Hiponimi Hubungan Atas-Bawah Kekohesian Alat-alat Bahasa secara Leksikal dalam Naskah Lakon Sandosa Sokrasana: Sang Manusia

commit to user 203 Prabu Arjunasasrabahu bahwa Sumantrilah yang memindahkan Taman Sri Wedari. Namun, semua itu tidak dapat meluluhkan kekerasan hati Sumantri yang telah tertutup oleh ambisi pribadi. Akhirnya Sokrasana menyadari bahwa Sumantri menyuruhnya pergi bahkan akan membunuhnya karena malu mempunyai adik yang berwujud raksasa, dan yang paling utama adalah Sumantri takut rahasia kesaktiannya memindahkan Taman Sri Wedari terbongkar sehingga berdampak pada kedudukannya sebagai mahapatih. Ketulusan hati seorang adik yang sangat menyayangi kakaknya dan mau berkorban apa pun agar selalu bersama bahkan menganggap jiwanya telah menyatu dengan kakaknya pun ternyata tetap tercampakkan begitu saja. Ka..kang ... se ... semua ... pertanyaan ... itu, tak akan b ... bisa kk ... kkau jawab. Sokrasana bukan Sumantri ... Sokrasana ada di dalam jiwa Sumantri ... namun yang entah mengapa ... tercampakkan begitu saja ... aku ... aku tak akan pernah berhenti berusaha ... untuk menjemputmu, kakang .... SOK.134 Kehidupan yang dialami Sokrasana itu seperti yang telah diungkapkan oleh ayahnya, yaitu Resi Suwandageni pada awal kisah Sokra sana : Sang Ma nusia. Oh, Sokrasana, anakku ... sungguh besar cintamu pada kakakmu. Siapakah sebenarnya engkau Sokrasana? Tak pernah kusaksikan makhluk selembut dirimu di dunia ini. Setiap tusukkan duri yang kau terima dari kehidupan ini, kau bilas dengan percikan madu kelembutanmu. RSWG.02 Pada akhir hidupnya Sokrasana berjanji suatu ketika dia akan selalu berusaha menjemput Sumantri.

4.2.5 Hiponimi Hubungan Atas-Bawah

Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa kata, frasa, kalimat yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual commit to user 204 yang mencakupi beberapa unsur atau satuan lingual yang berhiponim itu disebut hipernim atau superordinat Sumarlam, 2003:45. Hiponimi dalam naskah lakon sandosa Sokra sana : Sang Manusia tampak pada kutipan berikut ini. 514 Oooo.. gusti sang maha agung. Sungguh tak terpahami benar rencana besarmu .... Bersama terbit tenggelamnya mentari ... Hidupku berlangsung. Kuawali dengan sebuah pertanyaan penuh harap ketika mentari terbenam di merahnya langit barat, akan kuperoleh jawaban. Namun, aku tak pernah tahu, rahasia yang sengaja kau simpan rapi di tengah alam ini. Narasi I 515 Tetapi, hanya radenlah makhluk suci yang bisa menjadi tempat bagi diri hamba … hamba ditakdirkan untuk mengabdi kepada manusia suci. CBW.15 516 Kudup kenanga, serunai, asoka, melati mengharum ketika surya merekah, kemilau jagat raya seakan tak satu pun tersisa, menghias taman Maespati. Narasi VI 517 Wahai para putri Maespati ... pernahkah kau saksikan taman yang keindahannya, bahkan tak pernah terbayang dalam mimpi? Lihatlah di sana, dedaunan merah menawan, begitu tipis bagai sutra..dan ketika matahari menyentuh permukaannya, segera terbias menjadi pelangi warna-warni. DWCW.89 Kata mentari ‘matahari’ dan langit pada kutipan 514 sebagai anggota hiponim berada di bawah cakupan alam sebagai superordinatnya. Alam adalah segala yang ada di langit dan bumi Depdikbud, 1989: 19. Dalam menentukan relasi heponimik digunakan kriteria intailmen entailment atau perikutan, Edi Subroto, 2011: 80. Hal itu dapat dilihat antara relasi alam sebagai penggolong atau superordinat dengan mentari dan langit . Jadi, mentari dan langit masing-masing berhiponim terhadap alam. Pada kutipan 515 terdapat kata manusia sebagai satuan lingual kata yang maknanya merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain, yaitu makhluk. Kata ma khluk merupakan superordinat yang mencakupi satuan lingual makhluk hidup dan makhluk mati, sedangkan makhluk hidup dapat juga sebagai superordinat dari satuan lingual yang lain, yaitu commit to user 205 manusia , binatang, dan tumbuh-tumbuhan atau unsur-unsur lain yang bisa disebut sebagai makhluk hidup. Dengan perkataan lain, manusia pasti makhluk, tetapi makhluk belum tentu manusia. Selanjutnya, kata kenanga, serunai, asoka, melati, pada kutipan 516 merupakan hiponim yang berada di bawah cakupan kata taman sebagai hipernimnya. Taman adalah kebun yang ditanami dengan bunga-bunga atau merupakan tempat yang menyenangkan Depdikbud, 1989: 890. Pada kutipan 517 juga terdapat kata taman yang mengacu pada kutipan 516, yaitu taman Maespati. Taman Maespati yang indah itu merupakan hipernim yang meliputi anggota hiponim dedaunan merah menawan, pelangi warna-warni. Jadi, dalam kutipan 517 ada perpaduan antara anggota hiponim dari kata taman meliputi dedaunan yang berarti ada beberapa jenis daun tanaman atau bunga dan hipernim indah atau keindahan meliputi hiponim dedaunan yang warna nya merah, pelangi warna -warna , dan mena wan. Dengan demikian, kepaduan sebuah wacana dapat didukung dengan pemanfaatan kata-kata yang berhiponim seperti yang tampak dalam naskah lakon sandosa Sokra sana : Sang Ma nusia tersebut.

4.2.6 Ekuivalensi Kesepadanan