commit to user
26
2.2.2.2 Konteks
Konteks adalah aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait-mengait dengan ujaran tertentu; pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar
sehingga pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara. Harimurti Kridalaksana, 2008:134. Menurut pendapat beberapa ahli yang telah disarikan Yumanto bahwa
konteks harus dicermati secara dua arah, horisontal dan vertikal. Konteks horisontal atau biasa disebut konteks linguistik ko-teks terkait dengan teori kohesi, sementara konteks
vertikal atau biasa disebut konteks situasi konteks terkait dengan teori koherensi. Sebuah tuturan akan bermakna apabila diikat konteks, baik konteks linguistik maupun
konteks situasi. Teks dan konteks akan selalu berinteraksi untuk menghasilkan makna. Teks tanpa konteks tidak akan berfungsi dalam komunikasi, sementara konteks tanpa teks
juga tidak akan berbentuk sehingga interpretasi tidak dapat dilakukan. Wacana yang terdiri atas teks dan konteks, akan efektif dalam komunikasi apabila ada interaksi antara
teks dan konteksnya 2009: 87. Konteks menurut Mulyana ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi.
Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan
arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu 2005:21. Menurut Anton M. Moeliono dan
Samsuri dalam Mulyana, 2005:23 konteks terdiri atas beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, saluran
sarana.
commit to user
27 Dalam peristiwa tutur ada faktor-faktor penentu yang dirumuskan oleh Dell
Hymes, dengan akronim SPEAKING. Tiap-tiap fonem mewakili faktor penentu yang dimaksudkan.
S : setting a nd scene
, yaitu latar dan suasana. Latar setting lebih bersifat fisik, yang meliputi tempat dan waktu terjadinya tuturan. Sementara scene adalah latar psikis
yang lebih mengacu pada suasana psikologis yang menyertai peristiwa tuturan. P :
par ticipants , peserta tuturan, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan,
baik langsung maupun tidak langsung. Hal- hal yang berkaitan dengan partisipan, seperti usia, pendidikan, latar sosial, dsb, juga menjadi perhatian.
E : ends,
hasil, yaitu hasil atau tanggapan dari suatu pembicaraan yang memang diharapkan oleh penutur ends a s outcomes, dan tujuan akhir pembicaraan itu
sendiri ends in views goals. A :
act sequences , pesanamanat, terdiri dari bentuk pesan massage frorm dan isi
pesan message content. Dalam kajian pragmatik, bentuk pesan meliputi; lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
K : key
, meliputi cara, nada, sikap, atau semangat dalam melakukan percakapan. Semangat percakapan antara lain, misalnya: serius, santai, akrab.
I : intr umentalis
atau sarana, yaitu sarana percakapan. Maksudnya dengan media apa percakapan tersebut disampaikan, misal: dengan cara lisan, tertulis, surat, radio,
dsb. N :
nor ms , atau norma, menunjukan pada norma atau aturan yang membatasi
percakapan. Misalnya, apa yang boleh dibicarakan dan tidak, bagaimana cara membicarakannya: halus, kasar, terbuka, jorok, dan sebagainya.
commit to user
28 G :
Genr es , atau jenis, yaitu jenis atau bentuk wacana. Hal ini langsung menunjukkan
pada jenis wacana yang disampaikan, misalnya: wacana telpon, wacana koran, wacana puisi, ceramah, dan sebagainya.
Uraian tentang konteks terjadinya suatu percakapan wacana tersebut menunjukkan bahwa konteks memegang peranan penting dalam memberi bantuan untuk
menafsirkan suatu wacana. Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam berbahasa
berkomunikasi konteks adalah segala-galanya.
2.2.3 Analisis Wacana