Aktivitas Dakwah H. Sanusi Dengan Komunikasi Persuasif di Perguruan

dirinya perlahan sadar bahwa apa yang dilakukannya selama ini adalah kesalahan. “Awal –awal bergabung dengan PSPD, awalnya saya ini kan bandel preman, mabok. Terus saya tertarik nih ada yang mau ngajarin silat dah tuh. Awalnya saya sih cuma ikut ikutan terus ngilang, ampe akhirnya ngikut lagi dan mulai dari situ tuh nekunin dah nih silat, ternyata enak juga nih kita silat. Satu buat olahraga terus ada juga wejangan-wejangan atau nasehat dari Babe H. Sanusi. Nah dasehat-nasehat itu tuh yang buat saya jadi makin baik dah ya, makanya saya tetep silat ampe sekar ang.” 58 Banyak sekali nasehat maupun wejangan-wejangan yang Babe Uci sampaikan kepada muridnya di PSPD. Biasanya nasehat yang diberikan berasal dari Alquran dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, hal ini lah yang membuat perguruan silat PSPD berbeda dengan perguruan silat lainnya. Diantara banyaknya nasehat yang sering Babe Uci sampaikan, ada empat nasehat yang selalu Beliau sampaikan kepada murid-muridnya. Empat nasehat tersebut adalah tentang pendidikan akhlaq, tentang solat, pentingnya budaya malu, dan kewajiban muslim untuk menjaga diri serta keluarganya. 1. Pentingnya Pendidikan Akhlaq Pendidikan akhlaq sangatlah penting pada saat ini, terutama bagi remaja generasi-generasi muda penerus bangsa. Hal tersebut dinilai sangat penting karena semakin merosotnya etika dan moral generasi muda Indonesia saat ini. Trend dan figur artis barat yang selalu hidup bebas mereka jadikan sebagai 58 Hasil Wawancara pribadi dengan Muhammad Soleh, 5 Oktober 2016 pada pukul 19.00 WIB. kiblat mode, akhirnya budaya Indonesia yang terkenal sopan dan penuh tata krama semakin punah karena ditinggal oleh pemuda-pemudi bangsa. Hal tersebutlah yang sangat membuat Babe Uci miris, beliau sangat menyangkan semakin bobroknya akhlaq remaja masa kini, karena ada ungkapan yang berbunyi “maju bangsa karena akhlak, akhlak rusak hancurlah bangsa”. Sukses tidaknya suatu bangsa mencapai tujuan hidupnya tergantung atas berkomitmen atau tidaknya bangsa itu terhadap nilai-nilai akhlak. Jika bangsa tersebut sangat memperhatikan akhlak maka bangsa itu akan sukses, dan sebaliknya jika ia mengabaikan maka bangsa itu pun akan hancur. Maka dari itu dengan mendirikan PSPD, beliau mencoba mengajak remaja-remaja melestarikan budaya bangsa yaitu pencak silat. Mendirikan perguruan silat bukan hanya untuk membuat remaja remajanya melestarikan budaya betawi tetapi juga untuk menanamkan pendidikan akhlak di dalamnya. Karena pada dasarnya banyak ajaran silat yang memiliki unsur-unsur spiritual dan mengajarkan pada etika bermasyarakat. Babe Uci mengatakan bahwa kita sebagai muslim harus menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang penuh kelembutan, adab tata krama, etika, dan moral kepada setiap sesama manusia, karena pada intinya agama Islam turun ke dunia ini untuk memperbaiki akhlak manusia pada masa itu jahiliyah. Sesuai dengan ayat Alquran yang berbunyi “ Innama buitstu liutammima makarima al akhlaq , yang artinya sesungguhnya Islam itu turun untuk memperbaiki akhlaq manusia ”. Inti dari ajaran Islam sesungguhnya adalah kemuliaan akhlak, perbaikan akhlak, dan budi pekerti. Babe Uci menungkapkan jika kita mau berprilaku dengan akhlaq yang mulia dan sempurna, maka berpeganglah pada Alquran dan pahami makna yang terkandung di dalamnnya. “Jadi mereka remaja sat ini itu menghayati Islam hanya sekedarnya aja. Karna intinya Islam turun ke dunia kan buat perbaiki akhlaq manusia Innama buitstu liutammima makarima al akhlaq , yang artinya sesungguhnya Islam itu turun untuk memperbaiki akhlaq manusia”. Kalo akhlaqnya ga baik ya semuanya jadi ga akan baik. Akhlaq dan perilaku adalah cerminan pertama diri kita di mata orang lain. itu”. 59 Dalam dakwahnya Babe Uci berpesan bahwa kita sebagai manusia memang tidak ada yang sempurna dan tidak akan luput dari kesalahan. Namun, kita tidak boleh pasrah begitu saja, Allah mengutus nabi Muhammad SAW dengan tujuan sebagai prototipe atau panutan umat manusia untuk berakhlak mulia. Maka dari itu, kita sebagai umat Rasulullah SAW wajib menjadikan beliau sebagai uswatun hasanah teladan yang baik dalam sesgala segi kehidupan, karena dengan demikian aspek kehidupan kita sudah berislam secara kaffah total. 2. Keutamaan Shalat Shalat merupakan kewajiban yang paling utama bagi setiap muslim. Shalat juga amalan pertama umat manusia yang akan dihisab pada hari kiamat nanti. Maka dari itu kita sebagai umat Islam sangat dilarang untuk meninggalkan shalat, karena sesungguhnya dengan shalat dapat menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan munkar. Hal tersebut sesuai dengan surat Al-ankabut ayat 45, yang berbunyi: 59 Dakwah H. Sanusi pada pengajian malam Jumat, Kamis 20 Oktober 2016, pada pukul 20.00 WIB. ُ ۡتٱ َ ِم َكۡ ََِإ َ ِِو ُ أ ك َم ِ ٰ َتِ ۡلٱ ِ ِق َ أَو َةٰ َ ذص ٱ ذنِإ َةٰ َ ذص ٱ ِ َع ٰ ََۡنَت ِءك َشۡحَفۡلٱ َو َ نُ ۡ ٱ ِر ُر ۡ كِ َ ََو ِ ذّٱ َو ُۗ َبۡك َ أ ُ ذّٱ َن ُعَن ۡصَت َم ُ َ ۡعَي ٥ Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab Al Quran dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Ayat tersebut memberikan penjelasan kepada kita bahwasanya sholat merupakan salah satu dari rukun Islam atau pembeda antara yang muslim dan kafir, antara yang haq dan bathil benar-benar memiliki peranan penting dalam kehidupan kita. Maksud dari kalimat “mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar” adalah bagi setiap muslim yang melaksanakan sholat dengan ikhlas dan memang niat lillahi ta’ala maka sudah pasti mereka akan berhati-hati dalam bertindak apalagi sampai bebuat keji dan munkar. Menurut Babe Uci, umat Islam di Indonesia saat ini hanya identitas saja, banyak dari mereka yang mengaku Islam tetapi tidak melaksanakan kewajibannya sebagai muslim, salah satunya adalah melaksanakan sholat fardhu. Akhirnya banyak umat muslim Indonesia saat ini cenderung hanya mencari keuntungan materi dunia saja, mereka rela menghalalkan berbagai macam cara untuk pentingan pribadi, sekali pun harus merugikan orang lain.. Padahal dengan sholat bisa mengotrol perbuatan kita dalam kehidupan sehari- hari. “Sekarang banyak orang ngaku Islam tapi korupsi, nyuap, pokonya halalin macem cara buat diri sendiri dan ga bersyukur, Itu bukan ajaran Islam. Kalo pun mereka emang ngaku Islam, mereka ga memahmi Islam dan melaksanakan ajaran islam seutuhnya. Mereka ga menghayati agama Islam , kan di alquran ada ayat yang berbunyi “ Inna sholata tanha anil fahsa iwal munkar” yang artinya solat itu mencegah manusia dari perbuatan yang keji dan munkar. Kalo solat mereka baik mereka ga akan melakukan hal hal keji dan munkar, kalo solat mereka ga baik boro boro hal keji dan munkar yang ada mereka bakal hajr sono hajar sini. Ada adzan berkumandang mereka jalan terus. Jadi mereka tidak menghayati Islam secara seutuhnya. ” 60 Hal inilah yang selalu Babe Uci tanamkan kepada muridnya di Perguruan silat Pusaka Djakarta. Seperti diketahui sebelumnya, PSPD tidak memungut biaya untuk berlatih silat kepada muridnya. Bukan uang yang Babe Uci inginkan dari muridnya, yang beliau inginkan adalah muridnya tidak meninggalkan shalat lima waktu. karena dengan sholat tentu akan menghindari murid-murid di PSPD dari perbuatan keji dan munkar. “saya gak pernah memungut biaya latihan kepada murid saya, mereka shalat ga bolong-bolong aja itu udah cukup buat saya. Biar itu menjadi amal jariyah dari murid- murid buat saya”. 61 3. Budayakan Malu Malu adalah akhlak perangai yang mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga mampu menghalangi seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga dapat menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan maksiat serta mencegah sikap melalaikan hak orang lain. Malu merupakan sifat nabi Muhammad SAW, selain itu malu juga merupakan cabang dari iman 60 Dakwah Bapak H. Sanusi pada pengajian malam jumat, Kamis, 8 September 2016, pada pukul 20.00 WIB. 61 Hasil wawancara pribadi dengan H. Sanusi, Kamis 20 Oktober 2016, pada pukul 16.00 WIB. seorang muslim, maka dari itu malu tidak akan mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan. Seperti sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: “Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘ Lâ ilâha illallâh , dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri gangguan dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.” Shahîh: HR.al-Bukhâri. Budaya malu inilah yang ingin ditanamkan Babe Uci kepada setiap muridnya di PSPD. Menurut beliau, budaya malu di Indonesia saat ini sudah tidak ada. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin banyaknya tindak kejahatan saat ini, perempuan-perempuan remaja keluar rumah dengan pakaian yang terbuka, banyak anak sekolah hamil diluar nikah, semakin merosotnya etika dan moral anak remaja masa kini, dan masih banyak lagi. Fenomena yang disebutkan tadi adalah bukti bahwa budaya malu di Indonesia saat ini memang sudah hilang. Dalam prakteknya Babe Uci mengambil contoh negara Maju Jepang, negara berjuluk sakura itu sangat menjunjung tinggi nilai nilai ketimuran, salah satunya budaya disiplin dan malu. Orang-orang di negara tersebut sangat menghargai waktu, mereka berdisiplin dalam mengatur waktunya dan sangat malu apabila melakukan sebuah kesalahan, maka dari itu Negara tersebut bisa jauh lebih maju dari Indonesia saat ini. Di PSPD, Babe Uci menanamkan budaya malu dan disipin kepada murid-muridnya. Beliau memulai ha tersebut dari hal-hal yang kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti malu jika terlambat menunaikan shalat lima waktu, malu jika berbuat kesalahan, malu jika terlambat ke sekolah, malu jika menyusahkan orang lain. Menurut kakek berusia 85 tahun ini, Negara Indonesia memang mayoritas muslim, namun kebanyakan dari mereka kurang memahami Islam seutuhnya. Berbeda dengan Jepang, walaupun mereka bukan negara dengan penduduk mayoritas muslim, mereka selalu menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam kesehariannya, dimulai dari disiplinnya, tanggung jawabnya, etikanya, bahkan kebersihannya. Hal itulah yang menurut Babe Uci bisa membuat Jepang bisa lebih maju dari Indonesia. “Kita harus contoh negara Jepang. Tahun 45 mereka hancur sama kaya kita tapi mereka bisa sangat sekarang, kenapa? Karena mereka menanamkan budaya disiplin dan budaya malu ke setiap penduduknya makanya bisa maju. Kalo kita? kita ga ada budaya disiplin ama budaya malu. “al haya’u minal iman artinya malu itu sebagian dari iman”. Makanya orng kalo ga punya malu ya ga beriman, Islam itu besar ajarannya bagi orang yang mau mengerti dan memahami. Ya tapi kalo yang gamau ngerti ya yang ada mereka pusing dengerin ayat dengerin hadis, tapi kalo kita pelan pelan mempelajarinya insyallah kita paham seutuhnya. ” 62 4. Jagalah Diri Sendiri Dan Keluarga Pesan terakhir yang selalu Babe Uci dakwahkan kepada muridnya adalah kewajiban untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya. Pesan ini merupakan kutipan ayat dari surat At Tahrim ayat 6, yang berbunyi: َ ُيَأٓ َي َ يِ ذ َٱ َ أَو ۡ ُك َسُفن َ أ ْاك ُق ْا ُنَماَء َهُل ُقَو امر َن ۡ ُكيِ ۡه ُس ذنٱ َو ُةَر َجِ ۡ ۡٱ َ ۡيَ َع َن ُصۡعَي ذ َ ٞلاَدِش ٞظ ََِغ ٌةَ ِئٓ َلَم َ ذّٱ َنوُرَ ۡؤُي َم َن ُ َعۡفَيَو ۡ ُهَرَ َ أ ك َم ٦ “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” 62 Dakwah H. Sanusi, pada pengajian malam Jumat, Kamis, 20 Oktober 2016, pada pukul 20.00 WIB. Maksud dari ayat diatas adalah kita sebagi muslim diwajibkan untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang agama dan menimbulkan dosa agar terhindar dari panasnya api neraka. Dari uraian tersebut dapat memberi makna bahwa, tiap tiap diri di tengah tengah keluarga harus wajib untuk saling menyelamatkan dalam menjalankan amanah Allah dan Rasul. Maka dari itu, dalam keuarga sebaiknya saling mengingatkan tentang mana yang haq dan mana yang batil , tentunya dengan penyampaian yang tegas tetapi menggunakan pendekatan-pendekatan yang lembut layaknya dalam keluarga. Dalam dakwahnya, Babe Uci menyampaikan bahwa maksud dari kata “melindungi diri sendiri dan keluarga” disini bukan hanya melindungi dari siksaan api neraka saja, tetapi juga dari gangguan orang-orang jahat yang ingin mencelakai kita. Beliau menambahkan sebagai pesilat, kita memang tidak boleh menggunakan ilmu silat yang telah dipelajari untuk kekerasan, namun dalam pengecualian apabila terpaksa maka kita harus menggunakannya. Maksud “terpaksa” disini adalah misalnya kita atau keluarga dalam keadaan ingin dirampok, maka ilmu silat disini memang harus digunakan untuk membela diri. Jadi dengan berlatih silat, kita usdah mengamalkan surah At Tahrim ayat 6 untuk melindungi diri sendiri dan keluarga dari api neraka maupun dari gangguan orang jahat yang mengganggu kita. “ini poin yang paling utama setelah tiga poin sebelumnya, Ya ayyuhalazi na amanu quu anfusakum wa ahlikum naroo yang artinya hai orang yang beriman, jagalah diri kamu dan keluarga kamu dari api neraka. Dari ayat itu kan udah jelas kita muslim bisa silat juga wajib untuk menjaga diri sendiri dan keluarga. Jaga dari apa? Dari perbuatan dosa dan menjaga dari gangguan orang jahat, misal kita lagi naek motor ama istri, atau abang adik, terus ada orang mau rampok ya kita gabisa diem aja dong, harus kita beresin itu orang jahat. Jadi jaga dari perbuatan dosa supaya selamat di akhirat dan jaga dari orang jahat supaya selamat di dunia, gitu.... dunia akhirat kita selamat insyaallah.” 63 Selain dari keempat poin yang Babe Uci jelaskan tadi, masih banyak lagi nasehat maupun dakwah yang beliau sampaikan kepada muridnya di Perguruan Silat Pusaka Djakarta. Menurut beliau menjadi pelatih silat sambil menyebarkan dakwah kepada mantan-mantan preman agar bertaubat dan kembali ke jaan yang benar bukanlah hal yang mudah. Untuk membimbing preman tersebut membutuhkan proses dan memakan waktu yang sangat lama. Penyampaian dakwah ke para preman-preman tersebut harus tegas namun menggunakan pendekatan-pendekatan yang persuasif atau lembut. Karena, menurut babe Uci kita tidak bisa menyamakan mendidik murid silat yang masih sekolah dengan murid silat yang mantan preman. “Kita sebagai guru ini kan kaya bengkel, ada murid rusak yang masuk ya harus kita benerin lagi mereka. Tapi kan untuk benerin mereka semua butuh proses. Prosesnya juga butuh waktu yang sangat lama sekali itu, gabisa kita samain kaya makan sambel langsung dapet pedesnya. Intinya dakwah kita ke mereka harus tegas tapi penyampaiannya harus lembut atau secara persuasif.” 64 63 Dakwah H. Sanusi, pada pengajian malam Jumat, Kamis, 20 Oktober 2016, pada pukul 20.00 WIB. 64 Hasil wawancara pribadi dengan Bapak H. Sanusi, kamis, 20 Oktober 2016, pada pukul 16.00 WIB.

D. Faktor Pendukung Dan Penghambat Komunikasi Persuasif Dalam

Aktivitas Dakwah di Perguruan Pencak Silat Pusaka Djakarta Banyak suka dan duka yang dihadapi selama merintis perguruan silat Pusaka Djakarta agar bisa bertahan sampai saat ini. Banyak faktor pendukung dan penghambat dalam mendirikan maupun berdakwah di Perguruan silat Pusaka Djakarta, seperti dijelaskan dibawha ini: 1. Faktor Pendukung a. Sosok Kharismatik Babe Uci Semua murid di PSPD sangat menghormati Babe Uci, hal tersebut karena beliau memiliki jiwa kharismatik seorang pemimpin. Sejak tahun 1957 beliau tidak pernah letih membimbing dan mengayomi murid- muridnya yang berlatih silat. Karena faktor itulah semua murid di Pusaka Djakarta yang menghormati babe Uci. Sebagai seorang pemimpin, Babe Uci memiliki Power Of Leader atau kekuatan seorang pemimpin. Meskipun sudah berumur 85 tahun, beliau tetap turun langsung untuk mebimbing dan mengayomi murid- muridnya di PSPD. Selain itu, menurut Soniatul Fallah, murid babe Uci, beliau tidak pernah merasa sombong dengan semua prestasi yang telah diraih selama mengabdikan diri untuk pencak silat. “Satu hal yang menurut saya paling menonjol dalam diri Babe, low profile. Ada kalimat yang saya tanam dalam hati saya, yang sempat di ucapkan Babe ketika menjadi pembicara dalam salah satu acara seminar kebudayaan silat betawi, kalimat ini terlontar dari Babe ketika pembawa acara memanggil babe dengan sebutan “Guru Besar”, ketika itu babe menjawab “Saya bukan guru besar, semua kecil, yang besar Cuma Allah”. Selain itu Babe juga dikenal sebagai maestro silat, namun masih mau mengajari atau melatih mayarakat biasa, yang jelas-jelas secara ekonomi menengah kebawah. ” 65 b. Panggilan Hati Seperti dijelaskan sebelumnya, banyak diantara murid di PSPD yang berasal dari para preman-preman. Awalnya memang banyak dari mereka yang ingin belajar ilmu beladiri di perguruan Pusaka Djakarta, namun dengan bimbingan babe Uci dan semakin sering berlatih silat, banyak dari mereka yang mulai sadar bahwa apa yang telah mereka lakukan dan jalani selama ini adalah kesalahan. Akhirnya banyak dari preman- preman tersebut yang terpanggil hatinya untuk bertaubat di jalan Allah SWT. Hal tersebut dibenarkan oleh Muhammad Soleh, murid Babe Uci yang juga mantan preman, dirinya mengakui bahwa awal berlatih silat di PSPD hanya untuk belajar ilmu beladiri atau ilmu kebal agar selamat ketika berkelahi di jalan. Namun, dengan pendekatan dan banyak sekali dakwah yang diberikan oleh babe Uci membuat dirinya sadar bahwa hidup ini hanya sementara dan juga membuat dirinya sadar bahwa apa yang dilakukan selama ini salah, hingga akhirnya membuat dirinya bertaubat. Hal ini bukan terjadi pada Muhammad Soleh saja, menurut Babe Uci memang banyak muridnya yang berasal dari kalangan preman 65 Hasil wawancara pribadi dengan Soniatul Fallah, Kamis, 6 Oktober 2016, pada pukul 19.00 WIB. dengan alasan untuk memperkuat diri, sama dengan Muhammad Soleh banyak dari mereka yang akhirnya bertaubat. “Ada banyak, dari dulu sampe sekarang ada. Yang udah meninggal juga banyak. Ya mereka dateng ke saya minta diajarin ilmu silat katanya, ya saya ajarin mereka tapi dengan syarat mereka harus solat. Setelah lama mereka berlatih saya kasih siraman rohani ke mereka, saya langsung buka mata hati mereka buat keluar dari jalan mereka dan bertaubat. Setelah memakan waktu yang lama ya banyak akhirnya dari mereka yang insyaf dan taubat. Memang sudah jalan takdirnya mungkin mereka bertemu saya dan panggilan hati mereka yang akhirnya menyadarkan.” 66 c. Masyarakat Dukungan masyarakat kepada Babe Uci untuk mendirikan PSPD sangat berpengaruh agar perguruan silat ini bisa bertahan sampai saat ini. Banyak masyarakat sekitar Gg. Bedeng mempercayakan anak-anak mereka untuk berlatih silat di Perguruan Pusaka Djakarta. Dengan mempercayakan anaknya untuk berlatih silat di PSPD merupakan bentuk dukungan nyata yang diberikan masyarakat. Karena, suatu perguruan ataupun lembaga pendidikan apapun tanpa adanya murid untuk dididik bukanlah apa-apa. Bukan hanya itu saja, menurut hasil pengamatan peneliti ketika PSPD sedang melaksanakan acara entah itu besar atau kecil, banyak masyarakat sekitar yang mendukung atau membantu untuk menyukseskan acara tersebut. Misalnya, ketika sedang merayakan hari 66 Hasil wwawancara pribadi dengan Bapak H. Sanusi, kamis, 27 Oktober 2016, pada pukul 19.00 WIB. Maulid nabi Muhammad SAW dan terpaksa menutup jalan, tidak satu warga pun yang tidak setuju dengan acara tersebut, bahkan sebagian dari mereka ada yang ikut membantu untuk menjadikan halaman rumah sebagai tempat parkir dan tak sedikit juga yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. d. Pemerintah Sebagai salah satu cagar budaya nusantara, pencak silat memiliki keunikan kebudayaan yang seharusnya dapat dilestarikan dan diperhatikan. Salah satu yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah dengan mengenalkan kepada masyarakat umum maupun luar negeri sebagai wisata kebudayaan. Dukungan Pemerintah sangat dibutuhkan agar kebudayaan Indonesia bisa bertahan dan tidak diambil negara lain. Tanpa terkecuali Perguruan silat Pusaka Djakarta, perguruan silat beraliran gerak cepat khas Betawi ini sangat membutuhkan dukungan Pemerintah untuk bisa bertahan. Semenjak pertama kali beridiri, perguruan silat maupun Babe Uci sangat sering mendapatkan penghargaan, piagam, atau dipercaya untuk mengisi acara Nasional maupun Internasional. Penghargaan seperti itu merupakan bentuk dukungan Pemerintah kepada pewaris kebudayaan-kebudayaan bangsa, juga dengan penghargaan tersebut bisa memacu semangat penerus generasi bangsa untuk terus berkarya dan terus berprestasi dibidang pencak silat. Terakhir, Perguruan Silat Pusaka Djakarta dipercaya oleh Pemerintahan Provinsi Pemprov DKI Jakarta sebagai wakil kontingen