3.8 Hukum Seni dalam Islam
Untuk menganalisis hukum seni dalam Islam, tentu harus merujuk kepada sumber hukum Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadits Sunnah
228
. Selain itu juga digunakan pandangan-pandangan berbagai sekte Islam, khususnya dalam konteks
tulisan ini, yang terintegrasi ke dalam masyarakat Islam ahlussunah wal jama’ah, yaitu: Syafi’i, Hambali, Maliki, dan Hanafi
229
. Islam adalah agama samawi langit yang diturunkan oleh Allah melalui
Nabi Muhammad. Wahyu Allah itu kemudian dimushafkan dalam Kitab Suci Al- Qur’an. Sumber ajaran Islam lainnya di samping Al-Qur’an adalah Hadits, berupa
sunnah dalam bentuk perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia, baik di dunia ataupun di akhirat. Ajaran Islam mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia, seperti akidah, teologi, ibadah, hukum syara’, tasawuf mistisisme, filsafat, politik, pembaruan, dan kesenian.
Allah menciptakan manusia untuk mengabdikan dan beribadat kepada- Nya. Jadi, setiap apa yang dilakukan manusia perlu menjuruskan kepada hakikat
228
Hadits, hadits atau hadis bahasa Arab: had īth mufrad; ahādīth jamak; adalah tradisi-tradisi
berkaitan kata-kata dan perbuatan bagi nabi Muhammad s.a.w. Koleksi-koleksi hadis dianggap sebagai alat penting untuk menentukan Sunnah, atau cara hidup Islam, oleh semua sekolah-sekolah tradisional
perundangan. Hadis dijadikan sumber hukum dalam Islam selain Al-Qur’an, Ijma dan Qiyas. Ada banyak ulama periwayat hadis, namun yang sering digunakan dalam fiqh Islam ada tujuh yaitu Imam Bukhari, Imam
Muslim, Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi, Imam Ahmad, Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah. Sumber:http:ms.wikipedia.orgwikiHadits
229
Penjelasan secara rinci tentang keempat Mazhab Sunni, dalam hal ini persamaannya yaitu: kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan, pembelaan mereka terhadap Al-Qur’an dan Hadits, keberanian
dalam mengungkapkan kebenaran, jauh dari sifat mengelabui umat. Perbedaan-perbedaan mereka hanyalah dari segi ijtihad terhadap ajaran Islam, yaitu dengan dasar: 1 Mazhab Hanafi berdasar kepada Kitab Allah
Al-Qur’an, Sunnah Rasulullah S.A.W. dan atsar yang sahih serta masyhur di antara para ulama yang ahli, fatwa-fatwa para sahabat Nabi; qiyas, istihsan; adat atau tatacara yang telah berlaku dalam masyarakat Islam;
2 Mazhab Maliki berdasar kepada kitab Allah S.W.T. Al-Qur’an, sunnah Rasulullah S.A.W. yang telah dipandang syah oleh Imam Maliki; ijma’ para ulama ahli Medinah di kala itu; qiyas; istishlah atau mashalihul
mursalah; 3 Mazhab Syafi’i berdasarkan kepada menurut bunyi dzahirnya ayat Al-Qur’an; sunnah Rasulullah S.A.W. dan Hadits yang ahad selama perawinya memenuhi dan mencukupi syarat yang ditentukan
oleh Imam Syafi’i; ijma’ dengan syarat tidak menimbulkan perselisihan bagi segenap para ulama dan wali; qiyas; dan istidlal. 4 Mazhab Hambali berdasar kepada: Nash Al-Qur’an dan Hadits Shalih fatwa-fatwa para
sahabat Nabi Muhammad ijma’ sahabi; fatwa sahabat Nabi yang masih diperselisihkan dipilihnya yang lebih dekat kepada Al-Qur’an atau Sunnah; Hadits mursal dan Hadits dhaif serta qiyas. Ensiklopedi Islam
8jilid, P.T. Ichtiar Baru – Van Hoeve, Jakarta, 2008
Universitas Sumatera Utara
penciptaan. Islam memberikan kebebasan sesuai dengan tabii atau sunatullah, asalkan tidak lari dari landasan asal konsep takwa.
Sayyid Qutb, menguraikan seni Islam
230
semestinya dilahirkan oleh seniman muslim yaitu seseorang yang dapat mengungkapkan secara serius
kesenian Islam agar dapat menimbulkan kesadaran kepada individu dan masyarakat terhadap alam kehidupan dan realiti peristiwa alam. Dalam konteks
lebih luas, dapat mengungkapkan peristiwa itu dengan keupayaan pernyataan bahasa yang indah dan dalam waktu yang sama ia hidup dalam tasawwuf Islam.
Sarjana Islam meringkaskan tujuan kesenian Islam kepada lima yaitu: 1 membantu manusia mengenal jati diri, bukan memancar keluar diri; 2 menjadi
hamba Allah dan khalifah makhluk; 3 menyadari kemuliaan dan ketinggian azali manusia; 4 mengelakkan dari konsep idola makhluk, dan 5 selari secara
vertikal kesenian zahir, batin serta rohani. Secara khususnya ia memperlihatkan kepentingan seni Islam dalam proses
memenuhi keperluan hidup manusia yang menghubungkan manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Ia dalam satu hubungan secara sebahagian
atau menyeluruh yang tidak mengetepikan hubungan manusia sebagai hamba kepada-Nya.
Timbulnya seni adalah sebahagian dari fitrah manusia yang suka melihat dan mendengar perkara indah. Ketelitian dan ketekunan terhadap sesuatu kerja
seni memberikan satu kepuasan dan merangsang minat untuk mengakui nikmat dikaruniakan Allah. Selagi hasil seni itu tidak memperlihatkan sesuatu
230
Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan seni Islam, terj. Sutedjo, Bandung : Mizan, 1994, hal., 45-50.
Universitas Sumatera Utara
bertentangan dengan roh Islam, maka ia menjadi sebahagian dari seni Islam. Sebaliknya, hasil seni yang melambangkan keangkuhan dan memutuskan
hubungan dengan Allah dan manusia yang lain, dilarang sama sekali diamalkan. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al-Din
231
, membincangkan secara terperinci mengenai hukum bermain musik dan nyanyian. Di antara perkara
yang dinukilkannya dalam membuat huraian itu: jiwa yang sihat ialah jiwa yang segar apabila mendengar suara petikan biola, segar apabila melihat bunga mekar
sekitar taman. Sebaliknya jiwa yang rusak, ialah yang gagal menikmati suara petikan biola, jiwa yang tidak terhibur sekali pun dikelilingi taman yang penuh
bunga-bungaan. Ketenangan dan kepekaan jiwa amat penting bagi memahami perkara dalam urusan agama dan kehidupan. Sebab itu dipentingkan jiwa yang
hidup dan dapat menerima hakikat dalam keadaan terbuka dan bukannya jumud. Jiwa yang jumud dan tertutup sebenarnya jiwa yang mati. Yakinlah semua ciptaan
Allah memperlihatkan unsur seni yang cantik, menarik dan tidak ada yang cacatnya. Allah menginginkan setiap manusia memperhatikan, menghargai, dan
memanfaatkan setiap ciptaan-Nya. Yusuf Al-Qardawi
232
, menggariskan panduan yang mengharuskan permainan musik dan nyanyian. Pertama Lirik lagu dan pertunjukannya tidak
bertentangan akidah Islam dan hukum syarak. Lirik lagu yang mempermasalahkan akidah Islam dan kebesaran Allah, tidak harus didengar. Kedua persembahan
231
al – Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad., 1998, Ihya’ Ulum al – Din. Qahirah : Maktabah Misr. hal., 122-127.
232
Yusuf Al-Qaradawi, The Lawful and the Prohibited in Islam. Indianapolis: American Trust Publications, 1950, hal., 78-80.
Universitas Sumatera Utara
hendaklah dalam bentuk sopan. Ia tidak melibatkan pergerakan yang membangkitkan nafsu dan melalaikan. Ketiga tidak melibatkan pergaulan bebas
lelaki dan perempuan, tidak diadakan di tempat yang boleh mendatangkan fitnah, tidak diadakan di tempat yang gelap atau separuh gelap yang boleh memberi
ruang kepada syaitan mempengaruhi perkara tidak baik. Keempat tidak dilakukan secara keterlaluan sehingga mendatangkan berbagai perkara buruk. Yang lebih
penting tidak melalaikan manusia dari melakukan perintah Allah. Pada dasarnya Islam telah mengarahkan umatnya untuk melakukan musik
mana yang boleh dan mana yang haram.
3.9 Hukum Lagu dan Tari dalam Islam