Teknik Penyediaan Data Metode dan Teknik Analisis Data

commit to user 50 berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud 1993:5. Selanjutnya dinyatakan bahwa data sebagai bahan penelitian merupakan bahan jadi bukan bahan mentah. Dari bahan atau data itu diharapkan objek penelitian dapat dijelaskan karena di dalam data itu terkandung objek penelitian gegestand yang dimaksud. Data dalam penelitian ini adalah data kebahasaan, yaitu satuan-satuan lingual yang berupa tuturan-tuturan dari naskah lakon sandosa Sokrasana : Sa ng Ma nusia karya Yanusa Nugroho. Data kebahasaan tersebut berupa tuturan-tuturan yang di dalamnya terdapat alat-alat wacana baik aspek gramatikal maupun leksikal yang mendukung kepaduan wacana. Objek penelitian yang dianalisis adalah kohesi leksikal dan gramatikal, serta konteks yang melatarbelakangi adanya wacana tersebut. Konteks yang dikaji dalam penelitian ini adalah konteks situasi yang dikaji melalui prinsip penafsiran personal, penafsiran lokasional, penafsiran temporal, prinsip analogi, dan inferensi.

3.3 Teknik Penyediaan Data

Penyediaan data merupakan tahap awal yang penting dalam proses penelitian, sebelum menginjak pada dua tahapan penting berikutnya, yakni penganalisisan data dan penyajian hasil analisis data. Upaya penyediaan data itu dilakukan untuk kepentingan analisis Sudaryanto, 1993:6. Selanjutnya dinyatakan bahwa analisis data dimulai tepat pada saat penyediaan data tertentu yang relevan selesai dilakukan; dan analisis yang sama diakhiri manakala kaidah yang berkenaan dengan objek yang menjadi masalah itu telah ditemukan. Penyediaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simak dan teknik catat. Teknik simak atau penyimakan ini digunakan untuk menyimak penggunaan bahasa tulis yang berkaitan dengan kepaduan wacana meliputi aspek gramatikal, aspek leksikal, dan konteks. commit to user 51 Sebagai instrumen kunci peneliti melakukan penyimakan secara cermat dan teliti terhadap sumber data dalam rangka memperoleh data yang diinginkan. Setelah dilakukan penyimakan lalu diadakan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian ke dalam kartu data Edi Subroto, 1992:41, 42. Pencatatan terhadap data kebahasaan yang relevan dilakukan dengan transkripsi tertentu lalu diklasifikasi menurut aspek-aspek yang menjadi sarana pendukung keutuhan wacana.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis aspek gramatikal dan aspek leksikal dalam wacana naskah lakon sandosa Sokrasa na: Sang Manusia karya Yanusa Nugroho adalah metode distribusional metode agih. Teknik dasar metode agih yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung teknik BUL, yaitu cara yang digunakan pada awal kerja analisis dengan membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur; dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud Sudaryanto,1993:32. Menurut Mulyana metode distribusional adalah metode yang digunakan untuk tujuan-tujuan analisis struktur wacana secara internal Mulyana, 2005:74. Titik berat metode distribusional ialah pada perilaku atau tingkah laku yang teramati suatu satuan lingual tertentu dalam hubungannya dengan satuan lingual lain Edi Subroto, 1992:64. Metode BUL yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan lewat teknik-teknik lanjutan untuk menganalisis secara langsung peranti-peranti dari aspek gramatikal dan leksikal. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik ganti dan teknik lesap.Teknik lanjutan yang digunakan untuk menganalisis aspek gramatikal wacana akan dipaparkan secara rinci sebagai berikut. commit to user 52

1. Teknik ganti adalah teknik yang digunakan untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau

kategori unsur terganti dengan unsur pengganti, khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti. Bila dapat digantikan atau saling dapat menggantikan berarti kedua unsur itu dalam kategori yang sama Sudaryanto,1993:48. Teknik ganti dapat dimanfaatkan untuk menganalisis wacana dari aspek leksikal yang berupa penanda sinonimi, antonimi, hiponimi, dan kolokasi. Selain itu, teknik ganti dapat juga digunakan untuk menganalisis wacana dari aspek gramatikal berupa penanda pengacuan atau referensi dan penyulihan atau substitusi. Contoh penerapan teknik ganti pada aspek gramatikal berupa penanda pengacuan adalah sebagai berikut. Pengacuan persona direalisasikan melalui pronomina persona, misalnya: a Sumantri : ”Sokrasana? Mana mungkin kau bisa melakukannnya?” Pada contoh a terdapat morfem kau- sebagai perwujudan kekohesifan wacana pada aspek gramatikal. Morfem kau- ini merupakan pengacuan pronomina persona kedua tunggal bentuk terikat lekat kiri yang mengacu kepada tokoh Sokrasana. Apakah benar satuan lingual kau digunakan untuk menggantikan satuan lingual yang lain yaitu Sokrasana? Maka, untuk membuktikannya dapat digunakan teknik ganti yaitu dengan mengganti unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan kau- dengan unsur tertentu yang lain, sehingga menjadi: b Sumantri : ”Sokrasana? Mana mungkin kamu bisa melakukannya?” c Sumantri : ”Sokrasana? Mana mungkin Sokrasana bisa melakukannya?” Dari hasil itu tampak bahwa unsur yang menggantikan kamu pada tuturan b dan Sokrasana c dengan unsur yang tergantikan kau pada tuturan a tidak mengubah struktur dan makna, sehingga bentuk itu dapat diterima. Penggunaan teknik ganti dengan penggantian commit to user 53 kau- tataran morfem menjadi kamu atau Sokrasana tataran kata termasuk pada teknik ganti naik tataran atau teknik GNT. Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa teknik ganti juga dapat dimanfaatkan untuk menganalisis penanda penyulihan substitusi. Penyulihan merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu yang telah disebutkan dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Berikut ini contoh penerapan teknik ganti pada penanda penyulihan. a Candabirawa: ”Tetapi, hanya radenlah makhluk suci yang bisa menjadi tempat bagi diri hamba … hamba ditakdirkan untuk mengabdi kepada manusia suci.” Pada contoh a satuan lingual nomina makhluk yang telah disebut terdahulu digantikan oleh satuan lingual nomina pula, yaitu kata manusia yang disebutkan kemudian. Untuk mengetahui apakah kata manusia benar-benar menyulih kata makhluk, diterapkannya teknik ganti. Dengan demikian, contoh a dapat menjadi tuturan seperti berikut. b Candabirawa: “Tetapi, hanya radenlah manusia suci yang bisa menjadi tempat bagi diri hamba .… Hamba ditakdirkan untuk mengabdi kepada manusia suci.” Penggantian kata makhluk menjadi kata manusia pada tuturan b ternyata tidak mengubah makna dan kategori kata. Dengan demikian, kata manusia sebagai unsur pembeda dan penyulih kata makhluk dapat diterima. 2. Teknik lesap adalah teknik yang digunakan untuk mengetahui kadar keintian unsur yang dilesapkan. Jika hasil dari pelesapan itu tidak gramatikal maka berarti unsur yang bersangkutan memiliki kadar keintian yang tinggi atau bersifat inti: artinya sebagai unsur pembentuk satuan lingual, unsur yang bersangkutan mutlak diperlukan Sudaryanto,1993:42. commit to user 54 Teknik lesap dapat dimanfaatkan untuk menganalisis wacana dari aspek gramatikal yang berupa penanda perangkaian atau konjungsi. Perangkaian atau konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang digunakan untuk menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain. Berikut ini diberikan contoh penerapan teknik lesap. a Sokrasana: “Tidak kakang. Aku tak akan kembali, jika tidak bersamamu.” Pada contoh a terdapat unsur satuan lingual perangkaian konjungsi jika yang berfungsi menghubungkan antara kalimat yang berada di sebelah kirinya dan kalimat yang mengandung kata jika. Konjungsi jika pada contoh a menyatakan makna persyaratan. Untuk mengetahui kadar keintian unsur konjungsi yang menyatakan makna persyaratan pada contoh a ini dapat dianalisis dengan teknik lesap. Unsur yang dilesapkan pada contoh a adalah konjungsi jika, pola struktur pada contoh a menjadi seperti berikut. b Sokrasana: “Tidak kakang. Aku tak akan kembali, Ø tidak bersamamu.” Dari hasil itu tampak bahwa pelesapan atau hilangnya konjungsi jika pada contoh b menyebabkan maksud tuturan sulit dipahami dan tidak ada kepaduan bentuk. Dengan demikian, unsur jika pada contoh a merupakan unsur yang penting untuk mendukung kepaduan dalam tuturan tersebut. commit to user 55

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN