Ilmu Komunikasi LANDASAN TEORI

d. Debat dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyeleaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama. e. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta pembentukan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan dalam semua bidang kehidupan. f. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan tujuan melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang serta membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetikanya. g. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan imaji dari tari, drama, kesenian, kesusastraan, musik, olahraga, kesenangan, kelompok, dan individu. h. Integrasi menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang diperlukan agar saling mengenal, mengerti, serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain. 16 16 Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia, 2015, h. 28-29. Pendapat lain mengatakan, bahwa komunikasi mempunyai tiga fungsi sosial, yaitu: a. Fungsi pengawasan, menunjukan pada upaya pengumpulan, pengolahan, produksi dan penyebarluasan informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi baik di dalam maupun di luar lingkungan suatu masyarakat. Upaya ini selanjutnya diarahkan pada tujuan untuk mengendalikan apa yang terjadi di lingkungan masyarakat. Misalnya, mencegah kekerasan, memlihara ketrtiban dan keamanan. b. Fungsi korelasi, menunjukan pada upaya memberitakan interpretasi atau penafsiran informasi mengenai peristiwa- peristiwa yang terjadi. Atas dasar interpretasi informasi ini diharapkan berbagai kalangan atau sebagian masyarakat mempunyai pemahaman, tindakan atau reaksi yang sama atas peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dengan kata lain, melalui fungsi korelasi ini komunikasi diarahkan pada upaya pencapaian konsesus kesepakatan. Kegiatan yang demikian, lazim disebut sebagai kegiatan propaganda. Misalnya pemberitaan surat kabar yang isinya menyarankan agar warga masyarakat mau menerima dan melaksanakan program Keluarga Berencana KB. c. Fungsi sosialisasi merujuk pada upaya pendidikan dan warisan nilai-nilai, norma-norma, dan prinsip-prinsip dari satu generasi ke genarasi lainnya atau dari anggota kelompok masyarakat lainnya. Misalnya pendidikan dan pewarisan mengenai kemampuan berbahasa kepada anak-anak dan cucunya, kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, penyuluhan program KB kepada masyarakat. 17 Dari berbagai penjelasan fungsi diatas, penulis menyimpulkan bahwa komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan- tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang. Tujuan jabgka pendek, misalnya memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati dan sebagainya. Adapun jangka panjang dapat diraih melalui keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing, ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan tersebut berkaitan dalam arti bahwa berbagai pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karir, misalnya memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial dan kekayaan. R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnent, dalam buku beliau yang berjudul “Teaching for Effective Communication” bahwa tujuan sentral komunikasi terdiri atas tiga tujuan, yaitu: a. To secure understanding untuk menyamakan pemahaman. b. To estasblish acceptance membangun penerimaan. c. To motivate action memotivasi tindakan. 18 17 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999, h. 44-45. 18 H.A. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bandung: Bumi Aksara, 1997, cet ke-3, hal. 10. Tujuan pertama dari komunikasi adalah to secure understanding yaitu memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Setelah komunikan mengerti dan menerima maka penerimanya itu harus dibina to establish acceptance . Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan to motive action . Jadi, tujuan komunikasi bagimana suatu pesan dapat sampai dan diterima oleh komunikan sehingga menimbulkan efek tertentu. Secara singkat dapat ditegaskan bahwa komunikasi bertujuan mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan. Setiap akan mengadakan komunikasi, komunikator perlu mempertanyakan tujuannya. 19 3. Jenis-Jenis Komunikasi Pengelempokan jenis-jenis komunikasi bertujuan untuk membedakan antara bentuk satu komunikasi dan komunikasi yang lainnya dengan tujuan efektifitas pesan komunikasi, terutama pada sasaran dan media yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan agar sesuai dengan tujuan komunikasi. Jenis komunikasi dapat dibedakan menjadi: 1. Komunikasi personal, terdiri atas: a. Komunikasi intrapersonal; b. Komunikasi interpersonal; 2. Komuniaksi publik. 3. Komunikasi massa. 19 Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia, 2015, h. 27. a. Komunikasi intrapersonal Komunikasi intrapribadi atau komunikasi intrapersonal adalah proses penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi dalam diri komunikator, antara diri sendiri. Jenis komunikasi ini merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolis dari pesan-pesan yang diproduksi melalui proses pemikiran internal individu. 20 Aktivitas dari dari komunikasi intrapribadi yang dilakukan sehari- hari dalam upaya memahami diri pribadi, diantaranya berdoa, bersyukur, intropeksi diri dengan meninjau perbuatan, seperti melamun, merencanakan aktivitas yang akan dilakukan, dan berimajinasi secara kreatif. b. Komunikasi interpersonal Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antarindividu yang lain atau kurang lebih secara tatap muka face to face . Sebagaimana dinyatakan oleh R. Wayne Pace yang dikutip oleh Hafied Changara, “ international communication involving to more people in face to face setting. ” 21 Menurut sifatnya komunikasi antar pribadi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu komunikasi diadik dan komunikasi kelompok-kelompok kecil. Adapaun yang dimaksud dengan komunikasi diadik adalah komunikasi yang berlangsung dua orang secara tatap muka. 20 Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 102. 21 Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, cet ke-2, h. 31. Sedangkan komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi yang berlangsung anatara tiga orang atau lebih secara tatap muka yang anggotanya antara satu sama lain saling berinteraksi. 22 c. Komunikasi publik Komunikasi publik adalah prsoes komunikasi yang terjadi antara satu individu dengan khalayak yang banyak secara tatap muka seperti acara pidato presiden, ceramah agama, khutbah jumat, dan pengajian majelis ta’lim. Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung secara kontinu dengan pembicara dan yang dapat diidentifikasi. Interaksi antara narasumber dengan penerima pesaan sangat terbata. Hal ini karena waktu yang digunakan sangat terbatas. 23 d. Komunikasi massa Komunikasi massa adalah jenis komunikasi dimana pesan yang disampaikan secara langsung oleh komunikan, tapi melalui sebuah media massa, seperti, radio, televisi, media cetak, dan internet. Perbedaan komunikasi massa dengan komunikasi lain intinya adalah sifat pesan dan komunikasi massa yang terbuka dengan khalayak yang variatif baik dilihat dari segi agama, suku, pekerjaan, dan sebagainya. 24 22 Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 32. 23 Hafied Changara, Pengantar Imu komunikasi, h. 33. 24 Hafied Changara, Pengantar Imu Komunikasi, h. 35-37.

B. Komunikasi Persuasif

1. Pengertian Komunikasi Persuasif Secara etimologi, persuasi adalah “meyakinkan, lunak, tanpa kekerasan”. Sedangkan secara istilah persuasif dapat diartikan “sebuah pendekatan untuk dapat meyakinkan, membujuk, dengan sebuah argumen yang menguraikan suatu masalah atau keadaan yang dibuktikan dengan data-data dan fakta-fakta yang bertujuan untuk memengaruhi dan agar mereka mau mengikuti atau melakukan sebagaimana yang diharapkan. 25 Jalaludin Rahmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi mengatakan bahwa komunikasi persuasif dapat didefinisikan juga sebagai proses memengaruhi dan mengendalikan pendapat, perilaku, dan tindakan orang lain melalui pendekatan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri. 26 Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi persuasif adalah sebuah proses mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku orang lain, baik secara verbal maunpun non verbal. Proses itu sendiri adalah setiap gejala atau fenomena yang menunjukan suatu perubahan yang terus menerus dalam konteks waktu, setiap pelaksanaa atau perlakuan secara terus-menerus. Ada dua persoalan yang berkaitan dengan pengunaan proses, yakni persoalan dinamika objek, dan persoalan penggunaan bahasa. 25 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Penerbit Arkola, 1994, h. 593. 26 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, h. 14. Komunikasi persuasif dapat dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Sementara komunikasi persuasi secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang dapat digugah. 27 Maksud komunikasi persuasif dalam kerangka dakwah adalah komunikasi yang senantiasa berorientasi pada segi- segi psikologis mad’u dalam rangka membangitkan kesadaran mereka untuk menerima dan melaksanakan ajaran Islam. 2. Metode Komunikasi Persuasif Seorang komunikator hendaknya membekali diri mereka dengan teori-teori persuasif agar ia dapat menjadi komunikator yang efektif. Sehubungan dengan proses komunikasi persuasif, terdapat beberapa teori yang dapat digunakan sebagai dasar kegiatan yang dalam pelaksanaanya bisa dikembangkan menjadi beberapa metode, anatara lain: 28 a Metode asosiasi : adalah penyajian pesan komunikasi dengan jalan menumpangkan pada suatu peristiwa yang aktual, atau sedang menarik perhatian dan minat massa. Metode ini secara umum sering dilakukan oleh kalangan 27 Soleh Soemirat, dkk, Komunikasi Persuasif Universitas Terbuka, 2007 h. 4-5. 28 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, h. 125- 126. pebisnis atau para politikus. Popularitas figur-figur tertentu dimanfaatkan dalam kerangka pencapaian tujuan-tujuan tertentu. b Metode integrasi : kemampuan untuk menyatukan diri dengan komunikan dalam arti menyatukan diri secara komunikatif, sehingga tampak menjadi satu, atau mengandung arti kebersamaan dan senasib serta sepenanggungan dengan komunikan, baik dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Contoh pada penggunaan kata kita bukan kata saya atau kami. Kata kita berarti saya dan anda. Hal ini mengandung makna bahwa yang diperjuangkan komunikator bukan kepentingan diri sendiri melainkan juga kepentingan komunikan. c Metode pay - off dan fear-arousing : yakni kegiatan mempengaruhi orang lain dengan jalan melukiskan hal-hal yang menggembirakan dan menyenangkan perasaannya atau memberi harapan iming-iming, dan sebaliknya dengan menggambarkan hal-hal yang menakutkan atau menyajikan konsekuensi yang buruk dan tidak menyenangkan perasaan. d Metode Icing : yaitu upaya menyusun pesan komunikasi sedemikian rupa sehingga enak didengar, atau enak dilihat atau enak dibaca dan orang memiliki kecenderungan untuk mengikuti apa yang disarankan oleh pesan tersebut. Metode Icing dalam kegiatan komunikasi persuasif adalah seni menata pesan dengan imbauan-imbauan sedemikian rupa sehingga menarik. . Wilbur Schramm di dalam bukunya “ The Process and Effect of Mass Communication, ” mengemukakan bahwa berhasilnya komunikasi persuasif perlu dilaksanakan suatu persuasif yang biasa disebut AIDDA. 29 Formula AIDDA merupakan kesatuan dari tahapan-tahapan komunikasi persuasif, di antara penjelasannya sebagai berikut: a. Attention perhatian b. Interest ketertarikan c. Desire keinginan d. Action kegiatan Formulasi AIDDA diatas didahului dengan upaya membangkitkan perhatian. Apabila perhatian sudah terbangkit kini menyusul upaya menumbuhkan rasa tertarik atau “minat” dalam mengutarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan komunikan, oleh karenanya seorang komunikator terlebih dahulu harus mengenal siapa komunikan yang dihadapinya. Selanjutnya memunculkan hasrat keinginan pada komunikasi untuk ajakan, bujukan, dan rayuan. Di sini himbauan emosional perlu ditampilkan oleh 29 Oemi Abdurrahman, Dasar-Dasar Public Relations, Bandung: Pt. Citra Aditya Bakti, 2001, cet ke-12, h. 61-62.