3.6 Konsep Kebudayaan dalam Islam
Istilah kebudayaan memang tak asing bagi kita khususnya yang berkecimpung di dunia ini, apakah itu sebagai agamawan, budayawan, seniman,
penikmat budaya, pelaku budaya dan seni dan lainnya. Namun kita juga sering bertanya apakah setiap agama, masyarakat, ras, dan etnik, memiliki persepsi
sendiri tentang kebudayaan. Apakah terdapat persepsi yang sifatnya umum atau khusus dalam memandang budaya? Begitu juga halnya dengan agama Islam.
Bagaimaan konsep kebudayaan dalam pandangan Islam? Secara saintifik, kebudayaan dibahas secara luas dan mendalam dalam
sains antropologi ataupun sosiologi. Seperti yang diuraikan di dalam antropologi, banyak para pakar kebudayaan mendefinisikan kata kebudayaan atau dalam
padanan Inggrisnya culture. Sampai tahun 1950 paling tidak ada 179 definisi kebudayaan yang dikemukakan oleh para ahli. Namun kemudian, dari berbagai
definisi itu didapati berbagai kesamaan, paling tidak kebudayaan memiliki dua dimensi yaitu isi dan wujud. Seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat
208
yang mengutip pendapat Claude Kluckhohn, bahwa kebudayaan adalah sebagai seluruh ide, gagasan, dan tindakan manusia dalam rangka memenuhi keperluan
hidup sehari-hari, yang diperoleh melalui proses belajar mengajar learned action. Kemudian ditinjau secara umum, budaya terdiri dari dua dimensi, yaitu
wujud dan isi. Dalam dimensi wujud, budaya terdiri dari tiga unsur, yaitu: 1 wujud dalam bentuk ide atau gagasan, 2 wujud dalam bentuk aktivitas atau
kegiatan, dan 3 wujud dalam bentuk benda-benda atau artifak. Ditinjau dari
208
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, hal., 180.
Universitas Sumatera Utara
dimensi isi, atau sering disebut tujuh unsur kebudayaan universal, maka kebudayaan terdiri dari tujuh unsur yaitu: 1 sistem religi, 2 bahasa, 3
teknologi dan peralatan hidup, 4 sistem mata pencaharian, 5 sistem organisasi sosial, 6 pendidikan, dan 7 kesenian. Unsur kebudayaan yang terakhir, yaitu
kesenian sering juga disinonimkan dengan istilah seni budaya
209
. Dalam kajian budaya, sering pula dikenal istilah peradaban sivilisasi,
yaitu unsur-unsur kebudayaan yang maju, halus, dan tinggi
210
. Kata ini, biasa merujuk kepada peradaban-peradaban seperti: Sumeria, Assiria, Indus, Babilonia,
Inca, Oriental, Oksidental, Harappa, Mahenjo-Daro, dan lain-lain. Istilah peradaban itu sendiri merupakan unsur serapan bahasa Indonesia yang berasal dari
bahasa Arab yaitu dari akar kata adab. Umumnya pengertian budaya menurut para ilmuwan Barat seperti yang dikemukakan dalam antropologi dan sosiologi, adalah
bahwa agama atau sistem religi sebagai bagian dari unsur kebudayaan yang sejajar dengan unsur budaya lain. Dalam Islam, agama memiliki dimensi Ilahiyah
atau wahyu, dalam dimensi sedemikian rupa tidak termasuk dalam budaya, bahkan budaya wajib berasaskan kepada wahyu. Sebaliknya, kreativitas manusia
dalam rangka mengisi budaya dapat dikategorikan sebagai budaya. Zapin adalah bahagian dari budaya dan kesenian Islam. Dalam Islam, jika
dibicarakan istilah kesenian dan budaya, biasanya selalu merujuk kepada kandungan makna pada kata-kata atau istilah yang sejenis, seperti: millah, ummah,
209
Ibid, hal., 202.
210
www.marxists.orgreferencearchivemorgan-lewisancient-society
Universitas Sumatera Utara
tahaqafah, tamadun, hadharah, dan adab. Istilah ini digunakan dalam seluruh kurun waktu sepanjang sejarah Islam.
Istilah millah , yang bentuk jamaknya milal
, terdapat dalam Al-Qur’an, yang digunakan untuk merujuk keadaan kebudayaan yang
berhubungan dengan syariat Nabi Ibrahim Alaihissalam. Millah artinya adalah agama, syariat, hukum, dan cara beribadah. Millah seperti yang disebutkan di
dalam Al-Qur’an, maknanya ditujukan umat Islam, atau golongan manusia yang suci, yang berpegang teguh kepada agama Allah, serta mengamalkan sistem
syariat, serta mereka yang menjalankan tugas-tugas rohaniah dalam hidup dan peradabannya.
Selain itu, ada satu istilah lagi yang lazim digunakan dalam Islam, dalam kaitannya dengan kebudayaan, yaitu ummah
. Istilah ini mengandung makna sebagai orang-orang muslim dalam bentuk masyarakat kolektif. Istilah ini
yang pluralnya adalah umam digunakan dalam Al-Qur’an untuk menyebut umat Islam, sebagai umat terbaik.
Artinya: “Kamu wahai umat Muhammad adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi faedah umat manusia, karena
kamu menyuruh berbuat kepada segala perkara yang baik dan melarang dari segala perkara yang salah buruk dan keji serta
kamu beriman kepada Allah dengan sebenar-benar iman dan kalaulah Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani itu beriman
sebagaimana yang semestinya, tentulah iman itu menjadi baik
Universitas Sumatera Utara
bagi mereka. Tetapi di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.”
211
. Kata lain yang maknanya merujuk kepada kebudayaan dalam Islam adalah
atahaqafah , yang biasanya digabung dengan al-Islamiyah, artinya
adalah keseluruhan cara hidup, berpikir, nilai-nilai, sikap, institusi, serta artefak yang membantu manusia dalam hidup, yang berkembang dengan berasaskan
kepada syariat Islam dan sunah Nabi Muhammad. Dalam bahasa Arab, atahaqafah artinya adalah pikiran atau akal seseorang itu menjadi tajam, cerdas,
atau mempunyai keahlian yang tinggi dalam bidang-bidang tertentu. Selanjutnya istilah taqafah
berarti membetulkan sesuatu, menjadi lebih baik daripada keadaan yang dulunya tidak begitu baik, ataupun menjadi berdisiplin. Kata
taqafah artinya adalah ketajaman, kecerdasan, kecerdan akal, dan keahlian yang tinggi, yang diperoleh melalui proses pendidikan. Jadi istilah ini, menekankan
kepada manusia untuk selalu menggunakan pikirannya, sebelum bertindak dan menghasilkan kebudayaan.
Terminologi al-hadarah digunakan untuk menyebut kehidupan
manusia secara kolektif dan peradaban yang tinggi. Istilah al-hadarah berasal dari kata dasar, hadhara, yahduru, dan hadaratan, yang artinya adalah bermukim
dalam kawasan negeri atau tempat yang ramai yang membedakannya dari negeri atau tempat yang sunyi, badiyah. Istilah hadar dan hadarah dalam bahasa Arab
klasik bermaksud kawasan yang didiami oleh manusia berupa perkotaan atau kehidupan yang relatif maju. Istilah ini memiliki makna bahwa indikator
211
Al-Quran, surah Ali-Imran: ayat 110
Universitas Sumatera Utara
kebudayaan yang dianggap maju dan tinggi adalah dengan munculnya kota-kota dengan sistem sosial yang kompleks. Namun bagaimanapun pedesaan tetap
diperlukan dalam sebuah peradaban, sebagai mitra dari kota-kota. Ekspresi al- hadarah dalam kesenian Islam, diwujudkan dalam genre hadrah. Hadrah ini
sejak abad kelima belas menjadi bahagian dari kesenian sufi, khususnya tariqat Rifaiyah.
Tamaddun atau bentuk jamaknya tamaddunan
berasal dari bahasa Arab
212
, yang maknanya sering disejajarkan dengan istilah civilization dalam bahasa Inggris. Sivilisasi sendiri awalnya berasal dari bahasa Perancis.
Hingga tahun 1732, kata ini merujuk kepada proses hukum. Pada akhir abad ke- 18, istilah ini memiliki pengertian yang meluas tidak hanya sebatas sebagai
hukum, tetapi juga tahapan paling maju dari sebuah masyarakat. Konsep kebudayaan dalam Islam juga melibatkan istilah at-tamaddun, dan kebudayaan
Islam disebut at-tamaddun al-Islami. Istilah ini merujuk kepada karangan terkenal Tarikh at-Tamaddun al-Islami
213
yang ditulis oleh Jurzi Zaidan. Istilah ini berasal dari kata dasar maddana, yamduru, dan mudunan, yang artinya adalah datang ke
sebuah bandar, yang bermakna menduduki suatu tempat, maddana pula artinya membangun bandar-bandar atau kota-kota, atau menjadi kaum atau seseorang
yang mempunyai peradaban. Dari istilah maddana ini muncul istilah lanjutan madinah yang artinya adalah kota dan madani yang berasal dari kata al-
madaniyah yang berarti peradaban dan kemakmuran hidup. Istilah ini awalnya
212
Ensiklopedi Islam 8jilid, P.T. Ichtiar Baru – Van Hoeve, Jakarta, 2008.
213
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
digunakan oleh Ibnu Khaldun
214
, seorang sosiolog Islam terkenal. Dalam perkembangan sosial di Asia Tenggara, istilah madani begitu giat dipopulerkan
oleh Anwar Ibrahim, mantan Timbalan Perdana Menteri Malaysia. Pengertian istilah ini merangkum tingkah laku yang beradab seperti orang perkotaan, bersifat
halus dalam budi bahasa, serta makmur dalam pencapaian material. Di antara istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep kebudayaan dalam
Islam, yang selalu digunakan oleh para cendekiawan, termasuk di Asia Tenggara, adalah istilah adab
atau kata bentukannya peradaban. Ismail Faruqi
215
menyatakan bahwa adab itu berarti culture atau kebudayaan. Dalam konteks ini kita kaji Hadits Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud: “Tuhan telah
memberikan kepadaku pendidikan adab, addabani, dan Tuhan telah memperbaiki atau menyempurnakan pendidikan adab terhadapku.” Adab yang dimaksud
adalah adab dalam pengertian yang paling luas, yang merangkumi kemampuan meletakkan sesuatu itu pada tempat yang sewajarnya, yaitu sifat yang timbul dari
kedalaman ilmu dan disiplin seseorang. Sifat ini jika disebarkan ke dalam masyarakat dan kehidupan budaya, maka akan menimbulkan kesan yang alamiah
dan menyeluruh di dalam kehidupan kolektif. Kesadaran tentang makna adab yang menyeluruh itu tercermin dalam kitab-kitab Islam, seperti Adab ad-Dunya
wad-Din karya Abul Hasan Al-Mawardi
216
. Juga analisis tentang kehidupaan yang beradab dalam kitab karangan Imam Al-Ghazali Ihya ‘Ulumuddin.
Selain itu, dalam peradaban Islam sering juga digunakan istilah ad-din yang berarti agama dalam pengertian yang paling luas, dengan sifat-sifat
214
Ibid.
215
Ibid.
216
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
universalnya, baik itu segi akidah maupun amal. Oleh karena itu, istilah ini bersamaan maknanya dengan syariat sebagaimana yang dicatat di dalam kitab
Tajul ‘Arus dan kepercayaan tentang mentauhidkan Allah, serta sifat-sifat ketakwaan dan kewarakan orang-orang saleh. Din juga berarti hukum atau
aturan-aturan tertentu. Istilah din juga berarti amalan ataupun upacara yang dilakukan, yang diwarisi dari beberapa generasi yang lalu. Dalam pengertian ini
maka din sama maknanya dengan tradisi. Ad-dinul Islam sebagai agama adalah satu-satunya kerangka umum
kehidupan yang benar, dan oleh karenanya harus dilaksanakan secara total tanpa ada aspeknya yang tertinggal satu pun. Islam sebagai keimanan, hukum agama
syariat, dan pengembangan pola-pola aspek kehidupan, pada keseluruhanya berfungsi sebagai jalan hidup yang akan membawakan kesejahteraan bagi umat
manusia. Islam adalah agama tauhid yang dalam ajaran-ajarannya menekankan
kepada keesaan Allah S.W.T. Dengan demikian segala konsep maupun kegiatan apapun yang dilakukan umat Islam selalu dikaitkan dengan Allah Yang Maha Esa,
termasuk dalam kesenian. Seni al-fann dalam Islam, menurut Syed Qutb adalah pertemuan antara keindahan dan kebenaran. Keindahan adalah hakikat alam
semesta dan kebenaran adalah puncak dari keindahan. Seorang penulis seni dalam peradaban Islam yang ternama, Seyyed
Hossein Nasr
217
berpandangan bahwa tujuan akhir dari seni Islam, adalah untuk mengingat Allah. Kemudian Nasr menyatakan bahwa seni tidak akan berfungsi
217
Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan seni Islam, terj. Sutedjo, Bandung : Mizan, 1994, hal., 16-17.
Universitas Sumatera Utara
spiritual jika ia tidak dihubungkan dengan bentuk dan kandungan wahyu Islam. Nasr menguraikan bahwa Islam dibentuk oleh beberapa bangunan syariah, tarikat,
dan hakikat. Ia mengemukakan bahwa syariat Islam memberikan sumbangan peranan penting dalam memberikan dasar kepada seni Islam. Juga menyediakan
batasan-batasan tertentu atau garisan untuk seni Islam itu. Nasr memberikan arahan polarisasi, bahwa sumber spiritual Islam tentu saja berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadits. Tanpa dua mata air yang bersumber dari Al-Qur’an dan barakah Nabi Muhammad, tidak akan ada seni Islam. Satu karya seni dapat dikategorikan
sebagai seni Islam, bukan hanya diciptakan oleh seorang muslim, tetapi juga dilandasi oleh wahyu Allah. Nasr lebih jauh menyatakan bahwa spiritualitas Islam
itu tentu saja akan lahir dari jiwa seniman yang Islam dan suci. Dalam konteks ini ia memberikan terminologi homo Islamicus, yang
artinya adalah manusia mempunyai dua peranan, yaitu sebagai abdullah hamba Allah dan khalifatullah yaitu wakil atau khalifah Allah di muka bumi. Spritualitas
dalam seni Islam menurut Nasr hanya akan lahir dari seniman yang taat jiwanya kepada Allah. Inilah yang menganehkan kita, sebahagian pendukung pluralisme di
negara-negara Islam dengan begitu ghairah mengangkat Hossein Nasr sebagai antara pendukung falsafah perennial filsafat abadi tetapi ternyata keikhlasan
golongan ini berhak diragukan. Alasannya mereka mau saja menerima falsafah perennial Hossein Nasr selaras dengan “agama baru” mereka yaitu pluralisme
218
.
218 Sebagaimana watak pemikiran posmodernime yang selalu mengaitkan pemikiran dengan kekuasaan, gerakan Islam liberal tampaknya mengikuti gaya ini. Oleh karena itu salah satu hasil pemikiran
dalam Islam liberal adalah politik adalah salah satu agenda penting. Dalam kenyataannya pemikiran Islam liberal memulai gerakannya dengan perhatian utama pada membendung kekuatan arus pemikiran yang
diistilahkan dengan fundamentalisme. Beberapa pemikir dari gerakan liberalisme dalam Islam, ada juga yang mengistilahkan kelompok fundamentalisme tadi dengan sebutan Islam literal, Islam tekstual, Islam garis
keras, Islam ortodoks, dan Islam salafi. Teknik gerakan liberalisme menghadang kelompok fundamentalisme
Universitas Sumatera Utara
Kesenian di dalam kehidupan boleh saja disuntikkan dengan spiritual Islam. Hossein Nasr merujuk kepada seni pertunjukan hari ini yang melibatkan
teater, tari, dan musik, yang berasal dari mitos, korban untuk dewa-dewa, ketegangan langit dan bumi sebagai daya tarik ketika ia mula-mula berkembang di
wilayah Yunani kuno, India, dan Eropa. Seni pentas ini telah diberi perspektif Islami dan menjadi aspek spiritual Islam seperti yang ditunjukkan dalam taziyah
seni teaterikal masyarakat Syiah yang berkembang ketika masa Dinasti Safawi dan Qajar di Iran dan India. Malah ketika dunia sunni mengucilkan seni, aliran
Syiah dalam Islam memberi nafas yang segar kepada seni pentas. Seni seperti ini menurut Nasr meskipun tidak tercipta di pusat Islam dan bukan seni suci, dapat
dilihat sebagai seni religus karena hubungan antara spiritual Islam sehingga seni Islam itu tidak harus dilihat secara terbatas semata-mata
219
.
cenderung frontal, konfrontatif, dan tidak persuasif. Tokoh-tokoh pemikir liberal di kalangan masyarakat Dunia Islam muncul dengan ide-ide menyerang pemikiran alur utama mainstream umat Islam. Pandangan-
pandangan mereka terhadap kelompok salafi yang mereka anggap sebagai kelompok fundamentalis lebih keras--ketimbang kritik mereka terhadap para pemikir Barat. Disebabkan oleh sejak awal mereka mengusung
ide pluralisme agama, maka dampaknya mereka lebih keras mengkrikik umat dan ajaran Islam dibandingkan dengan umat dan agama lain. Padahal dalam ajaran Islam sesama muslim adalah saudara, saling bekerjasama
menegakkan ajaran Allah. Terminologi fundamentalisme muncul pertama kali pada tahun 1920, yang dikemukakan oleh Curtis Lee
Laws, yang maknanya merujuk kepada golongan American Protestant Christian Kristen Protestan Amerika yang menentang modernisme dan liberalisme, terutama Darwinisme. Fanatisme mereka terhadap Christianity
dan penentangan terhadap pembaharuan ini menjadi ciri utama fundamentalisme golongan Kristen ini. Oleh karena itu, istilah fundamentalisme ini sinonim dengan fanatik, ekstrimis, dan militan. Sehingga akhirnya
terminologi tersebut memiliki konotasi dan denotasi negatif, mencemooh, dan memojokkan. Penggunaan terminologi fundamentalisme dalam Dunia Islam muncul dan menjadi populer setelah revolusi Iran, 1979,
yang maknanya merujuk kepada aktivis militan golongan Shi’ah di Iran, yang memprotes segala aktivitas Barat, mempromosikan penentangan terhadap kepentingan Barat. Bahkan kemudian berkembang pula makna
fundamentalisme ini yang dikaitkan dengan aksi-aksi terorisme. Menurut Veitch istilah fundamentalisme telah digunakan dengan sewenang-wenang oleh media dan penulis-penulis Barat—sehingga tidak hanya
melingkupi golongan radikal dan ekstrim saja, tetapi mencakup pula golongan reformis dan revivalis Veitch 1993. Selaras dengan pandangan Veitch, Khursid Ahmad menyangkal dimasukkannya gerakan revivalis ke
dalam kategori fundamentalis, fanatik, dan militan. Karena gerakan-gerakan tersebut tidak bersifat demikian. Ensiklopedi Islam 8jilid, P.T. Ichtiar Baru – Van Hoeve, Jakarta, 2008
219
Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan seni Islam, terj. Sutedjo, Bandung : Mizan, 1994, hal., 84-88.
Universitas Sumatera Utara
Dari situ Nasr menyimpulkan bahwa seni Islam bersifat tenang
220
, mudah difahami, terstruktur, dan berkarekter spiritual tinggi. Nasr juga mengkritik
segelintir seniman dan sejarawan Islam yang terikut-ikut dengan sarjana Barat yang mengabaikan makna spiritual seni Islam. Beliau menegaskan di bahagian
akhir tulisannya bahwa seni Islam itu selain untuk merenungkan kembali hakikat tertinggi yang menuntun menuju Hakikat Terakhir, juga secara jelas berperan
penting sebagai penopang dan pembantu ajaran Al-Qur’an, dengan bertindak sebagai pendukung untuk mencapai tujuan Islam.
Bagi orang-orang Islam, segala ciptaan seni wajib dihubungkaitkan dengan kebesaran Allah S.W.T., karena manusia tidak dapat menciptakan sesuatu tanpa
pertolongan-Nya. Segala perbuatan manusia itu pun adalah anugerah Allah. Manusia hanya sekedar mengubah dan mengolah hasil ciptaan Allah. Dengan
demikian seni dalam Islam mempunyai kedudukan hukum syar’i tertentu yang diatur oleh ajaran-ajaran Islam. Kesenian dalam Islam berkembang seiring dengan
perkembangan umat. Perkembangan kesenian ini dilandasi oleh hukum tertentu, sesuai dengan fungsinya. Menurut Ibrahim Ismail
221
kesenian Islam mempunyai ciri-ciri khas yang membedakannya dengan kesenian agama lain. Kesenian Islam
diciptakan sesuai dengan firman Allah di dalam Al-Qur’an: “Aku menciptakan mereka supaya mereka tunduk kepada-Ku.”
Menurut Imam Al-Ghazali, mendengar musik itu ada lima hukumnya: harus, sunat, wajib, makruh, dan haram. Untuk musik Islam, Al-Ghazali
mengkategorisasikannya ke dalam tujuh fungsi: 1 lagu yang membangkitan
220
Ibid, hal., 94.
221
Abdul Ghani Shamsudin, Ishak Haji Sulaiman, Engku Ibrahim Ismail, Seni dalam Islam, Selangor : Intel Multimedia and Publication, 2001, hal., 34.
Universitas Sumatera Utara
kerinduan untuk menziarahi tempat-tempat suci seperti Mekkah an Medinah; 2 lagu yang mengobarkan semangat untuk berjuang mempertahankan akidah dan
negara; 3 lagu yang isinya bertema pertarungan dan sikap jantan yang pantang menyerah di saat-saat genting; 4 mengenang peristiwa masa lalu, sehingga
mengingatkan diri tentang hakekat hidup; 5 lagu yang menyifatkan keadaan ketika sukacita untuk menghargai suasana tersebut dan menikmati kenangannya
selama mungkin; 6 lagu ghazal yang sopan, yaitu yang berisikan tema tentang kisah cinta dan membayangkan harapan untuk bertemu dan pertautan yang lebih
erat di masa yang akan datang; dan 7 lagu yang berisikan tema tentang keagungan dan sifat-sifat Allah S.W.T., memuji serta mentahmidkan kebesaran-
Nya
222
. .Dari konsep tentang kebudayaan dalam Islam seperti uraian di atas, maka
menurut penulis, zapin adalah salah satu seni Islam. Artinya seni ini dalah wujud dari konsep-konsep ajaran Islam. Di dalamnya terkandung nilai-nilai, filsafat,
bahkan adat, estetika, etika, dan semua hal yang berkait dengan seni Islam. Di dalam zapin terkandung kultur Islam, yang kemudian disesuaikan dengan jiwa
lokal, yakni Alam Melayu, sebagai salah satu kawasan yang menyumbang peradaban Dunia Islam, yang runduk di bawah arahan wahyu Allah. Ini semua
tidak lepas dari keinginan Allah Yang Maha Berkehendak, yakni tegaknya agama Allah di muka bumi, melalui proses difusi dalam sejarah.
Seni zapin adalah bahagian dari kebudayaan Islam. Seni zapin di Alam Melayu juga memperlihatkan bagaimana proses masuk dan berkembangnya zapin
222
Al – Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad., 1998, Ihya’ Ulum al – Din. Qahirah : Maktabah Misr. hal., 280-284.
Universitas Sumatera Utara
di kawasan persebaran Islam. Oleh karena itu, perlu kita telusuri bagaimana perkembangan dan difusi kebudayaan Islam.
Kebudayaan Islam merupakan salah satu peradaban besar dalam sejarah peradaban manusia. Berbanding dengan beberapa peradaban besar lainnya yang
telah hilang seperti Indus, Huang Ho, Mesir, Yunani, Romawi, Inca, dan lainnya, maka peradaban Islam masih terus berkembang, dari abad ke-6 sampai kini.
Eksistensi peradaban Islam yang kontinu ini bukan saja mencerminkan kegemilangannya namun juga memperlihatkan bahwa peradaban Islam mampu
mengikuti perkembangan sang waktu. Peradaban Islam yang awalnya berasal dari Semenanjung Arabia, kini tersebar ke seluruh dunia dengan berbagai proses
adaptasinya yang menarik. Kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang melintasi wilayah etnik dan
bangsa. Ia adalah milik seluruh umat Islam di dunia. Kebudayaan Islam meletakkan agama Islam sebagai dasar terpenting dalam perkembangannya.
Berawal dari Mekah dan Madinah, berkembang ke seluruh Jazirah Arab dan keluar dari Tanah Arab ke seluruh penjuru dunia. Perkembangannya sangat pesat,
hingga akhirnya Islam mampu muncul sebagai kekuatan penting di beberapa kawasan seperti: Asia Tengah, Benua Kecil India, China, Afrika, Asia Tenggara,
dan sebahagian Eropa. Nabi Muhammad sejak awal telah membentuk generasi pertama Islam
yang dijuluki sebagai al-jilu al-Rabbaniyu al-muntazim atau mereka yang menghayati dan mengamalkan setiap arahan Allah. Keadaan ini kemudian
diteruskan di masa Khulafaur Rasyidin. Dalam periode ini, Islam berkembang
Universitas Sumatera Utara
pesat meliputi seluruh Jazirah Arab, begitu juga wilayah kekuasaan Romawi dan Persia lambat-laun menjadi kawasan Islam.
Seiring dengan perkembangan wilayah, maka pembentukan peradaban juga tidak dilupakan. Untuk ini didirikan berbagai perkotaan sebagai pusat
peradaban Islam, seperti Damaskus di Syria, Basrah, Kufah, Fustat di Mesir, Jerussalem di Palestina, dan lainnya.
Setelah era Khulafaur Rasyidin, perkembangan kebudayaan Islam digerakkan dan dimotivasi oleh beberapa kerajaan Islam. Kerajaan Bani Umayyah
dan Abbasyiah muncul sebagai kekuasaan penting dalam mengembangkan syiar Islam. Oleh beberapa pakar politik, dianalisisi bahwa saat pemerintahan dinasti
ini, aspek keduniawian lebih menonjol dibanding era Khulafaur Rasyidin. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah Islam mencapai kawasan Asia, Afrika, dan
Eropa. Pada abad ke-8, beberapa kawasan Asia Tengah telah berada di dalam
kekuasan Islam. Kemudian dilanjutkan dengan penyebaran Islam ke Bukhara, Samarkand, Khawarizmi, Farghnah, dan lainnya. Panglima Qutaibah bin Muslim
telah berhasil menaklukkan Sinkiang dan Kansu. Tahun 713 seorang utusan muslim diterima oleh Maharaja Hsuan Tsung. Peristiwa ini adalah babak awal
dalam perkembangan Islam di China
223
. Di Afrika, Islam masuk dibawa oleh Hassan bin Nukman al-Ghassoni, yang kemudian diangkat sebagai gubernur
223
Hj. Mahayudin Yahaya, Tamadun Islam. Shah Alam Selangor Dahrul Ehsan: Penerbit Fajar Bakti Sdn Bhd, 2001, hal., 25.
Universitas Sumatera Utara
pertama Afrika Utara dan Maghribi kemudian digantikan oleh Musa bin NusairAmir Qairawan
224
. Spanyol adalah gerbang utama masuknya Islam ke Eropa Barat.
Masuknya Islam di kawasan ini adalah melalui penaklukan yang dipimpin Musa bin Nusair dan Tariq bin Ziad. Mereka menguasai beberapa kota penting seperti
Carmona, Sevilla, Toledo, Granada, dan lainnya. Kekuasaan Islam bertapak di kawasan ini dari tahun 711 sampai 1492.
Di Timur Tengah Asia Barat, selain Arab terdapat suku lain seperti Persia, Turki, dan Kurdi. Mereka ini setelah masuk Islam mendirikan beberapa
kerajaan seperti Tahiriyah di Khurasan, Saffariyah di Fars, Samaniyah di Trensonxania, Sajidiyah di Azerbaijan, Ziyariyah di Jurjun, dan Buwaih di Irak.
Begitu juga muncul kerajaan Islam antara abad ke-9 sampai 12 di Turki, Mesir, Turkestan, Asia kecil, dan lainnnya. Di India muncul kerajaan Islam Ghori, Kilji,
Tughluq, Lodi, dan Mughal
225
. Di Asia Tenggara muncul kerajaan Perlak, Samudera Pasai, Melaka, Kutai, Demak, Mataram, Ternate, Tidore, dan lain-
lainnya. Di kerajaan-kerajaan Islam Nusantara ini diperkirakan tumbuh dan berkembangnya seni zapin. Pada masa sekarang ini Islam telah menyebar ke
seluruh dunia dengan densitas serta pemahaman yang berbeda-beda, namun satu dalam
ukhuwah Islamiyah persaudaraan Islam yang senasib dan sepenanggungan.
224
Ibid, hal., 27.
225
Abul Hasan Ali Hasani Nadwi, Malamih al-Mujtama’ al-Islami al- Ladhi Nanshuduh. Qahirah: Maktabah Wahbah, 1993, hal., 33.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan Islam dari Jazirah Arab ke seluruh penjuru Dunia, termasuk ke Alam Nusantara ini dapat diperkirakan turut pula membawa
kesenian-kesenian termasuk zapin dari ujung selatan jazirah tersebut. Dalam seni zapin ini bagaimanapun terdapat unsur-unsur musik Islam dari Asia Barat, dengan
sistem-sistemnya seperti maqamat dan iqaat. Semua itu tidak bisa dilepaskan dari keberdaan musik dan tarian Islam yang terdapat di berbagai kawasan Islam.
Khususnya adalah wilayah Hadhramaut atau Yaman sekarang ini yang diyakini para ilmuwan seni dan budaya Islam, sebagai awal tumbuhnya seni zapin di Dunia
Islam. Oleh karenanya, perlu kita lihat bagaimana budaya musik Islam itu, terutama di kawasan Asia Barat, Afrika Utara, Persia, dan lain-lain negeri Islam
untuk menambah wawasan keilmuan kita.
3.7 Ciri-ciri Kebudayaan Islam