commit to user
188 menyangsikannya
, setelah melihat kema mpua nmu itu, ba hka n nyaris menyamai seora ng dewata
. Jadi, hal yang mengandung makna berlawanan adalah Sumantri sebagai sosok manusia dan Sumantri yang memiliki kemampuan menyamai dewata.
4.2.3.2 Oposisi Kutub
Oposisi kutub adalah oposisi makna yang tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat gradasi. Artinya, terdapat tingkatan makna pada kata-kata tersebut. Menurut Edi Subroto
tipe keberlawanan arti yang berciri “dapat dipertatarkan” termasuk tipe kedua, yaitu antara pasangan yang berlawanan dapat dibuat tataran Edi Subroto, 2011: 70. Tipe
tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
476 Wuah, badanmu setinggi bukit, tubuhmu berat, namun langkah kakimu seringan angin ....
SOK.12
477 Dia meniadakan yang atas dan meniadakan bawah, meniadakan kanan dan meniadakan kiri.. dia adalah alam kekosongan yang penuh misteri ...
Narasi V
478 Paduka Dewi Citrawati, tak akan ada lagi siang tanpa melalui malam ... dan tak ada yang dinamakan langit, jika tak ada yang disebut bumi. Inilah
Sokrasana, adik Bambang Sumantri. SOK.101
Tampak pada kutipan 476 terdapat oposisi kutub antara kata berat dan kata seringan. Kedua kata tersebut termasuk kata beroposisi kutub karena terdapat gradasi di
antara oposisi keduanya, yaitu adanya realitas sangat berat, berat, agak berat, agak ringan, ringan, dan sangat ringan. Demikian juga pada kutipan 477 ditemukan dua oposisi
kutub, yaitu antara kata atas dan kata bawah, lalu kata kanan dengan kata kiri. Kata-
kata pada kutipan 477 baik kata atas dan kata bawah maupun kata kanan dan kata kiri dikatakan beroposisi kutub karena kata-kata tersebut terdapat gradasi, yaitu ata s, a gak
ke ata s, a gak ke ba wah, ba wa h dan ka na n, a gak kanan, agak kiri, kiri. Sementara itu,
kata siang pada kutipan 478 beroposisi kutub dengan kata malam karena dalam realitasnya terdapat gradasi siang, agak siang, agak mala m, mala m, dan sangat malam.
commit to user
189
4.2.3.3 Oposisi Hubungan
Oposisi kutub adalah oposisi makna yang bersifat saling melengkapi. Karena oposisi ini bersifat saling melengkapi, maka kata yang satu dimungkinkan ada
kehadirannya karena kehadiran kata yang lain yang menjadi oposisinya; atau kehadiran kata yang satu disebabkan oleh adanya kata yang lain Sumarlam, 2003:41. Hal tersebut
dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. 479 Tekad Sokrasana telah bulat, mencari Sang kakak, Sumantri.
Narasi I 480 Kakang Mantri, seperti embun, kepergianmu, terjadi begitu saja. Mengapa
kau pergi tanpa mengajak adikmu ini, kakang? SOK.01 481 Oh, Sokrasana, anakku ... sungguh besar cintamu pada kakakmu. Apakah kau
dilahirkan ke dunia ini untuk menampar wajah seorang ayah, yang tega berniat membunuh anaknya sendiri.
RSWG.02
482 Mengabdi kepadaku? Aku bukan raja, bukan kesatria, bukan siapa-siapa. Aku hanyalah penjaga taman Sriwedari .... Aku, hanyalah raksasa kerdil,
yang tak tahu apa-apa tentang dunia ini. SOK.14
483 Kakang Semar ... mana anak-anakmu? ST.27
484 Eh, hehehe ... mungkin tertinggal di belakang sana ... mungkin juga tidur ... hehehe. Coba saya carinya. Semar memanggili anak-anaknya Garong,
Cakruk, dan Bencong, eh salah Gareng, Petruk, dan Bagong. SM.28 485 Raden Sumantri.. wanita bicara dengan hatinya, lelaki bicara dengan
kekuatan raganya. Bagiku, semuanya sudah jelas. Aku tak membutuhkan bukti apa-apa lagi.
DWCW.57
Oposisi hubungan ditemukan pada kutipan 480 kata kakang dan kata adik, kutipan 481 kata ayah dan kata anak, 483 Semar dan anak-anakmu, lalu kutipan
485 kata lelaki dan kata wanita. Kaka ng kakak dengan adik; ayah dengan anak, dan
lelaki dan wanita merupakan bentuk hubungan yang saling melengkapi dan keberadaan
yang satu kakang, ayah, dan lelaki menyebabkan atau memungkinkan keberadaan yang
lain, yaitu adik, a nak, dan wanita. Hal itu juga terjadi antara kata Semar dan anak- anak
mu 483. Semar adalah ayah dari anak-anak yang bernama Gareng, Petruk, dan Bagong terdapat pada kutipan 484.
commit to user
190 Lain halnya dengan oposisi hubungan pada kutipan 482 ditemukan tiga kata,
yaitu raja, kesatria, dan penjaga. Ketiga kata tersebut saling beroposisi baik antara raja
dan kesatria, kesatria dan penjaga, maupun raja dan penjaga. Disebut demikian karena dalam konteks ini mengacu pada suatu bentuk kerajaan Kerajaan Maespati. Raja adalah
penguasa tertinggi atau yang mengepalai dan memerintah dalam suatu kerajaan yang keberadaannya akan bermakna apabila ada kesatria dan penjaga. Kesatria adalah
kastagolongan bangsawan kasta kedua dalam masyarkat Hindu; prajurit, atau perwira yang gagah berani yang keberadaannya akan bermakna apabila ada raja dan penjaga.
Demikian juga keberadaan penjaga orang yang bertugas menjaga yang dalam lingkungan kerajaan bisa disebut sebagai abdi atau hamba akan bermakna apabila ada
kesatria dan raja. Abdi atau hamba, yaitu orang bawahan yang termasuk kastagolongan paling rendah yang mengabdikan diri kepada kerajaan Depdikbud, 1989: 721, 432, 343,
dan 1. Jadi, ketiga kata tersebut merupakan bentuk hubungan yang saling melengkapi.
Kutipan 482 Aku ha nyalah penjaga taman Sriwedari .... Aku, ha nyalah raksa sa
ker dil , yang tak ta hu apa-apa tentang dunia ini sebenarnya ingin menyampaikan tentang
eksistensi atau keberadaan seseorang. Dalam budaya wayang atau filosofi Jawa eksistensi seseorang atau kemampuan seseorang yang sebenarnya dimiliki biasanya disembunyikan
atau tidak diungkapkan apalagi untuk kesombongan. Aku hanyalah penja ga ta man Sriwedar i
menggambarkan suatu posisi yang kurang berarti dalam tatanan kehidupan para kesatria apalagi raja. Penjaga taman menggambarkan pekerjaan seseorang yang
jarang berbuat atau melakukan kerja yang menunjukkan harga diri. Terlebih lagi, pengakuan sebagai raksasa kerdil yang tidak tahu apa-apa tentang dunia ini mengandung
maksud bahwa dirinya Sokrasana hanya makhluk yang tidak berguna. Dalam kehidupan kesatria harga diri adalah pengabdian dan cita-cita yang harus dibuktikan. Dunia itu
commit to user
191 penuh dengan peristiwa dan nilai. Seorang kesatria yang tidak paham akan dunia berarti
dia tidak mengetahui hidup atau hidupnya sia-sia karena kesatria adalah pemegang dunia, pengatur dunia, dan pelindung dunia, sekaligus perusak dunia.
4.2.3.4 Oposisi Hirarkial