Alam Melayu ETNOGRAFI DELI SERDANG DALAM KONTEKS DUNIA MELAYU

Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan sebahagian etnik Melayu di Kamboja dan Vietnam dan tempat lainnya.

2.3 Alam Melayu

Secara antropologis masyarakat ras Mongoloid Melayu Asia Tenggara memiliki sebuah wilayah budaya yang lazim disebut sebagai wilayah budaya Melayu Malay culture area. Wilayah budaya ini, pada masa sekarang terdiri dari pecahan-pecahan negara bangsa: Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Kesatuan budaya ini telah berlaku dalam arti yang sangat luas ditinjau dari ilmu antropologi. Keadaan itu kekal hingga sekarang, walau telah berpecah ke dalam berbagai negara bangsa, berbatasan, dan memiliki kedaulatan nasional sendiri. Kesatuan wilayah budaya ini diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB dan seluruh bangsa di dunia. Penelitian bentuk-bentuk kebudayaan cultural formations oleh ahli-ahli antropologi, di wilayah geopolitik Asia Tenggara termasuk Taiwan, adalah merupakan satu kesatuan yang dikenal sebagai wilayah kebudayaan Melayu. Hal itu mengingatkan kita kepada kesatuan dan keutuhan wilayah budaya sejak ribuan tahun hingga kini, sebelum dipecahkan oleh negara-negara bangsa. Orang Yunani yang mewakili sudut pandang orang Eropa kuno sejak zaman Claudius Ptolomeus menulis kitab Geografica pada tahun 165 di Iskandariah, yang melihat kawasan Pulau Sumatera ini sebagai “the golden chersonese” 80 semenanjung atau 80 Di kalangan bangsa Yunani purba, Pulau Sumatera sudah dikenali dengan nama Taprobana. Nama Taprobana Insula telah dipakai oleh Claudius Ptolomeus, ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika beliau menguraikan daerah Asia Tenggara dalam karyanya Geographike Hyphegesis. Ptolomeus menulis bahwa di Pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Mungkin sekali negeri Universitas Sumatera Utara kepulauan emas. Pengetahuan tentang sumber emas di wilayah ini, diperoleh dari India oleh para ahli dan ilmuwan Yunani kuno. Sementara itu, bagi ilmuwan dan agamawan India yang banyak mempengaruhi kawasan Melayu ini, dari awal sudah mengenal wilayah kita ini sebagai suvarnabhumi tanah emas atau juga javadwipa pulau Jawa dan svarnadvipa pulau Sumatera. Kedatangan para pedagang Arab mengenal kesatuan wilayah ini sebagai Jawi, yang pastinya berlandaskan tanah Jawa. Ilmuwan-ilmuwan China pula mengenal kawasan ini sebagai Nan Yang Laut Selatan yang dihuni oleh manusia berkulit hitam atau k’un lun. Di zaman pengembaraan bangsa Eropa ke timur pada abad keenam belas mereka menemukan kesatuan wilayah ini sebagai kepulauan Melayu Malay Archipelago. Sejak akhir-akhir ini masyarakat Asia Tenggara sendiri menyebut wilayahnya sebagai Alam Melayu, Dunia Melayu, atau Nusantara dengan mengingat cita-cita “imperialisme Patih Gadjah Mada akan kesatuan wilayah taklukan Majapahit 81 . Bukan sekedar persepsi luaran bangsa-bangsa dunia kuno melihat kesatuan wilayah ini, bahkan pelbagai bahan budaya dari sejak zaman prasejarah neolitik telah memperlihatkan kesatuan wilayah berbudaya sama. Sekurang-kurangnya antropologi ragawi fisik telah menggolongkan wilayah kelautan Asia Tenggara, khususnya wilayah Melayu sebagai sebahagian dari lanskap buatan manusia Mongoloid Melayu. Secara khusus pula, para ahli linguistik sejarawi yang dimaksudkan adalah Barus di pantai barat Sumatera, yang terkenal sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus, yang juga tumpuan para pedagang Mesir Kuno untuk mendapatkan rempah-rempah bagi mengawetkan mumia misalnya.Naskah Yunani tahun 70 Masehi, Periplous tes Erythras Thalasses, mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki Chryse Nesos the golden chersonese, yang artinya Pulau Emas. www.© 2011 Kebangkitan 2011 Era Kasih Sayang. 81 Ibid. Universitas Sumatera Utara menggolong-kan manusia Austronesia Melayu-Polinesia sebagai pembawa peradaban pertanian ke kawasan ini melalui migrasi utara-selatan. Hall 82 misalnya memberikan beberapa ciri persamaan bagi manusia Austronesia yang menghuni wilayah dari Taiwan hingga seluruh Nusantara termasuk Malaysia, Indonesia, Thailand, serta Vietnam. Bellwood pula menganggap kelompok Austronesia juga yang menaklukkan Lautan Pasifik serta pulau Madagaskar. Pastilah kebijaksanaan dan jenius lokal manusia Austronesia ini telah membangun sebuah peradaban sivilisasi dengan memberi nama dan jati diri mereka kepada seluruh wilayah kelautan Asia Tenggara sehingga menjadi satu wilayah budaya yang sama lamanya sebelum muncul pengaruh luar dari India, China, atau Barat Arab, Persia, dan Eropa. Peta 2.3 Dunia Melayu 82 D.G.E. Hall, 1968, A History of South-East Asia, St. Martins Press, New York. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia, D.G.E. Hall, Sejarah Asia Tenggara, 1988, diterjemahkan oleh I.P. Soewasha dan terjemahan disunting oleh M. Habib Mustopo, Surabaya: Usaha Nasional. hal., 95-99. Universitas Sumatera Utara Sumber: The Encyclopedia of Malay jilid 4, p. 76 Hall 83 meletakkan ciri seperti shamanisme, animisme, batik, gamelan, perahu, dan kerajinan logam seperti persenjataan sebagai ciri menyatukan seluruh wilayah Nusantara. Jadi lama sebelum terciptanya negara bangsa, kesan dari penjajahan dan kolonialisme Eropa ke Dunia Melayu, bahwa seluruh wilayah ini adalah satu wilayah yang didiami dan dibangun identitas kebudayaan dan kemanusiaannya bersama oleh orang-orang Austronesia atau Melayu-Polinesia. Dari kesatuan budaya ini lahir kesatuan kenegaraan yang muncul sejak abad kedua Masehi, hasil dari perkembangan pedesaan dan penempatan di muara- muara serta kuala sungai yang kemudian menerima sekian banyak pengaruh budaya luar, terutama India, hingga membangun negara adalah petanda kepada 83 Ibid. Universitas Sumatera Utara wujudnya peradaban tinggi yang memerlukan organisasi besar dan luas bagi penguasaan total dan tuntas terhadap alam yang ditempatinya. Kesatuan ini diperteguh pula oleh kesamaan akar bahasa yang terdiri dari banyak jenis dalam satu rumpun besar yang dikenal sebagai rumpun Austronesia atau Melayu- Polinesia. Pada masa sekarang wilayah budaya Melayu yang luas ini didukung oleh sub-sub suku bangsa yang tergabung dalam ras Melayu-Polinesia.

2.4 Indonesia dan Perjalanan Kebudayaannya

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengembangan Wilayah (Aspek Ekonomi Sosial Dan Budaya) Terhadap Pertahanan Negara Di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara

0 18 14

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 15

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 2

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 27

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 45

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 6

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 6

Satu Kajian Daripada Aspek Pensejarahan Budaya - Sejarah Melayu Suatu Kajian

0 0 247

Kata kunci: Islam, Melayu, dan Budaya Pendahuluan - ISLAM MELAYU DALAM PUSARAN SEJARAH Sebuah Transformasi Kebudayaan Melayu Nusantara

1 2 19

STRUKTUR DAN FUNGSI KALIMAT BAHASA MELAYU SAMBAS

0 1 100