Repetisi Epizeuksis Repetisi Pengulangan

commit to user 174 Manusia untuk menghasilkan wacana yang padu. Berikut uraian hasil analisis data mengenai keenam jenis kohesi leksikal dalam wacana naskah lakon Sokra sana : Sang Manusia.

4.2.1 Repetisi Pengulangan

Repetesi adalah pengulangan satuan lingual bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat, repetisi dibedakan menjadi delapan macam, yaitu epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis Sumarlam, 2003:35. Bentuk repetisi yang digunakan dalam naskah lakon Sokra sana : Sang Manusia adalah repetisi epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, mesodiplosis, dan anadiplosis. Berikut uraian mengenai repetisi dalam wacana naskah lakon tersebut.

4.2.1.1 Repetisi Epizeuksis

Repetisi epizeuksis ialah pengulangan satuan lingual kata yang dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut Sumarlam, 2003:35. Bentuk repetisi epizeuksis dapat diperhatikan pada tuturan berikut. 444 Mengabdi kepadaku? Aku bukan raja, bukan kesatria, bukan siapa-siapa. SOK.14 445 Aku hanyalah penjaga taman Sriwedari, milik Batara Wisnu. Aku hanyalah raksasa kerdil, yang tak tahu apa-apa soal dunia ini.SOK.14 446 Benar raden. Apalagi, baru saja kita beristirahat, mengapa harus beristirahat lagi? TMGMN.20 447 Sumpah yang terbentuk dari amarah, akan berubah menjadi kutukan. Sumpah itu kini menjadi kutukan yang selalu memaksa paman melakukan pembunuhan. Hamba yakin, paman hanya mendapatkan kehampaan, karena paman telahmembunuh kehidupan. SOK.09 448 Ampun paduka ... tak ada maksud hamba mengungguli paduka. Hamba hanyalah abdi, hanyalah lumpur melekat di terumpah paduka .... ST.63 Pada kutipan 444 terdapat pengulangan bentuk satuan lingual kata bukan diulang tiga kali secara berturut-turut untuk menekankan pentingnya kata tersebut dalam commit to user 175 konteks tuturan. Dalam konteks tuturan tersebut, pengulangan kata untuk memberi tekanan bahwa Sokrasana bukan siapa-siapa yang tidak memiliki kelebihan apa pun dalam sistem kehidupan bumi, bukan kesatria, dan bukan raja. Pengulangan kata hanyalah pada kutipan 445 mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menekankan maksud pembicara Sokrasana agar Candrabirawa tidak salah memilih orang sebagai tempat pengabdian, sedangkan pengulangan kata beristirahat pada kutipan 446 ditekankan sebagai upaya bawahan untuk mengoreksi pimpinan, yaitu Sumantri. Suatu perjalanan yang terlalu banyak berhenti tentu menimbulkan pertanyaan bagi pengikutnya. Hal itu terjadi pada rombongan prajurit kerajaan Maespati terutama pada kedua tumenggung yang merasa heran atas perintah pemimpinnya untuk selalu beristirahat. Padahal, jalan menuju pusat kerajaan tinggal setengah hari lagi. Kata beristirahat yang diucapkan dua kali dalam sebuah tuturan menunjukkan secara eksplisit tentang keraguan atau keheranan atas keputusan Sumantri untuk beristirhat lagi. Pengulangan kata berikutnya adalah pengulangan kata paman pada kutipan 447 dan kata paduka kutipan 448. Pengulangan kata paman pada kutipan 447 sebanyak tiga kali, selain dianggap penting juga mengandung makna imbauan Sokrasana kepada pamannya Bargawa agar tidak melakukan pembunuhan lagi. Pembunuhan terhadap kesatria-kesatria yang selama ini dilakukan sebenarnya juga membunuh kehidupan pamannya sendiri karena dari perbuatan itu pamannya hanya mendapatkan kehampaan saja. Pada kutipan 448 pengulangan kata paduka mengandung makna selain sebagai bentuk penghormatan kepada atasannya, yaitu raja juga menunjukkan bagaimana takutnya Sumantri kepada Prabu Arjunasasrabahu karena telah berani menantang rajanya. commit to user 176

4.2.1.2 Repetisi Tautotes