai keindahan. Sesudah menikmati keindahan ia akan terhibur, dan jiwanya terisi oleh aspek-aspek ruqiyah dan pencerahan aufklärung. Pelbagai contoh keinginan manusia akan hiburan, dapat kita lihat pada kebudayaan masyarakat modern. Di kota-kota dapat dijumpai tempat-tempat hiburan seperti mal, karaoke, senam, dunia fantasi, gedung-gedung teater dan film, olah raga, dan lain-lainnya. Dengan demikian seni budaya Islam termasuk seni zapin, juga mengandung fungsi sebagai hiburan, yang berasas kepada fitrahnya dan sebagai salah satu anugerah dan nikmat yang diberikan oleh Allah.

4.3.5 Dakwah Agama Islam

Fungsi lagu dan tari zapin Melayu salah satunya adalah untuk mengabsahkan pelbagai ibadah dan upacara keagamaan Islam. Dalam upacara nikah kawin dalam budaya Melayu misalnya, zapin, barzanji, dan marhaban selalu berfungsi untuk mengabsahkan upacara ini, terutama ketika kedua pengantin duduk bersanding di pelaminan, pada saat ini biasanya disertai acara tepung tawar atau tampung tawar. Dalam sebuah seni pertunjukan biasanya dilakukan pula doa-doa yang ditujukan kepada Allah agar jalannya pertunjukan berhasil dengan baik, yang diistilahkan dengan doa buka panggung. Sehingga doa ini dapat dikategorikan sebagai pengabsahan upacara. Fungsi seni zapin Melayu lainnya adalah untuk sarana dakwah atau syiar Islam. Seni zapin ini biasanya mempergunakan teks-teks yang mentransmisikan Universitas Sumatera Utara ajaran-ajaran Islam. Ada yang disampaikan menggunakan komunikasi verbal, dan ada pula yang mengunakan komunikasi nonverbal. Ada yang disajikan dalam bentuknya yang eksplisit maupun yang tersamar. Teks-teks dalam seni zapin Melayu seperti ini diekspresikan melalui pelbagai genrenya, misalnya pantun, syair, talibun, gurindam, dan lain-lainnya. Fungsi seni budaya Islam sebagai sarana dakwah ini, umumnya dipergunakan bersama-sama dengan da’i yang memberikan dakwahnya, kadang langsung saja dipertunjukkan di depan masa. Selain itu tak kalah pentingnya adalah dakwah Islam pada masa kini juga menggunakan media massa seperti televisi, radio, internet dan lainnya. Selain itu, seni zapin Melayu di Serdang Sumatera Utara berfungsi sebagai ekspresi spiritualitas Islam. Bahwa seni Islam tidak hanya menghargai bentuk, material dan fisiknya saja. Seni Melayu terdiri dari aspek spiritualitas dan fisik sekaligus. Kedua-duanya berjalan selaras dan seiring. Spiritualitas dalam seni Islam adalah memancarkan hakikat kebenaran dan kesempurnaan. Bahwa dimensi spiritualitas dalam seni Melayu mencerminkan jiwa seniman muslim melalui karyanya, didasari oleh nilai-nilai kebenaran yang diarahkan dan dibimbing oleh Allah sebagai Tuhan semesta alam. Dengan demikian, spiritulitas dalam seni Melayu dibimbing oleh hakikat ketuhanan. Nilai-nilai spiritualitas ini melampaui batas-batas bentuk dan fisik. Universitas Sumatera Utara

4.3.6 Mata Pencaharian

Fungsi seni persembahan zapin Melayu lainnya adalah sebagai pendukung mata pencarian atau ekonomi. Bahwa seni adalah salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal manusia. Seni juga dapat dijadikan bidang pekerjaan umat manusia. Pelbagai pekerjaan di bidang seni di antaranya adalah: seni kaligrafi khat, seni menjilid buku, seni bina teknik sipil dan arsitektur, seni menjahit pakaian, seni musik, seni tarian, seni drama sastra, seni rupa lukis, seni pertamanan lanskap, termasuk seni perfileman, seni pertelevisian, seni media rekam, seni reklame poster, dan lain-lainnya. Cabang-cabang seni di atas, termasuk zapin, tentu saja dapat menjadi tumpuan mata pencaharian hidup individu Melayu yang ahli di bidangnya. Atau bisa pula menjadi sumber pendapatan sekunder di samping pekerjaaan utamanya. Tentu saja kemahiran dan pengalaman menjadi modal utama untuk membuat salah satu cabang seni dimaksud menjadi bahagian dari mata pencarian hidup seseorang. Untuk memenuhi guna dan fungsi itulah seni pertunjukan Melayu diadakan oleh masyarakat pendukungnya. Oleh itu, karena fungsi ini pula beberapa kelompok kesenian Melayu hidup terus di Serdang dan Sumatera Utara, dalam rangka memenuhinya. Termasuk salah satu yang kekal dan terus ada adalah seni zapin. Namun demikian, penggunaan dan fungsi zapin di wilayah budaya Melayu Serdang Sumatera Utara tidak terbatas hanya seperti yang penulis huraikan di Universitas Sumatera Utara atas. Bisa saja lebih luas, atau lebih sempit selari sudut pandang dan pengalaman pengkajinya. Hal ini dikemukakan oleh Merriam 286 : It is quite possible that list of the functions of music may require condensation or expansion, but in general it summarizes the role of music in human culture. Music is clearly indispensable to the proper promulgation of the activities that constitute a society; it is a universal human behavior—without it, it is questionable that man could truly be called man, with all that implies. Menurut pendapat Merriam di atas fungsi-fungsi musik bisa saja menyempit namun dapat pula meluas. Namun secara umum fungsi-fungsi musik ini boleh menyimpulkan peranan musik dalam budaya manusia. Musik sangatlah diperlukan untuk membertahukan secara tepat pelbagai aktivitas yang terdapat dalam satu masyarakat. Musik adalah sebuah perilaku manusia yang universal. Manusia tanpa musik, akan menimbulkan pertanyaan, benarkan manusia seperti itu dapat disebut manusia, dengan semua pernyataan yang tidak langsung.

4.3.7 Ekspresi Individu

Komunikasi dalam zapin Melayu ini juga menggunakan tanda, signal, dan lambang-lambang tertentu yang boleh didekati dan dirasakan sama ada oleh orang Melayu atau bukan Melayu. Komunikasi melalui lagu dan tari ini sedikit- banyaknya adalah untuk mengekspresikan wujud individu bisa jadi penyanyi, pencipta lagu, penari, penonton dan semua orang yang terbabit dalam seni persembahan zapin Melayu. 286 Ibid, hal., 227. Universitas Sumatera Utara Seorang seniman yang baik, tentu saja harus bisa berkomunikasi lisan kepada orang lain. Dalam kebudayaan Melayu, komunikasi lisan dalam seni persembahan ini sangat diperlukan, karena bagaimanapun selain adanya pembawa acara yang umumnya pandai berpantun, seorang penyanyi atau penari juga harus bisa berpantun atau berbahasa dengan baik, seperti yang terungkap dalam pepatah Melayu di Sumatera Utara ini. Yang kurik kundi, Yang merah saga, Yang baik budi, Yang indah bahasa. Seniman telangkai dan pembawa acara juga diakui eksistensinya karena kepiawiannya dalam berpantun dalam pelbagai peristiwa adat Melayu. Di kawasan ini terbentuk persatuan penghulu telangkai yang difungsikan di setiap upacara nikah kawin Melayu yang sangat fungsional secara sosiobudaya. Beberapa telangkai dan pembawa acara ini bahkan mendapat penghargaan secara nasional. Contohnya adalah Amir Arsyad sebagai pembawa acara pelbagai kegiatan yang diselenggarakan secara nasional, karena kehandalannya dalam berpantun—terutama disertai dengan gaya individunya sebagai intelektual. Sehingga honorariumnya pun sedikit di atas penghulu telangkai rata-rata. Begitu juga dengan Datuk Fauzi, selain ia sebagai penghulu telangkai ia juga seniman serba bisa, ia bisa bermain alat musik biola, gendang Melayu, menarikan tarian Melayu dan Simalungun, sehingga banyak pekerjaan seni yang dikerjakannya, dan dampaknya ia memperoleh penghasilan lumayan sebagai seniman Melayu di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Ekspresi eksistensi individu ini mendapat tempat yang penting juga dalam konteks seni pertunukan zapin dalam kebudayaan Melayu. Seorang penyanyi misalnya akan dihargai, dihormati, dan dibagi upah yang memadai menurut keahlian pertunjukan dan sekaligus moralitasnya. Dalam kebudayaan Melayu Sumatera Utara, eksistensi individu dengan keahlian bernyanyi misalnya diberikan masyarakat Melayu kepada penyanyi-penyanyi seperti Nurainun dengan teknik bernyanyi virtuosonya yang dianggap paling estetik di kalangan penyanyi wanita Melayu. Demikian pula Laila Hasyim penyanyi wanita Melayu dengan gaya cengkok dan sengau khasnya menjadi identitas sendiri bagi beliau. Di kalangan penyanyi laki-laki Saiful Amri juga mendapat apresiasi luas dalam masyarakat Melayu, karena gaya khas gereneknya. Di kalangan pemusik misalnya Ahmad Setia Ahmad Kidal diakui sebagai pemain akordion karena handal khasnya dalam mengiringi tari-tarian Melayu. Selain itu Zulfan Effendi juga memiliki kekhasan sebagai seorang individu pemusik Melayu yang handal dalam bermain akordion terutama untuk lagu-lagu Melayu Islam. Mereka ini semuanya terlibat langsung dalam praktek pertunjukan seni zapin di Sumatera Utara. Selain melalui gaya, komunikasi yang mencerminkan ekspresi individu dalam konteks sosial lainnya, di kalangan seniman-seniman Melayu Serdang dan Sumatera Utara adalah dengan cara komunikasi bukan lisan lainnya. Misalnya cara berbusana, menurut kesopanan Melayu, menarikan tarian Melayu dengan norma-norma Melayu, perilaku di atas dan di luar panggung, menjaga moralitas pribadi dan perilaku-perilaku lainnya. Pada prinsipnya dalam kebudayaan Melayu di Sumatera Utara perwujudan individu dihargai bila memenuhi syarat-syarat dan Universitas Sumatera Utara norma-norma sosial yang ada, yang ditanam di benak para warga masyarakat Melayu, yang diperolehi melalui pengalaman-pengalaman berinteraksi sesamanya. Komunikasi dalam lagu dan tari zapin Melayu sebagai ekspresi individu ini juga, mendapatkan apresiasi berdasarkan tingkat pendidikan seseorang. Jika ia seorang sarjana, maka masyarakat telah faham bahwa honorariumnya akan lebih besar ketimbang seorang seniman yang berpendidikan di bawahnya. Walaupun ini hanya sebuah faktor saja.

4.3.8 Ekspresi Kelompok

Selain fugsi komunikasi dalam seni zapin Melayu Sumatera Utara sebagai ekspresi indvidu, tidak kalah pentingnya adalah fungsi komunikasi sebagai ekspresi kelompok. Melalui media lagu dan tari etnik Melayu di kawasan ini ingin diakui eksistensinya. Masyarakat Melayu adalah etnik tempatan sebagai tuan rumah dan pemiliki kawasan Melayu Sumatera Timur, etnik Melayu menerima keberagaman sebagai sesuatu yang alamiah, etnik Melayu memiliki adat yang terangkum dalam adat sebenar adat, adat yang teradat, adat yang diadatkan dan adat-istiadat. Institusi adat ini begitu penting dalam rangka kelestarian budaya Melayu. Di kawasan ini terbentuk Majlis Adat Budaya Melayu Indonesia MABMI. Melalui media seni zapin komunikasi ditujukan untuk mengakui eksistensi etnik Melayu dengan pelbagai kelebihan-kelebihan dan kekurangannya secara steretipe. Sebagai sebuah kelompok etnik atau juga masyarakat, orang-orang Universitas Sumatera Utara Melayu menerima etnik lain untuk menjadi etnik Melayu, dengan syarat masuk Melayu—artinya masuk Islam dan mengamalkan budaya Melayu. Ini telah terjadi berabad-abad lamanya, pelbagai etnik masuk menjadi Melayu dan kemudian oleh sultan-sultan Melayu di kawasan ini mereka diberi tanah dan hak-hak yang sama dengan warga Melayu lainnya. Tanah yang diberikan kepada mereka ini disebut tanah jaluran. Di samping itu ada pula tanah ulayat yang diwarisi mengikut hukum dan adat Melayu. Cerminan eksistensi kelompok etnik Melayu dalam lagu-lagu zapin Melayu tercermin dalam teks berikut. Apa tanda Melayu jati, Orangnya bersopan dan baik budi, Apa tanda Melayu jati, Ikut resam adat dipakai. Kuala Deli airnya pun tenang, Tempat nak dara mencuci kain, Bila merantau tanah dikenang, Janganlah cari si orang lain. Berlayar menuju si Pulau Perca, Bawakan kami buah kuini, Ingat kata pepatah Hang Tuah, Tak kan Melayu hilang di bumi Kalau meletus Gunung Sibayak, Kota Medan menjadi abu, Angin berhembus layarku koyak, Ke mana arah hendak dituju. Sumber: Nasri Effhaz bin A. Saari, dalam wawancara 11 Juni 2011 Pada bait stanza pertama tercermin sikap dan prilaku orang Melayu yang bersandar pada adat, dan adat bersandar pada agama Islam. Dengan demikian orang Melayu itu adalah orang Islam, yang wajib melaksanakan ajaran-arajan Islam dan menjauhi larangan Tuhan. Jadi orang Melayu wajib untuk menjadi orang yang bertakwa. Kemudian pada bait kedua, mengingatkan bahwa orang Universitas Sumatera Utara Melayu jangan melupakan kampung halaman, dalam hal ini diwakili Kuala Sungai Deli dengan airnya yang tenang kini sudah tercemari oleh kilang-kilang di Medan, dan jangan pula lupa kepada kekasih jika merantau ingat-ingatlah dan suntinglah ia setelah berjanji sehidup-semati. Pada pantun ketiga orang Melayu itu wajib meneruskan pepatah Hang Tuah sebagai ikon wira Melayu di Dunia Melayu, agar Melayu itu itu tak hilang di dunia harus didukung oleh semua warga Melayu dan mengamalkan adat Melayu. Dengan demikian setiap orang Melayu wajib memiliki nilai-nilai perjuangan dan kewiraan dalam hidupnya. Hidup ini penuh dengan perjuangan. Untuk dapat berkembang dan bertahan di dunia ini kita harus bekerja keras dan menanamkan sikap optimisme. Pada pantun stanza keempat pula tercermin hidup ini penuh tantangan, yang dilambangkan oleh angin berhembus dan layar perahu koyak, sehingga ke mana arah harus dituju. Dalam menghadapi situasi yang sedemikian rupa hendaknya seorang Melayu itu berusaha menambal layar yang koyak untuk dapat menuju arah yang telah ditentukan sebelumnya. Jangan berpangku tangan, dan berdiam diri, harus berusaha. Kira- kira demikian tafsiran penulis terhadap komunikasi dalam lagu zapin Melayu di wilayah Serdang Sumatera Utara yang mengekspresikan eksistensi kelompok etnik Melayu. Universitas Sumatera Utara

4.3.9 Ekspresi Emosi

Fungsi komunikasi dalam lagu dan tari zapin Melayu Sumatera Utara adalah sebagai sarana ekspresi emosi. Bagaimana keadaan ekspresi emosi dalam bidang musik, Merriam 287 menjelaskan sebagai berikut. An important function of music, then, is the opportunity it gives for variety of emotional expression—the release of otherwise unexpres-sible thoughts and ideaas, the correlation of a idea variety of emotional music, of the opportunity to “let off steam” and perhaps to resolve social conflict, the explosion of creativity itself, and the group of expression of hostilities. It is quite possible that a much widear variety of emotional expressions could be cited, but the examples given here indicate clearly the importance of this function of music. Menurut Merriam, salah satu fungsi musik yang penting, adalah ketika musik itu menyediakan atau memberikan pelbagai variasi ekspresi emosi. Hal yang tidak dapat diekspresikan dalam pikiran dan ide, hubungan dari pelbagai variasi emosi dalam musik. Juga kesempatan untuk “mengelarkan amarah” dan kemungkinan-kemungkinan untuk meredakan atau meniadakan konflik sosial, meledakkan kreativitas itu sendiri serta meledakkan sekelompok ekspresi permusuhan. Sangat dimungkinkan, bahwa pelbagai variasi ekspresi emosi yang luas dapat dikaji, tetapi contoh-contoh itu mengindikasikan secara jelas pentingnya fungsi emosi ini dalam musik. Dalam perspektif Islam, Imam Al-Ghazali 288 menyatakan bahwa sifat dendam bersumber dari sifat marah. Bahkan lebih jauh emosi marah pula terhasil dari emosi lain seperti terhina, malu, dan iri hati. Emosi kausal ini lahir 287 Ibid, hal., 222-223. 288 Ensiklopedi Islam 8jilid, P.T. Ichtiar Baru – Van Hoeve, Jakarta, 2008 Universitas Sumatera Utara disebabkan sebuah gejala utama yaitu ketidakadilan. Wajah ketidakadilan itu terbentuk dari pelbagai sebab seperti kekuasaan dan kasih sayang. Demikian pula fungsi komunikasi dalam lagu dan tari zapin Melayu adalah untuk mengekspresikan pelbagai macam emosi, yang diungkapkan melalui bahasa verbal yang dinyanyikan atau gerak-gerik. Seterusnya ekspresi emosi gembira atau riang lagi sedang bercinta juga diekspresikan dalam lagu-lagu zapin Melayu Sumatera Utara. Misalnya dalam bait-bait pantun berikut ini yang umum dinyanyikan di kawasan Sumatera Utara. Tujuh lubuk sembilan kolam, Anak jangkar hanyut terapung, Ku lepas merbuk ku tangkap balam, Mana bertuah belum ku tahu. Kalu menebang si pohon jati Papan di Jawa kami dirikan, Pertama kasih kedua budi, Yang mana satu nak ku turutkan. Sumber: Nasri Effhaz bin A. Saari, dalam wawancara 11 Juni 2011 Universitas Sumatera Utara

BAB V STRUKTUR TEKS, TARI,

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengembangan Wilayah (Aspek Ekonomi Sosial Dan Budaya) Terhadap Pertahanan Negara Di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara

0 18 14

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 15

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 2

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 27

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 45

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 6

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 6

Satu Kajian Daripada Aspek Pensejarahan Budaya - Sejarah Melayu Suatu Kajian

0 0 247

Kata kunci: Islam, Melayu, dan Budaya Pendahuluan - ISLAM MELAYU DALAM PUSARAN SEJARAH Sebuah Transformasi Kebudayaan Melayu Nusantara

1 2 19

STRUKTUR DAN FUNGSI KALIMAT BAHASA MELAYU SAMBAS

0 1 100