Babe Uci mulai merintis kepelatihan silat saat dirinya masih menimba ilmu di Pesantren, tepatnya saat berusia 17 tahun. Beliau merasa
prihatin melihat banyak kawan yang bengong kala senggang dan tak punya kegiatan lain setelah pelajaran usai dan semua kewajiban dilaksanakan. Dia
lalu menawarkan diri mengajar silat dan semua temannya antusias. Kegiatan mengajar silat itu pun di lakukan tanpa sepengetahuan guru dipesantren.
Mereka diam-diam berlatih pada malam hari. “Ketika kami lulus, tak hanya ilmu agama yang kami dapat. Kami
semua pandai silat dan guru-guru pun bingung dari mana kami belajar silat dan kapan menekuninya. Saya diam saja, tak
membocorkan rahasia bersama” jelas Babe Uci
Setelah merantau mencari ilmu di Pondok Pesantren selama 10 tahun, Babe Uci kembali ke Jakarta. Beliau akhirnya mendirikan Perguruan
Pencak Silat Pusaka Djakarta yang beraliran gerak cepat pada tahun 1957. Tujuan utama babe Uci mendirikan Perguruan Pencak Silat adalah untuk
melestarikan Budaya Betawi yang semakin hilang ditinggal minat generasi muda Jakarta.
Profil H. Sanusi babe Uci
Bapak H. Sanusi Pendiri Pencak Silat Pusaka Djakarta
Nama : H. Sanusi
Tempat dan Tanggal lahir : Jakarta, 4 September 1931
Pasangan : Nani
Pendidikan : Pesantren di Tasikmalaya selama 10 tahun
Prestasi :
1 Mendirikan dan mengelola Perguruan Pencak Silat Pusaka
Djakarta dari 1957 sampai kini. 2
Koreografer film laga pertama “Djampang Mentjari Naga Hitam” pada tahun 1969.
3 Menjadi koreografer 28 film laga Indonesia.
4 Memperoleh penghargaan dari Lembaga Kebudayaan
Betawi atas peran serta dalam acara Kibar Budaya Untuk Negeri “CINTE BETAWI 3” tahun 2014
5 Memperoleh penghargaan “Anugrah Budaya” dari
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2013.
6 Memperoleh penghargaan Anugerah Budaya Tahun 2013
dari Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. 7
Memperoleh gelar “Maestro Seni Tradisi” dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh,
DEA pada tahun 2014. 8
Dewan Juri dalam event Internasional “TAFISA Games 2016” pada cabang festival seni pencak silat.
Struktur Perguruan Pencak Silat Pusaka Djakarta
Penasehat : H. Sanusi
Pembina : Fauzi
Memed Pembina latihan
: Suharyono Agus
Sudirman Dadang Kurnia
Ricky Denny Kurnnia Ahmad Sholeh
Ketua : Sudirgo
Wakil ketua : Bayu Adji Saputra
Sekretaris : Rahma Novia
Bendahara : Dwi Prabowo
Gusti Rahma S Humas
: Lina Salmah Laela
Zahra Nurjannah Pelatih harian
: Soniatul Falah Riswandi
Panji Yoga
Perlengkapan : Ahmad Sauqi
Try Prasetyo Donny
61
BAB IV HASIL ANALISIS DATA
A. Data Narasumber Penelitian
1. Nama
: H. Sanusi Usia
: 85 tahun TTL Lahir
: Jakarta, 4 September 1931 Status
: Pendiri dan Guru Besar Perguruan Pencak Silat Pusaka Djakarta
2. Nama
: Muhammad Soleh Usia
: 41 tahun TTL Lahir
: Jakarta, 25 Oktober 1975 Status
: Mantan Preman yang sudah taubat dan murid Babe Uci di PSPD
3. Nama
: Soniatul Fallah Usia
: 29 tahun TTL Lahir
: Jakarta, 22 April 1987 Status
: Murid terdekat Babe Uci dan Ketua PSPD ranting Pulo Jati
B. Aktivitas Dakwah di Perguruan Pencak Silat Pusaka Djakarta
Pada hakikatnya dakwah adalah realisasi dari amar ma’ruf nahi munkar,
yakni mengajak manusia pada kebajikan dan mencegah manusia dari kemunkaran. Bila demikian maka dakwah Islam merupakan kewajiban bagi
setiap muslim. Dakwah berjalan tanpa mengenal kurun waktu, selama di dunia masih ada manusia, maka dakwah Islam tetap diperlukan.
Dakwah dapat menggunakan media apa saja tanpa terkecuali seni beladiri pencak silat
.
Oleh karenanya olahraga seni beladiri pencak silat adalah khasanah budaya dan merupakan budaya bangsa
.
Pada pengaplikasiannya seni beladiri pencak silat mengandung nilai-nilai luhur yang merujuk pada ajaran
Islam. Misalnya, selalu berwudhu dan berdoa sebelum melakukan latihan silat
.
Melalui silat mereka mendapatkan hidayah untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, selain itu dapat pula melatih kepekaan indrawi, mengolah
kelebihan dan kelenturan anatomi tubuh, dan dapat mempelajari sebanyak- banyaknya pertanda alam yang ada di sekeliling mereka
.
Hal positif inilah yang membuat masyarakat umumnya dan anak-anak usia dini khususnya harus mendalami pencak silat
.
Selain untuk melindungi diri dari kemungkinan terburuk, juga menjaga jiwa dari perbuatan yang dilarang
agama
.
Perguruan pencak silat Pusaka Djakarta merupakan salah satu perguruan pencak silat beraliran gerak cepat yang beasal dari betawi selalu menerapkan
nilai-nilai dakwah Islam dalam setiap gerakan, visi, misi, dan sebagai pedoman dalam perguran silat tersebut. Selain untuk belajar ilmu bela diri, pencak silat
Pusaka Djakarta juga selalu mengajarkan ajaran-ajaran Islam dalam setiap latihannya. Seperti berwudhu dan salat sunnah dua rakaat serta berdoa sebelum
memulai latihan rutin. Menurut Babe Uci, pendiri dan guru besar Pusaka Djakarta, berwudhu,
solat sunnah dua rakaat, serta berdoa sebelum latihan silat bertujuan agar pesilat selalu ingat dalam batin dan pikiran mereka bahwa berlatih silat bukan untuk
menjadi jagoan dan mencari musuh. Berlatih silat bertujuan untuk membela diri khususnya, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta menjain silaturahmi
antar pesilat lainnya umumnya. Hal tersebut sudah H. Sanusi terapkan semenjak beliau pertama kali mendirikan perguruan Pencak Silat Pusaka Djakarta.
Pada bab I, dijelaskan bahwa terdapat beberapa metode dalam berdakwah, tujuannya adalah agar dakwah menjadi lebih sistematis dan dapat
sampai ke pendengar atau mad’unya lewat berbagai cara. Berikut adalah beberapa metode dalam berdakwah:
1 Qoulan Ma’rufan, bakwah
bil lisan
atau dengan bicara dalam pergaulannya sehari-hari yang disertai dengan misi
agama seperti penyebarluasan salam. 2
Dakwah
bil qalam
dengan menggunakan keterampilan tulis menulis berupa artikel.
3 Dakwah
bil hal
dengan menggunakan berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat.
4 Dakwah dengan alat-alat elektronik seperti radio, televisi,
komputer, dan alat lainnya yang dapat menunjang berdakwah.
56
Perguruan pencak silat Pusaka Djakarta menggunakan beberapa metode diatas dalam aktivitas dakwahnya, diantaranya adalah dakwah
bil lisan
menggunakan lisan atau secara verbal dan dakwah
bil hal
menggunakan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan dakwah Islam. Kedua metode
tersebut digunakan H. Sanusi atau Babe Uci dalam menyampaikan dakwahnya kepada murid murid di perguruan Pusaka Djakarta.
a. Dakwah
Bil Lisan
Menggunakan Perkataan
Dari hasil pengamatan peneliti, dakwah
bil lisan
yang dilakukan Babe Uci di perguruan Pusaka Djakarta adalah sebagai berikut:
1. Pengajian Malam Jumat
Pengajian ini rutin dilakukan di perguruan Pusaka Djakarta dengan Babe Uci
sendiri sebagai penceramah. Pengajian rutinan ini biasa dilakukan ba’da Isya bertempat di rumah Babe Uci. Target atau sasaran pengajian ini adalah remaja
56
Raffifuddin, M. Abd. Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, Pustaka Setia, 1997, cet ke- 1, h. 25.