Struktur Teks Lagu-lagu Zapin

Untuk tari zapin, gerak-gerak yang digunakan sepenuhnya berakar dari kosa gerak tarian Melayu. Struktur gerak ini mengikuti rentaknya yang biasa dilakukan dalam siklus hitungan empat sebagaimana musiknya. Tari zapin ini biasanya dalam persembahan terdiri dari bagian pembuka, isi, dan penutupnya. Tari zapin di Serdang gerakan-gerakannya merupakan imitasi alam seperti gerak nelayan di laut, atau orang sedang bercocok tanam di lahan pertanian, atau menirukan flora dan fauna di sekelilingnya. Bagaimanapun gerak-gerak tari zapin ini memiliki makna-makna eksplisit maupun implisit. Musik zapin disusun oleh dimensi ruang dan waktu. Dimensi ruang terdiri dari tangga nada, wilayah nada, nada-nada dasar, interval, formula melodi, pola- pola kadensa, kontur, dan lain-lainnya. Sementara dimensi waktu disusun oleh pola ritme, birama atau meter, cepat lambatnya musik atau tempo, kuat lembutnya ketukan atau aksentuasi, siklus ritme, motif ritme, dan pola ritme, dan hal-hal sejenisnya.

5.2 Struktur Teks Lagu-lagu Zapin

Lagu-lagu zapin di kawasan Serdang yang dipraktekkan oleh para senimannya umumnya menggunakan teks-teks bahasa Melayu. Ada juga yang menggunakan bahasa Arab, atau campuran bahasa Melayu dan Arab. Lagu-lagu ini memiliki berbagai tema, tetapi umumnya adalah filsafat-filsafat Melayu dan Islam, seperti bagaimana menjalani hidup, pujian kepada Allah dan Nabi, hubungan antara sesama manusia, cinta yang universal yang perlu dibina, dan Universitas Sumatera Utara lain-lainnya. Intinya adalah mencerminkan pandangan hidup manusia Melayu di bawah bimbingan ajaran Ilahi. Dalam menampilkan lagu-lagu zapin Melayu biasanya menggunakan lirik. Tapi dalam sesuatu hal bisa saja hanya untuk mengiringi tarian, dan liriknya tidak dinyanyikan, atau disebut juga dengan instrumentalia hanya bunyi musiknya saja. Sejauh pengamatan penulis, lirik yang digunakan dalam lagu-lagu zapin mengacu kepada pantun atau ada unsur-unsur pantun di dalamnya. Penggunaan pantun banyak mendapatkan peran utama dalam lagu-lagu zapin Melayu. Oleh karena itu, pantun menjadi ciri khas dari sebuah pertunjukan musik Melayu. Lagu-lagu yang digarap berdasarkan pantun, teksnya selalu diubah terus-menerus. Perubahan teks tersebut menjadi karakteristik khas musik Melayu. Untuk lagu yang berjudul sama, oleh seorang penyanyi yang sama, dalam selang waktu beberapa menit, jika diulang, biasanya akan menghasilkan teks yang berbeda. Lagu-lagu zapin Melayu adalah lebih mengutamakan garapan teks dibandingkan garapan melodi atau instrumentasinya. Hal ini dapat dilihat dari garapan teks yang terus menerus berubah, sedangkan melodinya sama atau hampir sama. Dengan demikian musik Melayu ini dapat dikategorikan sebagai musik logogenik 289 . Teksnya berdasar kepada pantun empat baris, kuatrin, yang terdiri 289 Jika sebuah genre musik mengutamakan aspek melodi dan ritme saja, dapat dikategorikan sebagai musik melogenik. Contoh pertunjukan musik yang dikategorikan sebagai logogenik adalah pertunjukan ronggeng dan joget Melayu yang memang mengutamakan teks berbentuk pantun yang disajikan oleh ronggeng dan pengunjung. Aspek jual beli pantun secara spontanitas merupakan ruh pertunjukan ronggeng. Sementara contoh pertunjukan musik melogenik, yang hanya mengutamakan aspek nada atau ritme saja, misalnya adalah pertunjukan gonrang bolon di Simalungun, yang tanpa menggunakan vokal penyanyi, hanya mengutamakan melodi sarune bolon dan bunyi gonrang sipitu-pitu, serta gong. William P Malm., 1977, 1-10 Universitas Sumatera Utara dari dua baris sampiran dan dua baris isi. Kecenderungan mempergunakan ulangan-ulangan apakah itu sampiran atau isinya. Menurut Harun Mat Piah 290 , pantun ialah sejenis puisi pada umumnya, yang terdiri dari: empat baris dalam satu rangkap, empat perkataan sebaris, mempunyai rima akhir a-b-a-b, dengan sedikit variasi dan kekecualian. Tiap-tiap rangkap terbagi ke dalam dua unit: pembayang sampiran dan maksud isi. Setiap rangkap melengkapi satu ide. Ciri-ciri pantun Melayu dapat dibicarakan dari dua aspek penting, yaitu eksternal dan internal. Aspek eksternal adalah dari segi struktur dan seluruh ciri-ciri visual yang dapat dilihat dan didengar, yang termasuk hal-hal berikut ini. 1 Terdiri dari rangkap-rangkap yang berasingan. Setiap rangkap terdiri dari baris-baris yang sejajar dan berpasangan, 2, 4, 6, 8, 10 dan seterusnya, tetapi yang paling umum adalah empat baris kuatrin. 2 Setiap baris mengandung empat kata dasar. Oleh karena kata dalam bahasa Melayu umumnya dwi suku kata, bila termasuk imbuhan, penanda dan kata-kata fungsional, maka menjadikan jumlah suku kata pada setiap baris berjumlah antara 8-10. Berarti unit yang paling penting ialah kata, sedangkan suku kata adalah aspek sampingan. 3 Adanya klimaks, yaitu perpanjangan atau kelebihan jumlah unit suku kata atau perkataan ada dua kuplet maksud. 4 Setiap stanza terbagi kepada dua unit yaitu pembayang sampiran dan maksud isi; karena itu sebuah kuatrin mempunyai dua kuplet: satu kuplet pembayang dan satu kuplet maksud. 5 Adanya skema rima yang tetap, yaitu rima akhir a-b-a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a. Mungkin juga 290 Harun Mat Piah, 1989. Puisi Melayu Tradisional: Suatu Pembicaraan Genre dan Fungsi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1989, hal., 91, 123, 124. Universitas Sumatera Utara terdapat rima internal, atau rima pada perkataan-perkataan yang sejajar, tetapi tidak sebagai ciri penting. Selain rima, asonansi juga merupakan aspek yang dominan dalam pembentukan sebuah pantun. 6 Setiap stanza pantun, apakah itu dua, empat, enam, dan seterusnya, mengandung satu pikiran yang bulat dan lengkap. Sebuah stanza dipandang sebagai satu kesatuan. Aspek-aspek internal adalah unsur-unsur yang hanya dapat dirasakan secara subjektif berdasarkan pengalaman dan pemahaman pendengar, termasuk: 7 Penggunaan lambang-lambang yang tertentu berdasarkan tanggapan dan dunia pandangan world view masyarakat. 8 Adanya hubungan makna antara pasangan pembayang dengan pasangan maksud, baik itu hubungan konkret atau abstrak atau melalui lambang-lambang 291 . Dalam lagu-lagu zapin Melayu, ciri-ciri pantun seperti yang dikemukakan Harun Mat Piah tersebut juga berlaku. Namun, karena pantun ini disajikan secara musikal, ada beberapa lagi ciri pantun lagu-lagu Melayu, yaitu: 1 pantun biasanya disajikan berulang-ulang mengikuti ulangan-ulangan melodi. 2 Walau prinsipnya teks lagu-lagu Melayu mempergunakan pantun, namun pantun ini tidak sembarangan dimasukkan, misalnya untuk lagu-lagu seperti Ya Salam dan Zapin Bunga Hutan, sudah ada melodi yang khusus dipergunakan untuk teks yang menjadi ciri utama lagu-lagu tersebut. Pada bagian ini pantun tak boleh masuk. 3 Pantun dalam lagu-lagu zapin Melayu juga selalu dapat diulur atau dipadatkan sesuai dengan kebutuhan melodi musik yang dimasukinya. 4 Pantun-patun 291 Ibid. Universitas Sumatera Utara dalam lagu-lagu zapin Melayu juga dapat disisipi oleh kata-kata seperti: ala sayang, sayang, hai, ala hai, abang, bang, Tuan, Puan, Pak Ucok, Bang Ucok, akak, abah, juga judul-judul lagu seperti Gunung Sayang, Dondang Sayang, Serampang Laut, dan lain-lainnya, di tempat-tempat awal, tengah, atau akhir baris. 5 Selain itu, dalam satu baris tidak harus mutlak terdiri dari empat kata atau sepuluh suku kata, tetapi bisa lebih melebar dari ketentuan pantun secara umum. Hal ini memungkinkan terjadi, karena teks tersebut disampaikan secara melodis, bukan dalam gaya berpantun. Misalnya untuk memperpanjang beat, dapat dipergunakan dengan teknik melismatik, sebaliknya dengan teknik silabik dengan durasi yang relatif pendek. Keadaan seperti ini terjadi pada keseluruhan repertoar lagu zapin Melayu, yang berdasarkan kepada pantun. Sifatnya lebih fleksibel terhadap tata aturan pantun, dibanding dengan seni pantun yang disampaikan dengan cara berpantun. Berikut adalah kerja analisis terhadap salah satu lagu Zapin Melayu yaitu lagu Lancang Kuning. Lagu ini penulis analisis melalui teori semiotik yang lazim digunakan dalam ilmu-ilmu seni. Lagu ini menjadi pilihan karena sangat luas dikenal masyarakat Melayu atau rumpun Melayu. Lagu ini memiliki identitas kemelayuan yang kuat, baik ditinjau dari tangga nada maupun ornamentasi yang digunakan di dalamnya. Selain itu, syair lagu Lancang Kuning ini juga syarat dengan makna-makna budaya yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Melayu. Lagu ini juga bisa dikatakan sebagai ungkapan sistem simbol yang lazim digunakan oleh orang-orang Melayu dalam konteks komunikasi budaya. Universitas Sumatera Utara Berikut ini adalah analisis dari tiga lagu zapin yang lazim digunakan dalam kebudayaan Melayu di wilayah Serdang Sumatera Utara. a Lancang Kuning Lancang kuning lancang kuning belayar malam belayar malam Lancang kuning lancang kuning belayar malam belayar malam Haluan menuju haluan menuju ke laut dalam Haluan menuju haluan menuju ke laut dalam Lancang kuning belayar malam Lancang kuning belayar malam Lancang kuning lancang kuning menentang badai hai menentang badai Lancang kuning lancang kuning menentang badai hai menentang badai Tali kemudi tali kemudi berpilin tiga Tali kemudi tali kemudi berpilin tiga Lancang kuning belayar malam Lancang kuning belayar malam Kalau nahkoda kalau nahkoda kuranglah paham hai kuranglah paham Kalau nahkoda kalau nahkoda kuranglah paham hai kuranglah paham Alamatlah kapal alamatlah kapal akan tenggelam Alamatlah kapal alamatlah kapal akan tenggelam Lancang kuning belayar malam Lancang kuning belayar malam Sumber: Nasri Effhaz bin A. Saari, dalam wawancara 11 Juni 2011 Teks lagu Lancang Kuning ini juga mengandung lambang dalam konteks budaya Melayu. Lancang Kuning itu adalah lambang orang Melayu dan kebudayaannya dalam mengarungi dunia ini, termasuk dangan teks sebagai berikut: Lancang kuning berlayar malam berlayar malam; Haluan menuju haluan menuju ke laut dalam; Lancang kuning berlayar malam. Teks ini coba menyampaikan pesan bahwa lancang kuning perahu tradisional yang berwarna kuning, sebagai simbol kebudayaan Melayu sedang berlayar malam, yang itu lebih berbahaya ketimbang berlayar siang hari, malam gelap, perlu suluh, lampu atau penerangan yang cukup agar boleh berlayar malam. Sementara haluannya Universitas Sumatera Utara pun menuju laut dalam bukan laut tepi, sehingga perlu berhati-hati seluruh anak kapalnya, terutama nakhoda. Teks ini melambangkan kebudayaan Melayu yang dihimpit oleh berbagai-bagai tekanan budaya asing. Bait kedua menggambarkan lebih jauh tekanan kebudayaan asing kepada budaya Melayu menerusi teks sebagai berikut ini. Lancang kuning lancang kuning menentang badai hai menentang badai; Tali kemudi tali kemudi berpilin tiga; Lancang kuning berlayar malam. Dalam pelayaran lancang kuning menghadapi lautan, yang perlu diatasi dengan perjuangan seluruh awak kapal. Keadaaan ini menggambarkan sekian besarnya tantangan yang dihadapi masyarakat dan kebudayaan Melayu dalam merentas dan menjalani hidup di dunia ini. Namun pada ayat berikutnya disebutkan bahwa tali kemudi berpilin tiga, artinya untuk menghadapi caraan budaya ini masyarakat Melayu sudah bersiap-siap dengan pilinan tali kemudi berjumlah tiga. Maknanya dalam menghadapi tantangan tamadun, masyarakat Melayu sudah menyiapkan unsur ulama, pemerintah , dan rakyat yang bekerja bersama-sama. Bait ketiga lagu ini mengingatkan pentingnya kewaspadaan keberpihakan pihak penguasa pemerintah atau kerajaan kepada rakyat yang dipimpinnya, dengan berasaskan kepada kepahaman ilmu yang diturunkan oleh generasi pendahulu orang-orang Melayu. Dalam hal ini nakhoda harus paham akan ilmu kelautan, ke arah mana yang hendak dituju, bagaimana mengahadapi gelombang. Dalam arti lain, pemimpin Melayu harus paham dengan sistem pendidikan Melayu yang tercakup dalam adat Melayu, seperti yang dikonsepkan dalam adat bersendikan syarak dan syarak bersendikan kitabullah. Dengan mengikuti ajaran Universitas Sumatera Utara ini, Insya Allah pimpinan dan rakyat Melayu akan selamat menghadapi gelombang zaman, seperti yang tercermin dalam teks berikut: Kalau nakhoda kalau nakhoda kuranglah paham hai kuranglah paham; Alamat kapal alamat kapal akan tenggelam; Lancang kuning berlayar malam. Dalam kebudayaaan Melayu, untuk memohon kepada Allah agar sebuah kampung terhindar daripada musibah dan malapetaka, maka masyarakat Melayu hingga saat ini mengadakan upacara yang disebut melepas lancang. Upacara ini dilakukan pada masa-masa ketika sebuah desa mengalami musibah, seperti beberapa warganya hilang dilaut, banjir besar, wabah penyakit dan sebagainya. Jadi lancang perahu mempunyai makna dan lambang tersendiri dalam kebudayaan Melayu. Demikian kira-kira makna lagu ini dalam konteks Melayu. b Zapin Ya Salam Ya salam, ya salam, ya salam Menentang awan di waktu petang Hai menentang gelap di waktu petang Kalaulah tuan kalaulah tuan pergi melepas Akar dililit aduhai sayang si pohon jati Kalau dipandang kalau dipandang sekali lintas Rasa berdebar aduhai sayang di dalam hati Kalu dipandang kalau dipandang sekali lintas Rasa berdebar aduhai sayang di dalam hati Sumber: Nasri Effhaz bin A. Saari, dalam wawancara 11 Juni 2011 Teks lagu Ya salam tersebut sebenarnya adalah bertemakan tentang cinta yang universal di dalam kebudayaan Melayu. Lagu ini dimulai dengan kata ya salam, atau sebenarnya adalah sublimasi dari kata assaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Artinya adalah semoga keselamatan dari Allah kepada kamu. Kata- kata menentang awan di waktu petang, kalaulah tuan kalaulah tuan pergi melepas, Universitas Sumatera Utara akar dililit aduhai sayang si pohon jati. Dilanjutkan kalau dipandang kalau dipandang sekali lintas, rasa berdebar aduhai sayang di dalam hati. Kata-kata tersebut menggambarkan tentang perasaan cinta kepada seseorang. Walau hanya sekali pandang tetapi rasa itu berdebar di dalam hati. Bagaimanapun lagu zapin ini bertemakan cinta universal, dalam hal ini perasaan cinta manusia. c Zapin Serdang Ini lagu hai zapin Serdang hai zapin Serdang Ini lagu hai zapin Serdang hai zapin Serdang Maian anak mainan anak di waktu petang Mainan anak mainan anak di waktu petang Mari kita mari kita berdendang hai kita berdendang Mari kita mari kita berdendang hai kita berdendang Selamatlah datang selamatlah datang di Kesultanan Serdang Selamatlah datang selamatlah datang di Kesultanan Serdang Adil makmur hai makmur selamat sentosa sentosa Semogalah Allah semogalah Allah memberkatinya Adil makmur hai makmur selamat sentosa sentosa Semogalah Allah semogalah Allah memberkatinya Sumber: Nasri Effhaz bin A. Saari, dalam wawancara 11 Juni 2011 Lagu Zapin Serdang tersebut di atas temanya adalah tentang kegiatan seni yaitu berdendang , dan selamat datang ke Negeri Serdang sebagai sebuah negeri Melayu yang kaya dengan seni budaya, baik lagu, musik, tari, teater, dan lain- lainnya. Keadaan Negeri Serdang sebagai negeri budaya memang diakui di kawasan ini. Terutama di masa pemerintahan Sultan Sulaiman Syariful Perkasa Alamsyah, negeri ini menjadi pusat kesenian dalam budaya Melayu di Sumatera Timur. Daerah ini menghasilkan seni dan seniman yang berperingkat internasional. Serampang dua belas adalah contoh tarian Melayu yang menjadi tarian nasional. Begitu juga dengan seni zapinnya yang menjadi dikenal luas di Universitas Sumatera Utara Dunia Melayu. Kata-kata berikutnya adil makmur hai makmur selamat sentosa sentosa, Semogalah Allah semogalah Allah memberkatinya, memberikan dan menggambarkan suasana bagaimana kerajaan negeri Serdang merupakan sebuah negeri Melayu yang adil dan makmur sesuai dengan pemerintahan menurut Islam, yaitu negeri yang madani. Kata-kata semoga Allah memberkatinya juga pengharapan rakyat Serdang agar negeri ini mendapat petunjuk, rahmat, hidayah dari Allah Subhana Wata’ala. Jadi meskipun makmur secara ekonomis, rakyat negeri Serdang juga mengharapkan ridha Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Itulah kira-kira makna teks yang terkandung di dalam lagu Zapin Serdang ini. d Zapin Menjelang Maghrib Tujuhlah lubuk sembilan kolam Banyaklah jangkar hanyut terapung Lepaslah merbuk alahai adekku ganti balam Mana bertuah mana bertuah belum ku tahu. Alahai si bunga melur ahai si bunga kenanga Nasi lah lemak buah di dara Daun selasih saya larutkan Tinggallah emak tinggal saudara Lantaran kasih saya turutkan alahai si bunga melur aduh dek ahai si bunga kenanga Alah hatiku hancur aduh dek karena lirikan matanya Anak ikan ku panggang saja Hendakku pindang tiada berkunyit Anaklah orang kupandang saja Hendakku pinang tiada berduit alahai si bunga melur ahai si bunga kenanga Alah hatiku hancur aduh dek karena ulahnya dia Pancinglah ikan ke tengah laut Dapat ikan si merah mata Tidurlah malam alahai emak terkejut-kejut Angin berhembus kusangka dia Tinggilah bukit mandi angin tempat bertapa si anak naga Tuan sepantun kilah cermin aduh dek di balik gunung Nampaklah juga....... Universitas Sumatera Utara Sumber: Nasri Effhaz bin A. Saari, dalam wawancara 11 Juni 2011 Lagu Zapin Menjelang Maghrib di atas adalah ciptaan bersama Rizaldi Siagian dan Anjang Nurdin bin Paitan dari Pantai Labu Serdang. Lagu ini bertemakan cinta dengan dasar-dasar pantun Melayu empat baris. Pada bagian awal: Tujuhlah lubuk sembilan kolam; Banyaklah jangkar hanyut terapung; Lepaslah merbuk alahai adekku ganti balam; Mana bertuah belum ku tahu. Artinya dalam hidup ini seseorang itu selalu melakukan hal-hal yang tidak pasti apa yang bakal terjadi, termasuk dalam memilih cinta dan jodohnya. Teks ini diperkuat dengan kuatrin kedua, yaitu: Nasilah lemak buah di dara; Daun selasih saya larutkan; Tinggallah emak tinggal saudara; Lantaran kasih saya turutkan. Kuatrin kedua ini menjelaskan kepada pendengar bahwa kasih di atas segalanya. Biarlah tinggal sanak saudara yang penting kasih di dalam genggaman. Pada bait ketiga ada sedikit ejekan bahwa walaupun kita sudah saling mencintai karena ketiadaan harta maka hal itu bisa tinggal kenangan seperti yang diungkapkan secara eksplisit dalam pantunnya: Anak ikan ku panggang saja; Hendakku pindang tiada berkunyit; Anaklah orang kupandang saja; Hendak ku pinang tiada berduit. Pada bait berikutnya, memberikan ulasan dan penjelasan bahwa karena sedang dirundung cinta, angin berhembus pun disangka kekasih yang datang kepadanya; Pancinglah ikan ke tengah laut; Dapat ikan si merah mata; Tidurlah malam alahai emak terkejut-kejut; Angin berhembus kusangka dia Dari empat contoh lagu-lagu zapin di atas, dapat digambarkan bahwa lagu- lagu zapin mengungkapkan sistem filsafat hidup masyarakat Melayu Serdang, yang digunakan oleh seniman musik dan tari Melayu Kerajaan Serdang. Filsafat Universitas Sumatera Utara hidup ini mencakup semua aspek dengan landasan ajaran-ajaran silam yang dianut masyarakat Kesultanan Serdang. Jadi lagu-lagu zapin di Serdang secara umum adalah ekspresi kebudayaan masyarakat Serdang. 5.3 Struktur Tari Zapin 5.3.1 Struktur Tari Melayu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengembangan Wilayah (Aspek Ekonomi Sosial Dan Budaya) Terhadap Pertahanan Negara Di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara

0 18 14

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 15

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 2

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 27

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 45

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 6

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 6

Satu Kajian Daripada Aspek Pensejarahan Budaya - Sejarah Melayu Suatu Kajian

0 0 247

Kata kunci: Islam, Melayu, dan Budaya Pendahuluan - ISLAM MELAYU DALAM PUSARAN SEJARAH Sebuah Transformasi Kebudayaan Melayu Nusantara

1 2 19

STRUKTUR DAN FUNGSI KALIMAT BAHASA MELAYU SAMBAS

0 1 100