dengan kita berlatih silat, secara tidak langsung kita melestarikan kesenian bangsa Indonesia.
c. Pendidikan, di dalam pelatiahn pencak silat terdapat proses latih-melatih
jurus silat. Ada orang yang melatih dan ada juga orang yang dilatih. Dalam penyampaiannya, materi pelatihan sangat beragam, tergantung
kepada pengalaman dan pengetahuan si pelatih itu sendiri. d.
Membela diri, suda sangat jelas bahwa silat bukan untuk berkelahi tetapi untuk membela diri. Ali Sabeni mengatakan bahwa pencak silat bukan
untuk berkelahi atau mencari musuh, melainkan untuk membela diri jika ada yang menyerang.
50
3. Silat sebagai dakwah dan mental spritual
Silat sebagai seni budaya yang sudah ada sejak dahulu memberikan cerita tersendiri, di antaranya adalah silat sebagai media dakwah oleh para
ulama dalam menyebarkan ajaran Islam di bumi Nusantara. Untuk menarik minat masyarakat, dalam silat yang diajarkan oleh para ulama umumnya
memiliki muatan nilai keislaman. Namun, tidak semua perguruan pencak silat memiliki dan
mengajarkan pencak silat mental spritual. Perguran pencak silat yang menajarkan pencak silat mental spiritual tidak ditampilkan secara tersendiri,
tetapi bersama-sama atau terpadu dengan cabang pencak silat lain yang
50
Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Pencak Silat, Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 19921993, h. 43-44.
diajarkan oleh perguruan pencak silat tersebut sebagai bagian yang terpadu. Dalam hal ini, pencak silat merupakan pelengkap tetapi sangat penting dari
cabang pencak silat lain yang tampilannya merupakan pencak silat pokok.
51
Disebutkan pula bahwa kata silat berasal dari kata salat, dan sebelum salat kita diwajibkan untuk berwudhu. Dalam berwudhu tangan kiri dan
tangan kanan saling membersihkan dari kotoran-kotoran. Demikian pula dalam pencak silat, harus
silih asah
,
silih asih
, dan
silih asuh
. Informasi lain, silat juga kependekan dari kata silaturahmi. Dengan demikian pencak
silat itu adalah untuk bersilaturahmi bukan untuk bermusuhan atau berkelahi.
52
51
Mulyana, Pendidikan Pencak Silat: Membangun Jati Diri dan Karakter Bangsa, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, cet ke-2, h. 89-90.
52
Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Pencak Silat, Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 19921993, h. 44.
45
BAB III GAMBARAN UMUM PERGURUAN PENCAK SILAT PUSAKA
DJAKARTA A.
Sejarah Pencak silat Betawi
Sejarah silat betawi secara pasti masih belum jelas dan belum penulis temui. Namun, proses lahirnya pencak silat betawi sebagai produk
akulturasi dan etnis-etnis yang dominan mempengaruhi, serta peranan pencak silat betawi dimasa kolonial barat dan masa pendudukan Jepang.
Leluhur masyarakat Betawi mengenal asal muasal pencak silat bukan sebagai kegiatan ilmu bela diri murni, karena lahir dari tradisi masyarakat
yang mengutamakan mental spriritual. Pencak silat merupakan unsur kebudayaan yang paling umum dilakukan saat itu, dengan nuansa
keagamaan sebagai ruh utamanya. Selain untuk mempertahankan diri dari serangan bangsa asing, kala itu pencak silat diciptakan sebagai sebagai
penunjang ritual tradisi.
53
Hal yang terpenting ketika ketika membicara pencak silat dalam khasanah budaya adalah kekuatan dalam diri manusia
maupun di luar manusia, yaitu kekuatan alam. Sekitar pertengahan abad 19, berangsur-angsur muncul nama atau
aliran-aliran maupun gaya pencak silat yang ada di batavia Jakarta, menyusul kemunculan sosok pendekar, jawara, dan jagoan yang piawai
ilmu bela diri. Pada masyarakat Betawi, istilah jawara ditujukan untuk guru
53
O’ong Maryono, Maen Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi, Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2016, cet ke-1, h. 16.
pencak silat atau orang yang pandai ilmu bela diri, dan melindungi masyarakat. Seorrang jawara Betawi dilarang untuk berjudi, merampok,
memperkosa, minum minuman keras, dan melakukan perbuatan tercela lainnya. Gejolak sosial yang dipelopori para jawara betawi, membuat
pemerintah Belanda saat itu ketat mengawasi kegiatan terkait pencak silat dan menghambat perkembangannya, terutama pada daerah yang meiliki
tingkat kerawanan dan perlawanan cukup tinggi. Berbeda dengan masa kolonial Belanda, pencak silat betawi dan
indonesia sangat berkembang pesat pada zaman pemerintahan Jepang. Pada masa itu pencak silat digunakan sebagai sarana propaganda dan alat untuk
mengusir kolonial Belanda serta beberapa kepentingan Jepang dalam menghadapi sekutu. Namun, tetap saja pencak silat saat itu hanya
dimanfaatkan dan digunakan sebagai alat untuk memperkuat penjajah. Setelah berakhirnya penjajahan baik dari kolonial Belanda maupun Jepang,
pencak silat dapat bangkit dengan seutuhnya. Pada tahun 1948, sepuluh perguruan aliran pencak silat Betawi
mendirikan suatu organisasi untuk mewadahi semua aliran pencak silat betawi, yaitu Persatuan Pencak Silat Putera Betawi. Persatuan Pencak Silat
Putera Betawi yang disingkat PPS. Betawi adalah organisasi yang pertama kali mewadahi perguruan-perguruan pencak silat Betawi. Kiprah PPS
putera Betawi dalam perjalanan pencak silat Indonesia tidak bisa dikesampingkan. PPS Putra Betawi merupakan salah satu top organisasi
yang berada di dalam kelembagaan Ikatan Pencak Silat seluruh Indonesia
IPSI. Tujuan berdirinya PPS Putera Beatwi karena ingin anak-anak Betawi dapat berkiprah dalam pentas pencak silat nasional, terutama karena pada
PON VIII 1973, pencak silat akan menjadi cabang olahrga yang akan di pertandingkan. Pada saat pertama kali berdiri, PPS Putera Betawi
beranggotakan kurang lebih 50 perguruan pencak silat betawi. Sampai saat ini kurang lebih ada 300 perguruan pencak silat Betawi di bawah naungan
PPS Putera Betawi. Salah satu perguruan yang berada di bawah naungan PPS Putera Betawi adalah Perguruan pencak silat Pusak Djakarta.
B. Sejarah Perguruan Pencak Silat Pusaka Djakarta
Perguruan pencak silat Pusaka Djakarta merupakan salah satu perguruan pencak silat beraliran gerak cepat yang beasal dari betawi.
Perguran pencak silat ini didirikan oleh H. Sanusi atau babe Uci dan para rekannya pada tahun 1957. Pada pertama kali didirikan perguruan ini
bernama Pencak Silat Pusaka Putera Djakarta PSPPD. Namun, atas saran Mursadi Guru babe Uci, nama perguruan ini berubah menjadi Pencak Silat
Pusaka Djakarta hingga saat ini. babe Uci mengatakan nama Pusaka Djkarta diambil karena kita sebagai orang Jakarta harus memiliki pusakanya sendiri,
makanya diberi nama Pusaka Djakarta. Dalam setiap gerakan jurus PSPD berasal dari Pangeran Pakpak,
beliau merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati. Pangeran Pakpak mengajarkan ilmu beladirinya secara turun temurun kepada muridnya
hingga sampai pada babe Uci. Dilihat dari latar belakangnya yang berasal
dari Sunan Gunung Jati yang merupakan sosok yang memiliki ilmu keagamaan, baik spiritual maupun jasmani. Maka tidak heran dalam setiap
gerakan pencak silat Pusak Djakarta mengandung kaidah-kaidah ajaran Islam.
Pusaka Djakarta selalu menerapkan nilai-nilai dakwah Islam dalam setiap gerakan, visi, misi, dan pedoman dalam perguran silat tersebut. Selain
untuk belajar ilmu bela diri, pencak silat Pusaka Djakarta juga selalu mengajarkan ajaran-ajaran Islam dalam setiap latihannya. Seperti berwudhu
dan salat sunnah dua rakaat serta berdoa sebelum memulai latihan rutin. Metode pelatihan dan pengajian yang ada di Perguruan PSPD membuat
setiap anggota memiliki unsur mora dan agama. babe Uci juga selalu memberikan nasehat-nasehat setelah selesai latihan. Nasehat yang selalu
diingatkan adalah untuk selalu menjaga akhlak, menjaga solat, dan selalu hormati yang lebih tua serta hargai yang lebih muda.
Dalam pelatihannya Perguruan PSPD tidak memungut biaya sepeser pun kepada muridnya. Karena babe Uci selalu melarang berlatih silat untuk
memperkaya diri. Karena ketika babe Uci belajar silat dari guru-guru terdahulu pun tidak dipungut biaya, hal itu pun sudah menjadi peraturan
yang terus berlaku turun temurun. Bagi babe Uci, solat dan doa nya para murid sudah menjadi imbalan dan ladang pahala baginya untuk bekal di
akhirat kelak.