Aktivitas Dakwah di Perguruan Pencak Silat Pusaka Djakarta

dan dewasa. Tujuan diadakan pengajian ini adalah agar para murid silat di PSPD selain bisa membentengi diri dari serangan penjahat juga bisa membentengi jiwa dari godaan dan perbuatan maksiat. Pemilihan malam jumat sebagai malam pengajian bukan diputuskan begitu saja, tetapi banyak aspek yang teah dipertimbangkan secara matang, diantaranya malam jumat merupakan malam dimana apabila seseorang beribadah maka pahala yang diterima akan lebih besar dari hari biasa, pertimbangan lainnya adalah malam jumat waktu yang tepat untuk tawasullan. Materi dalam pengajian ini membahas atau mengkaji Al quran. Babe Uci biasanya meminta muridnnya untuk membacakan beberapa ayat dari al quran kemudian beliaulah yang menjelaskan atau mengkaji maksud dari ayat tersebut. Ayat-ayat yang diambil pun biasanya yang berhubungan dengan rutinitas maupun permasalahan sehari-hari. Jadi, murid murid yang menghadiri pengajian tersebut pun bisa meresapi pesan yang Babe Uci sampaikan dengan baik. 2. Berdoa Sebelum dan Sesudah Latihan Silat Segala bentuk kegiatan yang baik harus dimulai dengan berdoa, tanpa terkecuali berlatih silat. Berlatih silat mempunyai tujuan untuk membekali diri sendiri dari gangguan orang jahat. Berdoa sebelum memulai latihan silat mempunyai tujuan agar selama kita berlatih silat dapt terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan selaain itu juga untuk mendoakan atau tawasul para guru-guru yang telah wafat. Berdoa sesudah latihan mempunyai tujuan supaya ilmu yang telah kita pelajari dapat bermanfaat dan ilmu yang telah kita pelajari dapat menjadi amal jariyah bagi guru yang telah mengajarkannya, karena menuntut ilmu apapun di dunia ini pasti akan berujung Allah SWT yang maha kuasa. 3. Nasehat Atau Wejangan Setelah Selesai Latihan Setelah selesai latihan dan berdoa biasanya pesilat di PSPD akan beristirahat terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah masing-masing. Di waktu inilah Babe Uci dan guru-guru silat di PSPD gunakan untuk memasukkan nilai keislaman dengan memberikan pengertian kepada setiap murid bahwa “silat adalah persaudaraan dan sarana untuk berbuat baik kepada sesama”. Pengertian itu sangat seimbang dengan ajaran Islam tentang berbuat baik dan bersilaturahmi. Selain itu pesan yang selalu daimapikan adalah ilmu silat yang telah dipelajari dilarang untuk mencari musuh dengan orang lain tetapi dianjurkan untuk membela diri sendiri dan menolong orang lain dari gangguan orang jahat. Selain itu, setiap jurus yang diajarkan ada beberapa gerakan yang berasal dari Al-quran dan hadist. Hal tersebut dilakukan sebagai ungkapan syukur karena pada dasarnya bacaan tersebut bersifat doa.

b. Dakwah

Bil Hal Dakwah Menggunakan Kegiatan Selain dakwah bil lisan menggunakan lisan , babe Uci juga menerapkan metode dakwah bil hal menggunakan kegiatan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Peringatan Maulid nabi Muhammad SAW Kegiatan ini rutin dilakukan perguruan Pencak Silat Pusaka Djakarta setiaap tahunnya. Acara ini biasanya berupa pembacaan doa doa, ratib, dan solawat kepada nabi Muhammad SAW. Tujuan diadakan acara ini adalah untuk memperingati maulid nabi Muhammad SAW Dalam kegiatan ini bukan hanya dari anggota PSPD saja yang hadir melainkan juga dari beberapa perguruan silat undangan dan warga sekitar Gg. Bedeng. Babe Uci juga sering memberikan tausiyah dan arahan-arahan kepada murid dan tamu undangan agar selalu mengikuti sunnah rasul dan ajarannya, agar kelak semua yang hadir pada acara tersebut termasuk umat yang mendapat syafaat Rasulullah SAW di hari akhir kelak. 2. Tradisi Kenaikan Sabuk Tradisi kenaikan sabuk merupakan kegiatan rutin tahunan perguruan pencak silat Pusaka Djakarta. Kegiatan ini diadakan setahun tahun dua kali dan bertempat di bumi perkemahan Ragunan. Perlu diketahui dalam pencak silat warna sabuk merupakan simbol tingkat kemahiran seseorang dalam bersilat. Di PSPD terdapat enam warna sabuk, yaitu warna hijau sebagai pemula, kemudian naik menjadi warna biru, lalu naik lagi menjadi warna merah, kemudian warna merah kuning, setelah itu kuning, dan warna putih sebagai tingkatan akhir. Untuk mencapai tingkatan-tingkatan sabuk tersebut, ditentukan oleh guru yang diukur melalui kemampuan dan kematangan dalam menguasai jurus. Semakin naik warna tingkatan sabuk, semakin tinggi juga tanggung jawab pemakainya, yaitu tanggung jawab sebagai pesilat yang harus mencerminkan sikap ksatria dan tidak semena mena dan tanggung jawab sebagai warga indonesia yang terkenal dengan tradisi kesopanan dan kental dengan norma agama Islam. Kenaikan sabuk disini hanyalah simbol semakin banyaknya materi jurus yang dikuasai, tetapi pada prakteknya mereka tetap terdapat pendidikan karakter yang mencakup kedisiplinan, tanggung jawab, konsentrasi, mampu mengendalikan emosi, dan semakin dewasa pola pikir pemakainya. 3. Tradisi Bakar Sabuk Dalam PSPD setelah kenaikan biasanya ada tradisi bakar sabuk. Tradisi bakar sabuk biasanya dilaksanakan setelah kegiatan kenaikan sabuk, dan bertempat di tempat latihan silat. Bakar sabuk disini merupakan bentuk simbol bahwa dengan dibakarnya sabuk harus berbarengan juga dengan dibuangnya sifat-sifat buruk mereka. Intinya acara bakar sabuk disini merupakan proses menuju pendewasaan dan bentuk peningkatan kualitas diri. Acara ini biasanya dihadiri oleh babe Uci beserta para pelatih dan murid, kemudian acara dimulai dengan potong tumpeng kemudian pembakaran sabuk, setelah itu barulah ada nasehat maupun dakwah dari Babe Uci dan pelatih kepada pemegang sabuk yang baru. Isi dari pesan yang disampaikan biasanya adalah nasehat agar selalu tetap merendah diri dan dengan naiknya tingkatan sabuk menjadi pemacu semangat untuk lebih berprestasi di bidang pencak silat. 4. Silaturahmi Antar Ranting PSPD dan Perguruan Silat Lainnya Selain ibadah wajib banyak lagi ibadah yang mendapat penilaian baik dari Allah salah satunya dalam Islam menyuruh umatnya memperbanyak silaturrahmi dengan siapapun dan dimanapun. Sebab dalam kehidupan keseharian, setiap individu selalu membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. Maka, setiap muslim diwajibkan oleh Islam untuk menjaga dan mempererat tali silaturahmi dan melarang untuk memutus tali silaturahmi dengan sesama. Bagi orang-orang yang memutuskan tali silaturahmi maka mereka akan dijauhkan dari rahmat Allah SWT dan api neraka sebagai ganjarannya. Maka dari itu Babe Uci selalu menganjurkan kepada semua muridnya untuk menjalin dan menjaga tali silaturahmi baik sesama pesilat PSPD maupun pesilat dari perguruan lainnya. Menurut beliau, banyak faedah yang didapatkan ketika kita menjalin tali silaturahmi, diantaranya dimanapun dan kemanapun berada kita banyak memiliki kenalan, dimudahkan rezeki oleh Allah SWT, dijauhkan dari bahaya maupun masalah, dan menambah umur. Intinya adalah dengan bersilaturahmi kita mengamalkan perintah untuk menjaga hubungan “ hablum minallah wa hablum minannas ” dengan Allah dan dengan manusia. Menjaga hubungan dengan Allah agar selamat di Akhirat dan menjaga hubungan dengan manusia agar selamat di dunia.

C. Aktivitas Dakwah H. Sanusi Dengan Komunikasi Persuasif di Perguruan

Pencak Silat Pusaka Djakarta Aktivitas dakwah sebagai proses komunikasi penyampaian ajaran ideal Islam selama ini tidak mempunyai kekuasaan untuk membawa masyarakat kepada perubahan ke arah yang lebih baik. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, salah satunya karena dakwah yang selama ini dilakukan cenderung kering, impersonal, dan hanya bersifat informatif belaka, belum menggunakan teknik-teknik komunikasi yang efektif. Fenomena ini mengindikasikan masih teralienasinya dakwah dari realitas sosial masyarakat di sekitarnya. Salah satu cara paling tepat dalam penyampaian materi dakwah agar terlihat menarik adalah dengan menggunakan komunikasi persuasif, karena ia merupakan sarana dalam penyampaian pesan dapat dilakukan dengan suatu ajakan atau seruan tanpa merasa dipaksa. Karena sesunguhnya dakwah bukanlah propaganda yang memaksakan kehendak orang lain. Dengan demikian, kegiatan dakwah pada dasarnya sebagai suatu proses komunikasi antara seorang komunikator dan komunikan dalam mengupayakan perubahan perilaku seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya, karena dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya kepada orang lain dan dapat memberikan hiburan, memberikan inspirasi, meyakinkan atau mengajak untuk berbuat sesuatu. Komunikasi persuasif selain sebagai sarana penyampaian pesan, ia pun merupakan sarana penyampaian materi dakwah agar selalu menarik, aktual, dan mempunyai efek pesan terhadap persuader maupun persuadee nya. Sehingga cara penyampaian dakwah melalui komunikasi persuasif dapat dilakukan dimanapun tanpa terkecuali di perguruan pencak silat. Sehingga komunikasi persuasif tersebut mempunyai ciri khas tersendiri. Komunikasi persuasif dilakukan untuk mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku orang lain dalam upaya mewujudkan suatu perubahan sikap dan biasanya persuasif akan tercapai karena karakteristik pembicara, yang pada analisis penelitian ini dilakukan oleh H. Sanusi atau Babe Uci dengan menggunakan media pencak silat sebagai daya tarik terhadap persuadee , dan terbukti pencak silat merupakan alat persuasif yang paling efektif yang dimilikinya. Dari hasil pengamatan peneliti, Babe Uci menggunakan pendekatan komunikasi persuasif metode icing, yaitu upaya menyusun atau menata pesan komunikasi sedemikian rupa sehingga enak didengar, dilihat, atau dibaca dan orang memiliki kecenderungan untuk mengikuti apa yang disarankan oleh pesan tersebut. Pada perakteknya kegiatan persuasif ini adalah seni menata pesan yang dilakukan secara terus berulang hingga menarik minat persuadee untuk mengikuti imbauan-imbauan persuader. Melalui pendekatan persuasif inilah yang Babe Uci gunakan untuk menarik minat pemuda pemuda di kawasan Gg. Bedeng, Manggarai, Jakarta Selatan agar berlatih silat dan membuat pemuda pemuda tersebut menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Bahkan, tak jarang murid babe Uci merupakan mantan preman dan narapidana. Menurut beliau mengajak silat dan ingin merubah sifat preman bukanlah hal yang mudah, perlu pendekatan-pendekatan yang dilakukan secara terus menerus dan membutuhkan waktu yang lama untuk membimbing mereka. “Jadi saya membimbing preman preman itu melalui pendekatan- pendekatan yang saya lakukan terus menerus, rutin lah istilahnya. Jadi itu ga cukup waktu sehari dua hari, itu butuh waktu lima sampe enam bulan buat merubah mereka. Panjang itu waktunya, gabisa kaya kita makan sambel langsung dapet pedesnye. Itu berubahnya sangat lama sek ali butuh melalui proses proses”. 57 Babe Uci selalu menunjukan kepada murid-muridnya bahwa apa yang beliau ajarkan adalah kebenaran. Jadi, murid yang berlatih di PSPD pasti akan mengikuti nasihat gurunya. Hal tersebut sesuai dengan undang-undang perguruan poin keempat yang berbunyi “Kami akan taat dan patuh pada guru- guru selama guru itu benar, dan akan selalu mematuhi segala peraturan- peraturan perguruan ”. Hal tersebut dibenarkan oleh muhammad Soleh murid Babe Uci yang juga merupakan mantan preman. Menurut Bang Ole sapaan Muhamad Soleh awal dirinya ingin berlatih silat di PSPD memang untuk membekali diri dengan ilmu beladiri karena dalam aktivitas kesehariannya beliau sering berhadapan dengan preman-preman juga di pasar. Namun, dengan kesabaran Babe Uci dalam membimbing muridnya untuk kembali ke jalan kebenaran sembari berlatih silat, seiring berjalannya waktu banyak perubahan dan yang dialami oleh Bang Ole, 57 hasil wawancara pribadi dengan bapak H. Sanusi, Kamis 20 Oktober 2016, pada pukul 16.00 WIB. dirinya perlahan sadar bahwa apa yang dilakukannya selama ini adalah kesalahan. “Awal –awal bergabung dengan PSPD, awalnya saya ini kan bandel preman, mabok. Terus saya tertarik nih ada yang mau ngajarin silat dah tuh. Awalnya saya sih cuma ikut ikutan terus ngilang, ampe akhirnya ngikut lagi dan mulai dari situ tuh nekunin dah nih silat, ternyata enak juga nih kita silat. Satu buat olahraga terus ada juga wejangan-wejangan atau nasehat dari Babe H. Sanusi. Nah dasehat-nasehat itu tuh yang buat saya jadi makin baik dah ya, makanya saya tetep silat ampe sekar ang.” 58 Banyak sekali nasehat maupun wejangan-wejangan yang Babe Uci sampaikan kepada muridnya di PSPD. Biasanya nasehat yang diberikan berasal dari Alquran dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, hal ini lah yang membuat perguruan silat PSPD berbeda dengan perguruan silat lainnya. Diantara banyaknya nasehat yang sering Babe Uci sampaikan, ada empat nasehat yang selalu Beliau sampaikan kepada murid-muridnya. Empat nasehat tersebut adalah tentang pendidikan akhlaq, tentang solat, pentingnya budaya malu, dan kewajiban muslim untuk menjaga diri serta keluarganya. 1. Pentingnya Pendidikan Akhlaq Pendidikan akhlaq sangatlah penting pada saat ini, terutama bagi remaja generasi-generasi muda penerus bangsa. Hal tersebut dinilai sangat penting karena semakin merosotnya etika dan moral generasi muda Indonesia saat ini. Trend dan figur artis barat yang selalu hidup bebas mereka jadikan sebagai 58 Hasil Wawancara pribadi dengan Muhammad Soleh, 5 Oktober 2016 pada pukul 19.00 WIB.