Aktivitas Dakwah H. Sanusi Dengan Komunikasi Persuasif di Perguruan
dirinya perlahan sadar bahwa apa yang dilakukannya selama ini adalah kesalahan.
“Awal –awal bergabung dengan PSPD, awalnya saya ini kan bandel preman, mabok. Terus saya tertarik nih ada yang mau ngajarin silat dah
tuh. Awalnya saya sih cuma ikut ikutan terus ngilang, ampe akhirnya ngikut lagi dan mulai dari situ tuh nekunin dah nih silat, ternyata enak
juga nih kita silat. Satu buat olahraga terus ada juga wejangan-wejangan atau nasehat dari Babe H. Sanusi. Nah dasehat-nasehat itu tuh yang buat
saya jadi makin baik dah ya, makanya saya tetep silat ampe sekar
ang.”
58
Banyak sekali nasehat maupun wejangan-wejangan yang Babe Uci sampaikan kepada muridnya di PSPD. Biasanya nasehat yang diberikan berasal
dari Alquran dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, hal ini lah yang membuat perguruan silat PSPD berbeda dengan perguruan silat lainnya.
Diantara banyaknya nasehat yang sering Babe Uci sampaikan, ada empat nasehat yang selalu Beliau sampaikan kepada murid-muridnya. Empat nasehat
tersebut adalah tentang pendidikan akhlaq, tentang solat, pentingnya budaya malu, dan kewajiban muslim untuk menjaga diri serta keluarganya.
1. Pentingnya Pendidikan Akhlaq
Pendidikan akhlaq sangatlah penting pada saat ini, terutama bagi remaja generasi-generasi muda penerus bangsa. Hal tersebut dinilai sangat penting
karena semakin merosotnya etika dan moral generasi muda Indonesia saat ini.
Trend
dan figur artis barat yang selalu hidup bebas mereka jadikan sebagai
58
Hasil Wawancara pribadi dengan Muhammad Soleh, 5 Oktober 2016 pada pukul 19.00 WIB.
kiblat mode, akhirnya budaya Indonesia yang terkenal sopan dan penuh tata krama semakin punah karena ditinggal oleh pemuda-pemudi bangsa.
Hal tersebutlah yang sangat membuat Babe Uci miris, beliau sangat menyangkan semakin bobroknya akhlaq remaja masa kini, karena ada ungkapan
yang berbunyi “maju bangsa karena akhlak, akhlak rusak hancurlah bangsa”. Sukses tidaknya suatu bangsa mencapai tujuan hidupnya tergantung atas
berkomitmen atau tidaknya bangsa itu terhadap nilai-nilai akhlak. Jika bangsa tersebut sangat memperhatikan akhlak maka bangsa itu akan sukses, dan
sebaliknya jika ia mengabaikan maka bangsa itu pun akan hancur. Maka dari itu dengan mendirikan PSPD, beliau mencoba mengajak
remaja-remaja melestarikan budaya bangsa yaitu pencak silat. Mendirikan perguruan silat bukan hanya untuk membuat remaja remajanya melestarikan
budaya betawi tetapi juga untuk menanamkan pendidikan akhlak di dalamnya. Karena pada dasarnya banyak ajaran silat yang memiliki unsur-unsur spiritual
dan mengajarkan pada etika bermasyarakat. Babe Uci mengatakan bahwa kita sebagai muslim harus menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang penuh
kelembutan, adab tata krama, etika, dan moral kepada setiap sesama manusia, karena pada intinya agama Islam turun ke dunia ini untuk memperbaiki akhlak
manusia pada masa itu jahiliyah. Sesuai dengan ayat Alquran yang berbunyi “
Innama buitstu liutammima makarima al akhlaq
, yang artinya sesungguhnya Islam itu turun untuk memperbaiki akhlaq manusia
”. Inti dari ajaran Islam sesungguhnya adalah kemuliaan akhlak, perbaikan akhlak, dan budi pekerti. Babe Uci menungkapkan
jika kita mau berprilaku dengan akhlaq yang mulia dan sempurna, maka berpeganglah pada Alquran dan pahami makna yang terkandung di dalamnnya.
“Jadi mereka remaja sat ini itu menghayati Islam hanya sekedarnya aja. Karna intinya Islam turun ke dunia kan buat perbaiki akhlaq manusia
Innama buitstu liutammima makarima al akhlaq
, yang artinya sesungguhnya Islam
itu turun untuk memperbaiki akhlaq manusia”. Kalo akhlaqnya ga baik ya semuanya jadi ga akan baik. Akhlaq dan perilaku
adalah cerminan pertama diri kita di mata orang lain. itu”.
59
Dalam dakwahnya Babe Uci berpesan bahwa kita sebagai manusia
memang tidak ada yang sempurna dan tidak akan luput dari kesalahan. Namun, kita tidak boleh pasrah begitu saja, Allah mengutus nabi Muhammad SAW
dengan tujuan sebagai
prototipe
atau panutan umat manusia untuk berakhlak mulia. Maka dari itu, kita sebagai umat Rasulullah SAW wajib menjadikan
beliau sebagai uswatun hasanah teladan yang baik dalam sesgala segi kehidupan, karena dengan demikian aspek kehidupan kita sudah berislam secara
kaffah total.
2. Keutamaan Shalat
Shalat merupakan kewajiban yang paling utama bagi setiap muslim. Shalat juga amalan pertama umat manusia yang akan dihisab pada hari kiamat nanti.
Maka dari itu kita sebagai umat Islam sangat dilarang untuk meninggalkan shalat, karena sesungguhnya dengan shalat dapat menjauhkan manusia dari
perbuatan keji dan munkar. Hal tersebut sesuai dengan surat Al-ankabut ayat 45, yang berbunyi:
59
Dakwah H. Sanusi pada pengajian malam Jumat, Kamis 20 Oktober 2016, pada pukul 20.00 WIB.
ُ ۡتٱ َ ِم َكۡ ََِإ َ ِِو
ُ أ ك َم
ِ ٰ َتِ ۡلٱ
ِ ِق َ
أَو َةٰ َ ذص ٱ
ذنِإ َةٰ َ ذص ٱ
ِ َع ٰ ََۡنَت
ِءك َشۡحَفۡلٱ َو
َ نُ ۡ
ٱ ِر
ُر ۡ
كِ َ
ََو ِ ذّٱ
َو ُۗ َبۡك َ
أ ُ ذّٱ
َن ُعَن ۡصَت َم ُ َ ۡعَي ٥
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab Al Quran dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ayat tersebut memberikan penjelasan kepada kita bahwasanya sholat merupakan salah satu dari rukun Islam atau pembeda antara yang muslim dan
kafir, antara yang
haq
dan
bathil
benar-benar memiliki peranan penting dalam kehidupan kita.
Maksud dari kalimat “mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar” adalah bagi setiap muslim yang melaksanakan sholat dengan ikhlas
dan memang niat lillahi ta’ala maka sudah pasti mereka akan berhati-hati dalam
bertindak apalagi sampai bebuat keji dan munkar. Menurut Babe Uci, umat Islam di Indonesia saat ini hanya identitas saja,
banyak dari mereka yang mengaku Islam tetapi tidak melaksanakan kewajibannya sebagai muslim, salah satunya adalah melaksanakan sholat
fardhu. Akhirnya banyak umat muslim Indonesia saat ini cenderung hanya mencari keuntungan materi dunia saja, mereka rela menghalalkan berbagai
macam cara untuk pentingan pribadi, sekali pun harus merugikan orang lain.. Padahal dengan sholat bisa mengotrol perbuatan kita dalam kehidupan sehari-
hari. “Sekarang banyak orang ngaku Islam tapi korupsi, nyuap, pokonya halalin
macem cara buat diri sendiri dan ga bersyukur, Itu bukan ajaran Islam. Kalo pun mereka emang ngaku Islam, mereka ga memahmi Islam dan
melaksanakan ajaran islam seutuhnya. Mereka ga menghayati agama
Islam , kan di alquran ada ayat yang berbunyi “
Inna sholata tanha anil
fahsa iwal munkar” yang artinya solat itu mencegah manusia dari perbuatan yang keji dan munkar. Kalo solat mereka baik mereka ga akan
melakukan hal hal keji dan munkar, kalo solat mereka ga baik boro boro hal keji dan munkar yang ada mereka bakal hajr sono hajar sini. Ada adzan
berkumandang mereka jalan terus. Jadi mereka tidak menghayati Islam secara seutuhnya.
”
60
Hal inilah yang selalu Babe Uci tanamkan kepada muridnya di Perguruan
silat Pusaka Djakarta. Seperti diketahui sebelumnya, PSPD tidak memungut biaya untuk berlatih silat kepada muridnya. Bukan uang yang Babe Uci
inginkan dari muridnya, yang beliau inginkan adalah muridnya tidak meninggalkan shalat lima waktu. karena dengan sholat tentu akan menghindari
murid-murid di PSPD dari perbuatan keji dan munkar. “saya gak pernah memungut biaya latihan kepada murid saya, mereka
shalat ga bolong-bolong aja itu udah cukup buat saya. Biar itu menjadi amal jariyah dari murid-
murid buat saya”.
61
3. Budayakan Malu
Malu adalah akhlak perangai yang mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga mampu
menghalangi seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga dapat menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan
maksiat serta mencegah sikap melalaikan hak orang lain. Malu merupakan sifat nabi Muhammad SAW, selain itu malu juga merupakan cabang dari iman
60
Dakwah Bapak H. Sanusi pada pengajian malam jumat, Kamis, 8 September 2016, pada pukul 20.00 WIB.
61
Hasil wawancara pribadi dengan H. Sanusi, Kamis 20 Oktober 2016, pada pukul 16.00 WIB.
seorang muslim, maka dari itu malu tidak akan mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan. Seperti sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘
Lâ ilâha illallâh
, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri gangguan dari jalan. Dan malu adalah
salah satu cabang Iman.” Shahîh: HR.al-Bukhâri. Budaya malu inilah yang ingin ditanamkan Babe Uci kepada setiap
muridnya di PSPD. Menurut beliau, budaya malu di Indonesia saat ini sudah tidak ada. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin banyaknya tindak kejahatan
saat ini, perempuan-perempuan remaja keluar rumah dengan pakaian yang terbuka, banyak anak sekolah hamil diluar nikah, semakin merosotnya etika dan
moral anak remaja masa kini, dan masih banyak lagi. Fenomena yang disebutkan tadi adalah bukti bahwa budaya malu di Indonesia saat ini memang
sudah hilang. Dalam prakteknya Babe Uci mengambil contoh negara Maju Jepang,
negara berjuluk sakura itu sangat menjunjung tinggi nilai nilai ketimuran, salah satunya budaya disiplin dan malu. Orang-orang di negara tersebut sangat
menghargai waktu, mereka berdisiplin dalam mengatur waktunya dan sangat malu apabila melakukan sebuah kesalahan, maka dari itu Negara tersebut bisa
jauh lebih maju dari Indonesia saat ini. Di PSPD, Babe Uci menanamkan budaya malu dan disipin kepada murid-muridnya. Beliau memulai ha tersebut
dari hal-hal yang kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti malu jika terlambat menunaikan shalat lima waktu, malu jika berbuat kesalahan, malu jika terlambat
ke sekolah, malu jika menyusahkan orang lain. Menurut kakek berusia 85 tahun ini, Negara Indonesia memang mayoritas muslim, namun kebanyakan dari
mereka kurang memahami Islam seutuhnya. Berbeda dengan Jepang, walaupun mereka bukan negara dengan penduduk mayoritas muslim, mereka selalu
menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam kesehariannya, dimulai dari disiplinnya, tanggung jawabnya, etikanya, bahkan kebersihannya. Hal itulah yang menurut
Babe Uci bisa membuat Jepang bisa lebih maju dari Indonesia. “Kita harus contoh negara Jepang. Tahun 45 mereka hancur sama kaya
kita tapi mereka bisa sangat sekarang, kenapa? Karena mereka menanamkan budaya disiplin dan budaya malu ke setiap penduduknya
makanya bisa maju. Kalo kita? kita ga ada budaya disiplin ama budaya
malu. “al haya’u minal iman artinya malu itu sebagian dari iman”. Makanya orng kalo ga punya malu ya ga beriman, Islam itu besar
ajarannya bagi orang yang mau mengerti dan memahami. Ya tapi kalo yang gamau ngerti ya yang ada mereka pusing dengerin ayat dengerin
hadis, tapi kalo kita pelan pelan mempelajarinya insyallah kita paham seutuhnya.
”
62
4. Jagalah Diri Sendiri Dan Keluarga
Pesan terakhir yang selalu Babe Uci dakwahkan kepada muridnya adalah kewajiban untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya. Pesan ini merupakan
kutipan ayat dari surat At Tahrim ayat 6, yang berbunyi:
َ ُيَأٓ َي َ يِ
ذ َٱ
َ أَو ۡ ُك َسُفن
َ أ ْاك ُق ْا ُنَماَء
َهُل ُقَو امر َن ۡ ُكيِ ۡه ُس ذنٱ
َو ُةَر َجِ
ۡ ۡٱ
َ ۡيَ َع َن ُصۡعَي
ذ َ ٞلاَدِش ٞظ ََِغ ٌةَ ِئٓ
َلَم َ ذّٱ
َنوُرَ ۡؤُي َم َن ُ َعۡفَيَو ۡ ُهَرَ َ
أ ك َم ٦
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”
62
Dakwah H. Sanusi, pada pengajian malam Jumat, Kamis, 20 Oktober 2016, pada pukul 20.00 WIB.
Maksud dari ayat diatas adalah kita sebagi muslim diwajibkan untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang
agama dan menimbulkan dosa agar terhindar dari panasnya api neraka. Dari
uraian tersebut dapat memberi makna bahwa, tiap tiap diri di tengah tengah keluarga harus wajib untuk saling menyelamatkan dalam menjalankan amanah
Allah dan Rasul. Maka dari itu, dalam keuarga sebaiknya saling mengingatkan tentang mana yang
haq
dan mana yang
batil
, tentunya dengan penyampaian yang tegas tetapi menggunakan pendekatan-pendekatan yang lembut layaknya
dalam keluarga. Dalam dakwahnya, Babe Uci menyampaikan bahwa maksud dari kata
“melindungi diri sendiri dan keluarga” disini bukan hanya melindungi dari siksaan api neraka saja, tetapi juga dari gangguan orang-orang jahat yang ingin
mencelakai kita. Beliau menambahkan sebagai pesilat, kita memang tidak boleh menggunakan ilmu silat yang telah dipelajari untuk kekerasan, namun dalam
pengecualian apabila terpaksa maka kita harus menggunakannya. Maksud “terpaksa” disini adalah misalnya kita atau keluarga dalam keadaan ingin
dirampok, maka ilmu silat disini memang harus digunakan untuk membela diri. Jadi dengan berlatih silat, kita usdah mengamalkan surah At Tahrim ayat 6
untuk melindungi diri sendiri dan keluarga dari api neraka maupun dari gangguan orang jahat yang mengganggu kita.
“ini poin yang paling utama setelah tiga poin sebelumnya,
Ya ayyuhalazi na amanu quu anfusakum wa ahlikum naroo
yang artinya hai orang yang beriman, jagalah diri kamu dan keluarga kamu dari api neraka. Dari ayat
itu kan udah jelas kita muslim bisa silat juga wajib untuk menjaga diri sendiri dan keluarga. Jaga dari apa? Dari perbuatan dosa dan menjaga dari
gangguan orang jahat, misal kita lagi naek motor ama istri, atau abang
adik, terus ada orang mau rampok ya kita gabisa diem aja dong, harus kita
beresin
itu orang jahat. Jadi jaga dari perbuatan dosa supaya selamat di akhirat dan jaga dari orang jahat supaya selamat di dunia, gitu.... dunia
akhirat kita selamat insyaallah.”
63
Selain dari keempat poin yang Babe Uci jelaskan tadi, masih banyak lagi nasehat maupun dakwah yang beliau sampaikan kepada muridnya di Perguruan
Silat Pusaka Djakarta. Menurut beliau menjadi pelatih silat sambil menyebarkan dakwah kepada mantan-mantan preman agar bertaubat dan
kembali ke jaan yang benar bukanlah hal yang mudah. Untuk membimbing preman tersebut membutuhkan proses dan memakan waktu yang sangat lama.
Penyampaian dakwah ke para preman-preman tersebut harus tegas namun menggunakan pendekatan-pendekatan yang persuasif atau lembut. Karena,
menurut babe Uci kita tidak bisa menyamakan mendidik murid silat yang masih sekolah dengan murid silat yang mantan preman.
“Kita sebagai guru ini kan kaya bengkel, ada murid rusak yang masuk ya harus kita benerin lagi mereka. Tapi kan untuk benerin mereka semua
butuh proses. Prosesnya juga butuh waktu yang sangat lama sekali itu, gabisa kita samain kaya makan sambel langsung dapet pedesnya. Intinya
dakwah kita ke mereka harus tegas tapi penyampaiannya harus lembut atau
secara persuasif.”
64
63
Dakwah H. Sanusi, pada pengajian malam Jumat, Kamis, 20 Oktober 2016, pada pukul 20.00 WIB.
64
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak H. Sanusi, kamis, 20 Oktober 2016, pada pukul 16.00 WIB.