commit to user
177 dunia ini untuk menampar wajah seorang ayah, yang tega berniat membunuh
anaknya sendiri. Oh, Sokrasana .. anakku..
RSWG.02
452 Semoga duri dan onak, menyibak. Semoga semak-belukar, menghindar..
melapangkan jalanmu, anakku.... RSWG.02
Pada kutipan 450, 451, dan 452 terdapat repetisi anafora. Pengulangan satuan lingual pada kutipan 450 berupa kata pertama pada tiap kalimat, yaitu kata
sumpah, dan kutipan 452 berupa kata semoga, sedangkan pada kutipan 451 berupa klausa Oh, Sokrasana .. anakku. Pengulangan kata atau klausa itu selain dimaksudkan
menekankan betapa pentingnya kata atau ungkapan tersebut juga untuk menyampaikan bahwa sumpah itu akan menjadi kutukan, serta akan merugikan diri sendiri, sedangkan
pengulangan kata semoga dimaksudkan untuk menyatakan makna harapan dan doa agar Sokrasana dijauhkan dari rintangan sehingga dalam perjalanan mecari Sumantri menjadi
lancar. Demikian juga pengulangan klausa Oh, Sokra sana .. anakku.... dimaksudkan untuk mengungkapkan perasaan sayang sekaligus sedih dari Resi Suwandageni terhadap
anaknya Sokrasana. Mengapa anak yang berhati lembut dan baik hati itu selalu ditimpa kemalangan, salah satunya adalah kepergian Sumantri secara diam-diam itu membuat
Sokrasana sangat terpukul karena Sokrasana sangat menyayangi kakaknya.
4.2.1.4 Repetisi Epistrofa
Repetisi Epistrofa ialah pengulangan satuan lingual katafrasa pada akhir baris dalam puisi atau akhir kalimat dalam prosa secara berturut-turut Sumarlam, 2003:37.
Dalam naskah lakon Sokrasana : Sa ng Manusia ditemukan jenis pengulangan tersebut.
453 Hamba adalah Candrabirawa, raden. Ijinkanlah hamba mengabdi kepadamu, raden
CBW.13 454 Mengabdi kepadaku? Aku bukan raja, bukan kesatria, bukan siapa-siapa. Aku
hanyalah penjaga taman Sriwedari, milik Batara Wisnu. Aku hanyalah raksasa kerdil, yang tak tahu apa-apa soal dunia ini. SOK.14
commit to user
178
455 Apakah kau malu mengatakan bahwa taman ini bukan kau yang memindahkan? Jika hanya itu, aku bisa jadi saksi, bahwa memang kaulah
yang memindahkan.
SOK.127
Pada kutipan 453 terdapat pengulangan kata pada akhir baris, yaitu kata raden.
Kata raden mengacu kepada Sokrasana yang terdapat pada kutipan 454 dan kata tersebut menekankan kepada siapa Candrabirawa ingin mengabdi. Meskipun secara fisik
sama-sama berwujud raksasa, Sokrasana raksasa kerdil dan Candrabirawa raksasa besar dan gagah, penyebutan raden menunjukkan bahwa Sokrasana adalah raksasa yang
bergelar raden. Kutipan 455 menunjukkan adanya repetisi epistrofa yang ditandai
dengan pengulangan frasa yang memindahkan di akhir kalimat. Pengulangan frasa itu
dimaksudkan untuk menyampaikan persoalan tentang siapa yang sebenarnya bisa memindahkan Taman Sri Wedari. Dalam hal ini Sumantri merasa keberatan bila
Sokrasana berada di dekat Sumantri karena keberadaan Sokrasana di dekat Sumantri akan mengakibatkan terbongkarnya rahasia bahwa Sokrasanalah yang berhasil memindahkan
Taman Sri Wedari. Untuk itu, Sumantri meminta Sokrasana pulang ke pertapaan Argasekar.
4.2.1.5 Repetisi Mesodiplosis
Repetisi mesodiplosis ialah pengulangan satuan lingual di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut, seperti tampak pada data berikut ini.
456 Raden Sumantri, bukankah tinggal setengah hari lagi perjalanan kita memasuki Maespati, mengapa kita harus berhenti di sini?
TMJY.19
457 Paduka dewi Citrawati, tak akan ada siang, tanpa melalui malam, dan tak ada yang dinamakan langit jika tak ada yang disebut bumi.
SOK.101
458 Hehehehe ... kakang Mantri, kau seperti orang ling lung ... hahaha.. Hmm ... kakang Mantri, mengapa tak kau katakan saja apa yang sebenarnya yang
sedang kau hadapi. SOK.75
commit to user
179 Kutipan 456 menunjukkan adanya repetisi mesodiplosis yang ditandai dengan
pengulangan kata kita di tengah-tengah kalimat. Pengulangan seperti itu berfungsi menekankan pentingnya satuan lingual yang diulang, yaitu kita. Kata kita mengacu pada
pembicara, yaitu Tumenggung Jayayuda, Sumantri yang diajak berbicara, dan rombongan. Demikian juga kutipan 457 terdapat pengulangan mesodiplosis, yaitu
pengulangan frasa tak ada atau tak akan ada di tengah-tengah kalimat secara berturut-
turut. Pengulangan itu dimaksudkan selain untuk keindahan bahasa, juga dimaksudkan untuk penajaman suatu konsep dengan menampilkan hubungan silogisme, misalnya pada
frasa tak akan ada siang, tanpa melalui mala m atau tak ada yang dina makan langit jika tak ada
yang disebut bumi . Pengulangan satuan lingual kakang Mantri di tengah-tengah
kalimat secara berturut-turut pada kutipan 458 menunjukkan selain sebutan itu diucapkan oleh adiknya, yaitu Sokrasana juga mengandung makna bahwa pada waktu itu
Sumantri masih termenung memikirkan kedatangan adiknya selalu tepat pada saat dia mendapat kesulitan. Ketermenungan Sumantri itulah yang membuat Sokrasana
memanggilnya sampai dua kali. 4.2.1.6 Repetisi Anadiplosis
Repetisi anadiplosis ialah pengulangan katafrasa terakhir dari bariskalimat itu menjadi kata frasa pertama pada bariskalimat berikutnya Sumarlam, 2003:38. Berikut
ini adalah repetisi anadiplosis yang terdapat pada naskah lakon Sokrasana : Sa ng Manusia
.
459 Gamelan menaik dan langsung menjadi iringan peperangan. Peperangan
Sumantri dan Prabu Arjunasasra. Keduanya beradu pedang, di atas kuda masing-masing.
Narasi III
commit to user
180 Kutipan 459 menunjukkan adanya repetisi anadiplosis, yaitu perulangan satuan
lingual berupa kata peperangan pada akhir kalimat yang diulang menjadi kata pertama.
Pengulangan kata peper angan menekankan pentingnya suatu peristiwa yang terjadi pada waktu itu. Peperangan itu dimaksudkan untuk membuktikan seberapa tinggi kesaktian
Raja Maespati sebelum Sumantri mengabdi kepadanya. Berdasarkan uraian di atas sebagian besar jenis repetisi ada dalam naskah lakon
sandosa Sokrasana : Sang Ma nusia, kecuali repetisi simploke, repetisi epanalepsis, dan repetisi utuh.
4.2.2 Sinonimi Padan kata