Dunia Melayu ETNOGRAFI DELI SERDANG DALAM KONTEKS DUNIA MELAYU

sebagai Putra Sumatera Utara atau yang dikonsepkan sebagai anak Medan, dan tidak sebagai orang Karo, Simalungun, Toba, Pakpak-Dairi, Nias, Melayu, Pesisir, Lubu, dan Siladang.

2.2 Dunia Melayu

Pemahaman dan pengertian Melayu itu selalu berbeda-beda menurut ilmuwan maupun orang awam, namun dari perbedaan itulah didapatkan makna yang luas ataupun sedikit mengikuti konsep dan defenisi yang akan dipergunakan. Menurut Ismail Hussein 71 kata Melayu ialah kata yang bermakna luas dan agak kabur. Maksud kata yang bermakna luas itu ialah Melayu itu merangkumi suku bangsa serumpun di Nusantara yang pada dahulu kala dikenal oleh orang Eropa sebagai bahasa dan suku bangsa yang terkenal dalam bidang perniagaan. Masyarakat Melayu juga dikenal handal dan mahir dalam bidang pelayaran dan juga turut berperan dalam aktivitas pertukaran barang dan kesenian di berbagai belahan dunia. Sementara menurut Tengku Thyrhaya Zain Sinar 72 , istilah Melayu asli digunakan oleh orang-orang Melayu di Sumatera Utara yang maknanya merujuk kepada orang Melayu yang kedua orangtuanya adalah keturunan atau berdarah Melayu. Sedangkan kategori kedua ialah orang-orang yang menganggap dirinya sendiri dan dipandang sebagai Melayu karena faktor perkawinan dengan golongan Melayu asli. Secara genealogis mereka adalah keturunan etnik-etnik di seluruh 71 Ismail Husein, 1984. Antara Dunia Melayu dengan Dunia Indonesia. Kuala Lumpur: University Kebangsaan Malaysia, 1984, hal., 3-4. 72 Tengku Thyrhaya Zain Sinar, “Kajian Linguistik Fungsional Sistemik terhadap Representasi Ideologi Ketuhanan, Alam, dan Manusia dalam budaya Teks Melayu Serdang.” Disertasi Doktoral, Program Studi Linguistik, Universitas Sumatera Utara, 2010, hal., 85. Universitas Sumatera Utara Nusantara. Kelompok kedua ini lazim disebut dengan Melayu Semenda, dan selanjutnya kelompok ketiga yang disebut dengan Melayu Seresam, maksudnya mereka ini secara genealogis berasal dari etnik-etnik rumpun Melayu di Nusantara dan tidak terikat oleh perkawinan dengan keturunan Melayu asli, namun mereka ini diakui sebagai orang Melayu menurut beliau. Oleh karena itu maka muncul istilah Dunia Melayu atau Alam Melayu serta Dunia Melayu Dunia Islam, terutama yang digagas oleh para pakar kebudayaan dan ahli politik dari Negeri Melaka, Malaysia dan Gabungan Persatuan Penulis Nasional Malaysia atau yang lebih dikenal dengan istilah GAPENA. Menurut Salazar 73 , istilah Melayu artinya selalu merujuk kepada Kepulauan Melayu yang mencakup kepulauan di Asia Tenggara, yang bermakna sebagai etnik atau orang Melayu Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu. Sementara menurut Belwood 74 Melayu juga sering dihubungkan dengan kepulauan Melayu yang mencakup kepulauan di Asia Tenggara dan ditafsirkan menurut tempat dan kawasan yang berbeda seperti Sumatera. Melayu dikaitkan dengan masyarakat yang tinggal di Palembang sekitarnya. Di Borneo Kalimantan perkataan Melayu selalu ditafsirkan dengan yang beragama Islam. Sedangkan yang di semenanjung Malaysia dikaitkan Melayu itu dengan orang yang berkulit coklat atau sawo matang. Lain pula halnya dengan Hall 75 , ia 73 Z.A. Salazar, 1989, “The Malay, Malayan, and Malay Civilization: A Cultural and Anthropological Concepts in the Philippines”. Jurnal Budaya 1, hal., 28-29. 74 Peter Belwood, Prehistory of the Indo – Malaysian Archipelago, Sydney: Academic Press Australia, 1985, hal., 49. 75 D.G.E. Hall, 1968, A History of South-East Asia, St. Martins Press, New York. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia, D.G.E. Hall, Sejarah Asia Tenggara, 1988, Universitas Sumatera Utara mengatakan bahwa istilah Melayu berasal dari bahasa Sanksekerta yang dikenal sebagai Malaya, yakni daratan yang dikelilingi oleh lautan. Kelompok ras Melayu digolongkan sebagai kumpulan Melayu Polinesia atau ras berkulit coklat yang mendiami Gugusan Kepulauan Melayu, Polinesia, dan Madagaskar. Menurut Gathercole 76 seorang antropolog bangsa Inggris yang telah melihat bukti-bukti arkeologi, linguistik, dan etnologi yang menunjukkan bahwa golongan Melayu Polinesia ialah golongan pelaut yang pada waktu dahulu pernah menguasai kawasan perairan Pasifik dan Hindia, menurutnya ras Melayu Polinesia ini adalah kelompok penjajah yang dominan pada waktu dahulu yang meliputi kawasan disebelah barat hingga ke Madagaskar dan sebelah timur hingga ke kepulauan Easter, sebelah utara hingga ke Hawai, dan sebelah selatan hingga ke Selandia Baru. Sementara itu menurut Wan Hasim 77 mengatakan bahwa Melayu dikaitkan dengan beberapa hal, seperti sistem ekonomi, politik, dan budaya. Dari segi ekonomi, Melayu Polinesia ialah masyarakat yang masih menggunakan tradisi pertanian dan perikanan hingga saat ini. Dari segi ekonomi, orang Melayu adalah pelaut dan pedagang yang handal di lautan Hindia dan Pasifik, jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa. Dari segi politik sistem kerajan Melayu menganut pola pemerintahan beraja, yang dimulai di Campa Kamboja pada masa kini dan Funan, tepatnya di Kamboja dan Vietnam Selatan di awal abad masehi. Dari kerajaan Melayu tua ini berkembang pula kerajaan Melayu di diterjemahkan oleh I.P. Soewasha dan terjemahan disunting oleh M. Habib Mustopo, Surabaya: Usaha Nasional. hal., 77-78. 76 Peter Gathercole, 1983, Pacific Adventure, The Unisco Courier Civilizations of The Sea, hal., 88-91. 77 Wan Hashim, Dunia Melayu dan Tersebar Luasnya Rumpun Bangsa Melayu, dalam Mohd Yusof Hasan, Dunia Melayu, Kuala Lumpur, Dewan Bahasa dan Pustaka, 1991, hal., 15- 19. Universitas Sumatera Utara Segenting Kra dan di sepanjang pantai timur tanah Melayu, yang termasuk didalamnya Kelantan dan Trengganu. Kerajaan ini dikenal dengan nama Kerajaan Langkasuka dan kemudian menjadi Pattani. Dalam menentukan kawasan kebudayaan Melayu, digunakan dua kriteria, yaitu kriteria kawasan dan kriteria bahasa. Dari sudut wilayah, Dunia Melayu tidak terbatas pada Asia Tenggara saja namun meliputi kawasan sebelah barat yang merangkumi Gugusan Kepulauan Melayu-Mikronesia dan Paskah di Lautan Pasifik, kira-kira 103,6 kilometer dari Amerika Selatan; di sebelah selatan meliputi Selandia Baru; dan disebelah Utara melingkupi kepulauan Taiwan dan Hokkaido, Jepang 78 . Sementara dari sudut bahasa, Melayu memiliki ciri-ciri persamaan dengan rumpun keluarga bahasa Melayu-Austronesia istilah arkeologi atau keluarga Melayu-Polinesia istilah linguistik 79 . Sementara keberadaan masyarakat Melayu di Sumatera Utara, orang Melayu menyadari mereka berada di wilayah Negara Indonesia, dan menjadi bahagian dari Dunia Melayu, dan merasa memiliki kebudayaan Melayu. Mereka merasa bersaudara secara etnisitas dengan masyarakat Melayu di berbagai tempat. Secara budaya baik bahasa dan wilayah, memiliki alur budaya yang sama, namun tetap memiliki varian-varian yang menjadi ciri khas atau identitas setiap kawasan budaya Melayu. Secara geopolitik, Dunia Melayu pada umumnya dihubungkan dengan Negara-negara bangsa yang ada di kawasan Asia Tenggara dengan alur budaya utama Melayu, antar lain : 78 Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu, 1994. 79 Haziyah Husein, Motif Alam dalam Batik dan Songket Melayu, Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 2006, hal., 6. Universitas Sumatera Utara Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan sebahagian etnik Melayu di Kamboja dan Vietnam dan tempat lainnya.

2.3 Alam Melayu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengembangan Wilayah (Aspek Ekonomi Sosial Dan Budaya) Terhadap Pertahanan Negara Di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara

0 18 14

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 15

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 2

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 27

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 45

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 6

Perlindungan hukum atas hak cipta dari motif songket sebagai ekspresi budaya tradisional di wilayah Melayu Sumatera Timur (Studi di wilayah Batubara, Deli Serdang dan Langkat)

0 0 6

Satu Kajian Daripada Aspek Pensejarahan Budaya - Sejarah Melayu Suatu Kajian

0 0 247

Kata kunci: Islam, Melayu, dan Budaya Pendahuluan - ISLAM MELAYU DALAM PUSARAN SEJARAH Sebuah Transformasi Kebudayaan Melayu Nusantara

1 2 19

STRUKTUR DAN FUNGSI KALIMAT BAHASA MELAYU SAMBAS

0 1 100