Kerangka Pikir Naskah lakon sandosa merupakan bentuk naskah dari cerita wayang yang

commit to user 45 memahami konteks dengan baik karena konteks merupakan dasar bagi inferensi Sumarlam, 2003:51. Selanjutnya, Imam Syafi’ie dalam Mulyana, 2005:24 menambahkan bahwa, apabila dicermati dengan benar, konteks terjadinya suatu percakapan dapat dipilah menjadi empat macam, yaitu: 1. Konteks linguistik linguistic context, yaitu kalimat-kalimat dalam percakapan. 2. Konteks epistemis epistemic context, adalah latar belakang pengetahuan yang sama- sama diketahui oleh partisipan. 3. Konteks fisik physical context, meliputi tempat terjadinya percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan, dan tindakan para partisipan. 4. Konteks sosial social context, yaitu relasi sosial-kultural yang melengkapi hubungan antarpelaku atau partisipan dalam percakapan. Uraian tentang konteks terjadinya suatu percakapan wacana menunjukkan bahwa konteks memegang peranan penting dalam memberi bantuan untuk menafsirkan suatu wacana. Kesimpulannya, secara singkat dapat dikatakan: in la ngua ge, context is ever ything dalam berbahasaberkomunikasi, konteks adalah segala-galanya.

2.3 Kerangka Pikir Naskah lakon sandosa merupakan bentuk naskah dari cerita wayang yang

menggunakan media bahasa Indonesia. Naskah lakon sandosa yang diteliti berjudul Sokr asana : Sang Manusia karya Yanusa Nugroho. Kajian wacana pada naskah lakon sandosa Sokra sana : Sang Manusia untuk mengetahui kepaduan wacana melalui analisis tekstual dan kontekstual. Analisis tekstual commit to user 46 adalah analisis wacana yang bertumpu secara internal pada teks naskah lakon sandosa Sokr asana : Sa ng Manusia yang meliputi aspek gramatikal dan aspek leksikal. Aspek-aspek tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai alat analisis wacana. Untuk dapat memahami wacana secara komprehensif diperlukan juga analisis yang mempertimbangkan peranan konteks sebagai analisis kontekstualnya. Analisis kontekstual merupakan analisis yang bertumpu pada teks yang dikaji berdasarkan konteks eksternal yang melingkupinya, baik konteks situasi maupun konteks kultural. Kerangka pikir yang diterapkan dalam penelitian ini sebagaimana diuraikan di atas, dapat dilihat pada bagan berikut. commit to user 47 Bagan 1: Kerangka Pikir Penelitian Kontekstual Tekstual Aspek gramatikal Aspek leksikal Konteks situasi dan konteks kultural Kepaduan wacana dari aspek gramatikal, leksikal, konteks situasi dan konteks kultural. Analisis Wacana - Pengulangan Repetisi - Padan kata Sinonimi - Lawan kata antonimi - Sanding kata kolokasi - Hubungan atas bawah hiponimi - Kesepadanan ekuivalensi - Prinsip penafsiarn personal - Prinsip penafsiran lokasional - Prinmsip penafsiran temporal - Prinsip analogi - Inferensi Wacana naskah lakon sandosa ”Sokrasana : Sang Manusia” karya Yanusa Nugroho - Pengacuan Referensi - Penyulihan substitusi - Pelesapan elipsis - Perangkaian konjungsi commit to user 48

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini mengkaji kepaduan wacana yang ditinjau dari segi kohesi, koherensi, dan konteks yang mendukung kepaduan wacana naskah lakon sandosa Sokrasana: Sang Manusia . Berdasarkan masalah yang diajukan, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih bermakna dan mampu memacu timbulnya pemahaman yang lebih nyata daripada sekedar sajian angka atau frekuensi. Penelitian kualitatif sering disebut sebagai penelitian kualitatif deskripsi karena untuk mendukung penyajian data peneliti menekankan catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap, dan mendalam, yang menggambarkan situasi sebenarnya. Sutopo. 2006:40. Hal itu juga dikatakan oleh Subroto bahwa penelitian kualitatif bersifat deskriptif, artinya peneliti mencatat dengan teliti dan detail data yang berwujud kata-kata, kalimat, wacana, gambar, catatan harian, memorandum, video, dan lain-lain 1992:7. Menurut Burhan Bungin penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengungkapkan fenomena yang diteliti secara utuh 2003:53. Pengkajian untuk ilmu-ilmu humaniora terutama bertujuan membuat deskripsi pemerian suatu situasi, kejadianperistiwa, menginterpretasikan kejadian atau peristiwa, serta berusaha menangkap makna dari suatu peristiwa. Pengkajian untuk ilmu-ilmu tersebut lebih banyak digunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur- prosedur statistik, tetapi bersifat deskriptif. Edi Subroto, 1992:5.