Oposisi Mutlak Antonimi Lawan kata

commit to user 185 maut atau malaikat pencabut nyawa. Kata ajal dalam KBBI bermakna batas hidup atau mati, sedangkan ma ut bermakna mati atau kematian Depdikbud, 1989: 13 dan 568.

4.2.3 Antonimi Lawan kata

Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawananberoposisi dengan satuan lingual yang lain. Anotnimi disebut juga oposisi makna. Pengertian oposisi makna mencakup konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang hanya kontras makna saja Sumarlam, 2003:39. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu 1 oposisi mutlak, 2 oposisi kutub, 3 oposisi hubungan, 4 oposisi hirarkial, dan 5 oposisi majemuk. Kelima jenis antonimi tersebut dapat ditemui dalam naskah lakon Sokra sana : Sang Manusia berikut ini.

4.2.3.1 Oposisi Mutlak

Oposisi mutlak adalah pertentangan makna secara mutlak. Menurut Edi Subroto bahwa antonimi adalah relasi keberlawanan arti. Salah satu tipe relasi keberlawanan arti adalah tipe komplementair, yaitu tipe keberlawanan arti yang bersifat “bukantidak biner atau tak dapat dipertatarkan Edi Subroto, 2011: 69. Tipe seperti itu terdapat pada kutipan berikut. 472 Hooi, para kesatria ... dihadapan Bargawa, kalian hanya akan menghadapi malaikat maut. Dunia tak akan berhenti berputar dengan kematianmu ... kelahiran kalian ke dunia ini, hanya untuk menghadapi ajal di tangan Bargawa. Ayo, majulah, hadapi Bargawa. Lawanlah sang Parasu Rama.. BW.03 473 Kayangan Batara Wisnu? Oh, ... mana mungkin manusia bisa memindahkannya ke bumi? Jika memang demikian, bukankah sebenarnya aku sudah dicampakkan mentah-mentah? ST.82 commit to user 186 474 Paduka Dewi Citrawati, tak akan ada lagi siang tanpa melalui malam ... dan tak ada yang dinamakan langit, jika tak ada yang disebut bumi. Inilah Sokrasana, adik Bambang Sumantri. SOK.101 475 Sumantri ... siapakah kau sebenarnya? Kau mengaku berasal dari Argasekar, Resi Suwandageni ... tetapi aku menyangsikannya, setelah melihat kemampuanmu itu bahkan nyaris menyamai seorang dewata. PAJSB.109 Pada tuturan 472 terdapat oposisi mutlak antara kata kematian dan kelahiran. Kedua kata itu beroposisi mutlak karena tidak ada frasa agak mati atau agak lahir. Dalam kutipan itu terkandung makna bahwa perbuatan Bargawa membunuh setiap kesatria yang ditemuinya karena dia menjalankan sumpahnya. Setiap kesatria yang bertemu dengan Bargawa selalu diperingati bahwa kesatria tersebut akan menemui kematian ketika harus perang tanding dengannya. Selain itu, Bargawa berpendapat bahwa sebenarnya kelahiran para kesatria ke dunia ini hanya untuk menghadapi ajal di tangan Bargawa. Kalaupun semua kesatria habis dia bunuh, hal itu tidak akan menjadikan dunia berhenti berputar, seperti pernyataan Bargawa berikut Hooi, para kesatria ... dihadapan Bar ga wa , kalian hanya akan menghada pi malaikat maut . Dunia ta k aka n berhenti berputar dengan kematia nmu . Antonimi yang termasuk oposisi mutlak juga terdapat pada kutipan 473, yaitu antara kata Kayangan dan kata bumi, serta kutipan 474 antara kata bumi dan kata langit. Kata kayangan dalam dunia pewayangan merupakan tempat tinggal dewa-dewa yang jauh dari bumi atau tidak bisa dijangkau oleh manusia, seperti yang diungkapkan oleh Sumantri Kayanga n Batara Wisnu? Oh, ... ma na mungkin ma nusia bisa memindahkannya ke bumi ? Yang dimaksud pada tuturan itu bahwa manusia tidak bisa memindahkan ke bumi adalah sebuah taman yang terdapat di Kayangan Batara Wisnu. Lawan kata yang terdapat pada kutipan 473 mengandung makna yang berbeda dengan lawan kata antara kata bumi dan kata langit pada kutipan 474. Dalam konteks ini commit to user 187 Sokrasana menegaskan bahwa antara langit dan bumi merupakan dua tempat yang jauh jaraknya atau sangat berbeda, tetapi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan seperti dirinya dan Sumantri kakaknya. Selain itu, tuturan tersebut juga merupakan penegasan Sokrasana terhadap sikap Citrawati yang meremehkan seorang anak manusia atau menganggap bahwa Sokrasana tidak pantas menjadi adik kandung Sumantri. Citrawati hanya melihat Sokrasana dari fisiknya saja, yaitu berwujud raksasa dan kerdil, sedangkan Sumantri adalah seorang kesatria yang tampan. Dari segi wujud itulah Citrawati menganggap Sumantri dan Sokrasana seperti langit dan bumi. Ketidakpercayaan Citrawati melihat perbedaan bahwa keduanya kakak beradik ditepis oleh Sokrasana seperti yang terlihat pada tuturan tak akan ada lagi siang, tanpa melalui malam ... dan tak ada yang dina makan la ngit , jika tak ada yang disebut bumi. Inila h Sokra sana, adik Bambang Sumantr i . Antonimi mutlak berikutnya terdapat pada kutipan 475. Hal itu terlihat pada sikap Arjunasasrabahu tentang keberadaan Sumantri yang mengaku sebagai anak Resi Suwandageni. Meskipun anak seorang pertapa dan memiliki kesaktian, Sumantri adalah seorang manusia yang tidak mungkin dapat memindahkan Taman Sriwedari dari kahyangan ke bumi kerajaan Maespati. Akan tetapi, dalam kenyataannya Sumantri mampu memindahkannya. Dengan adanya hal itu, Prabu Arjunasasrabahu mempertanyakan siapa sebenarnya sosok Sumantri itu Sumantri ... sia pakah kau sebenar nya ? Pertanyaan tersebut kemudian dilanjutkan dengan pernyataan yang dimaksudkan untuk lebih menguatkan keheranan Prabu Arjunasasrabahu atas eksistensi Sumantri Kau mengaku bera sal dari Argasekar, Resi Suwandageni. Ketidakpercayaan terhadap apa yang sudah dilakukan Sumantri terungkap dalam tuturan teta pi aku commit to user 188 menyangsikannya , setelah melihat kema mpua nmu itu, ba hka n nyaris menyamai seora ng dewata . Jadi, hal yang mengandung makna berlawanan adalah Sumantri sebagai sosok manusia dan Sumantri yang memiliki kemampuan menyamai dewata.

4.2.3.2 Oposisi Kutub