Penelitian tentang Wayang Sandosa

commit to user 14 preference , yaitu penekanan pada kategori-kategori yang secara eksplisit bersifat dualistik. Kategori yang klasifikasinya berunsur dua disebut oposisi biner atau oposisi berpasangan. Adanya dua hal yang berpasangan oposisi biner pada cerita Suma ntri Ngenger digambarkan bagaimana Sumantri dapat memindahkan Taman Sriwedari karena mendapat bantuan dari Sokrasana. Dalam cerita Sumantri Ngenger juga terdapat oposisi biner dalam lingkup kerajaan, yaitu raja Harjuna Sasrabahu dan rakyat Sumantri sebagai dua unsur yang berlawanan tetapi tidak secara mutlak karena keduanya raja dan rakyat saling membutuhkan. Kedua unsur itu harus selalu dijaga agar tetap seimbang, yaitu dengan pencegahan terhadap konfilk sehingga akan menghasilkan kehidupan yang selaras dan harmonis, baik dengan sesama manusia dalam lingkup keluarga, negara atau kerajaan, maupun dengan Sang Pencipta. Dengan demikian, munculnya unsur ketiga sebagai penyeimbang dimaksudkan agar dalam suatu kehidupan ini tetap berada dalam satu kesatuan yang harmonis.

2.1.3 Penelitian tentang Wayang Sandosa

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penelitian analisis wacana tentang naskah lakon sandosa Sokrasa na : Sa ng Manusia karya Yanusa Nugroho belum pernah ada. Akan tetapi, penelitian tentang wayang sandosa pernah dilakukan oleh Sunardi pada tahun 2004 dengan judul Pakeliran Sandosa dalam Per spektif Pembaharuan Pertunjuka n Wayang. Dalam perspektif pembaharuan pakeliran pertunjukan wayang sandosa yang ditulis oleh Sunardi ini mengetengahkan bahwa pakeliran Sandosa merupakan karya kreasi baru pertunjukan wayang. Bentuk pertunjukan wayang sandosa ini berbeda dengan pertunjukan wayang pada umumnya. Perbedaan itu terdapat pada penggarapan maupun pertunjukan pakelir a n Sandosa. commit to user 15 Menurut Sunardi 2004:464 pakeliran Sandosa lakon Sokra sana : Sang Manusia merupakan salah satu contoh pertunjukan pakelir an yang mempunyai ciri pembaharuan pada unsur pelaku pertunjukan, peralatan pertunjukan, catur, dan karawitan pakeliran. Para pelaku pertunjukan berkolaborasi antara seniman wayang dan seniman teater modern. Dengan adanya kolaborasi itu pakelira n Sandosa lakon Sokrasa na : Sa ng Manusia merupakan suatu karya baru yang berbeda dibandingkan dengan karya-karya sebelumnya. Karya kreasi baru itu dianggap berbeda karena didukung oleh para seniman teater sandiwara, senetron yang terbiasa dalam bernarasi dan berdialog. Selanjutnya, ciri pembaharuan pada peralatan pertunjukan adalah kelir dan instrumen gamelan. Kelir yang digunakan pada pertunjukan lakon Sokra sana: Sang Manusia lebih besar daripada kelir yang digunakan oleh pertunjukan lakon lain, lalu instrumen gamelan gong dan kendang yang biasa untuk mengomando jalannya karawitan tidak digunakan. Dari segi catur, pembaharuan itu terlihat pada penggunaan bahasa Indonesia yang tidak terlalu puitis dan penuh kias, sedangkan karawitan pakeliran didominasi oleh nuansa suara pencon.

2.1.4 Tentang Yanusa Nugroho