Aktivitas Dakwah LANDASAN TEORI

Bila dipahami dari berbagai sudut pandang terlihat bahwa esensi dakwah Islam sesungguhnya kegiatan dan upaya mengajak manusia atau orang lain agar kembali kepada kesucian, agar menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya secara utuh dan menyeluruh. 3. Unsur-unsur dakwah Unsur-unsur dakwah merupakan pembagian penting dalam berdakwah. Disini, terdapat banyak kesamaan yang amat sangat mendasar antara teori yang digunakan para ulama atau pun para cendikiawan muslim dengan teori Laswell S-M-C-R=Ef, maka dalam dakwah ada istilah da’i pelaku dakwah , mad;u sasaran dakwah , maddah maeri dakwah , wasilah media dakwah , thariqah pesan dakwah , dan atsar efek. a. Da’i pelaku dakwah Da’i adalah individu atau sekelompok muslim dan muslimah yang mempunyai keteladanan yang baik dalam mengemban misi Islam dalam upaya menyeru kepada yang ma’ruf dan menegah dari perbuatan munkar. 40 Pada prinsipnya setiap seorang muslim mempunyai kewajiban untuk menyampaikan dakwah islamiyah, paling tidak untuk dirinya dan keluarga. Sebagaimana diamanatkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran yang berbunyi: 40 K.H. Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998, cet ke-1, h. 78. َ ُيَأٓ َي َ يِ ذ َٱ َهُل ُقَو امر َن ۡ ُكيِ ۡهَأَو ۡ ُكَسُفنَأ ْاك ُق ْا ُنَماَء ُس ذنٱ َو ُةَر َجِ ۡ ۡٱ َ ۡيَ َع َن ُصۡعَي ذ َ ٞلاَدِش ٞظ ََِغ ٌةَ ِئٓ َلَم َ ذّٱ َنوُرَ ۡؤُي َم َن ُ َعۡفَيَو ۡ ُهَرَ َ أ ك َم ٦ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Q.S. At-Tahrim: 6 Dengan demikian dapat dipahami bahwa setiap seorang yang menyatakan beragama Islam, maka secara otomatis ia memikul suatu kewajiban untuk meaksanakan dakwah Islam. b. Mad’u sasaran dakwah Mad’u merupakan target yang menjadi objek utama dalam berdakwah. A.H. Hasanuddin berpendapat bahwa “Orang yang diseru, dipanggil, atau diundang”. 41 Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami, bahwa yang dinamakan dengan mad’u memiliki berbagai kelas yang terbagi dalam sosial, ekonomi, geografis, profesi, bahkan sampai kepada tingkatan usia dan pengetahuan. H.M. Arifin dalam bukunya yang berjudul Psikologi Dakwah, menjabarkan tingkatan yang ada, yaitu: 41 A.H. Hasanuddin, Rethorika Dakwah dan Publistik Dalam Kepemimpinan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, cet ke-1, h. 33. 1. Sosiologis, meliputi berbagai lapisan masyarakat, yaitu masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, Kota kecil, serta masyarakat marjinal di Kota besar. 2. Struktur kelembagaan, biasanya dikenal dengan istilah priyai, abangan, dan santri. Hal ini banyak ditemukan di daerah masyarakat jawa. 3. Tingkatan usia, mulai dari yang muda hingga yang tua. Hal ini terjadi karena dipengaruhi tingkat kedewasaan yang seiring dengan usia. 4. Profesi, tingkatan ini biasanya mencakup petani hingga eksekutif. 5. Ekonomi, struktur antara yang kaya hingga yang miskin. 6. Jenis kelamin baik pria maupun wanita. 7. Masyarakat khusus, tunasusila, tunawisma, tunakarya, narapidana dan sebagainya. 42 c. Materi dakwah Materi dakwah yang disampaikan oleh da’i tidak lain adalah sesuai dengan Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak. 43 Seorang da’i dituntut untuk memilih dan menentukan topik tertentu yang a kan disampaikan kepada mad’u yang mendengarkannya dengan memperhatikan kondisi serta kebutuhan mad’u yang menjadi objek 42 H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, h. 13-14. 43 Wahdi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997, h. 33. dakwah tersebut, dengan harapan da’unya dapat memahami betul apa yang disampaikan da’i sehingga mad’u tidak mengalami kesulitan untuk memahami dan mencernanya. d. Metode dakwah Abdul Kadir Munsyi, mengartikan metode sebagai cara untuk menyampaikan sesuatu. 44 Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran agama Islam disebutkan bahwa metode adalah “suatu cara yang sistematis dan umum terutama dal am mencari kebenaran ilmiah”. 45 Metode adalah cara kerja yang sistematis dan teratur untuk pelaksanaan suatu cara kerja. 46 Dari banyaknya pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode adalah sebuah cara yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan agar tercapainya kesepahaman tentang apa yang disampaikan. Rafiffuddin dan M. Abdul Djalil, menguraikan beberapa metode dalam berdakwah, yaitu sebagai berikut: 1 Qoulan Ma’rufan, bakwah bil lisan atau dengan bicara dalam pergaulannya sehari-hari yang disertai dengan misi agama seperti penyebarluasan salam. 2 Dakwah bil qalam dengan menggunakan keterampilan tulis menulis berupa artikel. 44 Abd. Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, Surabaya: al-Ikhlas, 1983, cet ke- 1, h. 29. 45 Soeleiman Yusuf, Slamet Susanto, Pengantar Pendidian Sosial, Surabaya: Usaha Nasional, 1981, h. 38. 46 Paus A. Partanto, M. Dahlan al-Bahri, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Usaha Nasional, 1994, h. 461. 3 Dakwah bil hal dengan menggunakan berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat. 4 Dakwah dengan alat-alat elektronik seperti radio, televisi, komputer, dan alat lainnya yang dapat menunjang berdakwah. 47

D. Pencak Silat

1. Pengertian Pencak Silat Menurut kamus besar bahasa indonesia, silat berarti “permainan” keahlian dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang, dan membela diri, baik dengan maupun tanpa senjata. Menurut Ali Sabeni, pencak dapat diartikan jurus-jurus. Silat dapat diartikan Shalat, sebelum Shalat didahului dengan wudhu. Di dalam proses wudhu, tangan kiri dan tangan kana saling membersihkan dari hal-hal yang kotor. Jadi pencak silat itu bukan untuk mencari permusuhan atau berkelahi, namun untuk sarana pergaulan seperti layaknya tangan kiri dan tangan kanan tadi. 48 Sebab itulah orang-orang yang pandai silat janganlah sombong dan takabur. Dia harus ramah-tamah, dan jangan sekali-kali berbuat keonaran. 47 Raffifuddin, M. Abd. Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, Pustaka Setia, 1997, cet ke- 1, h. 25. 48 Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Pencak Silat, Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 19921993, h. 37. Selain itu Ali Sabeni menyatakan bahwa Silat itu kependekan dari Silaturahmi. Jadi orang-orang yang belajar silat dapat diartikan dididik untuk bersilaturahmi dengan sesama umat. Ada juga tentang kode menghormat kepada para tamu dengan cara kepalan tangan kanan ditutup oleh telapak tangan kiri diletakkan di muka dada. Ini mengandung arti bahwa kekuatan yang dimiliki oleh tangan kanan jangan sampai ditonjolkan sombong, karena itu tandanya harus ditutup dengan telapak tangan kiri. Jelasnya gerakan tersebut melambangkan jangan sampai memperlihatkan kekuatan pada siapapun, jangan sombog, dan takabur. Dengan demikian yang disebut pencak silat itu adalah jurus-jurus serta kembangannya yang berupa tarian baik mempergunakan senjata maupun tangan kosong yang berfungsi sebagai silaturahmi, olahraga, pendidikan mental spiritual, sarana pergaulan serta untuk membela diri. Ada banyak sekali aliran pencak silat di tanah air Indonesia, salah satunya adalah pencak silat khas Betawi. Pencak silat Betawi atau maen pukulan, memiliki peranan sangat penting dalam kancah penccak silat nasional. Mengingat hampir separuh dari sekitar 600-800 aliran atau perguruan yang ada di Indonesia berasal dari Jakarta. Ada sekitar 317 aliran maen pukulan di tanah Betawi, yang merupakan pengembangan dari sekitar 100-200 pecahan aliran dari aliran inti. Jumlah 317 aliran tersebut merupakan data yang dimiliki PPS Perguruan Pencak Silat Putra Betawi, namun perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikannya. Keempat aliran inti itu didasarkan atas karakter dan bentuk maen pukulan, yang terdiri dari gerak cepat, gerak rasa, gerak kuat, gerak teguh, dan gerak rasa. 49 2. Manfaat pencak Silat Pencak silat merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia yang bernilai luhur. Nilai-nilai luhur pencak silat terkandung dalam jati diri yang meliputi 3 hal pokok sebagai satu kesatuan, yaitu budaya Indonesia sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaannya, pembinaan mental spiritual budi pekerti, bela diri, seni, dan olahraga sebagai aspek integral dan substansinya. R. Asikin mengatakan bahwa fungsi atau manfaat pencak silat bukan untuk berkelahi semata, tetapi untuk: a. olahraga, di dalam pencak silat terdapat unsur-unsur olahraga untuk menyehatkan badan. Tidak sedikit para atlet silat yang memiliki badan sehat, dikarenakan dengan silat kita dapat merenggangkan otot-otot yang tegang, sehingga otot-otot tersebut menjadi kuat. Jadi, jelas disini bahwa pencak silat itu mengandung unsur olahraga. b. Kesenian, dalam gerakan pencak silat banyak sekali mengandung gerakan-gerakan tarian. Tiap aliran pun memiliki gerakan atau tarian yang berbeda-beda, tergantung asal aliran pencak silat tersebut. Jadi 49 O’ong Maryono, Maen Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi, Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2016, cet ke-1, h. 7. dengan kita berlatih silat, secara tidak langsung kita melestarikan kesenian bangsa Indonesia. c. Pendidikan, di dalam pelatiahn pencak silat terdapat proses latih-melatih jurus silat. Ada orang yang melatih dan ada juga orang yang dilatih. Dalam penyampaiannya, materi pelatihan sangat beragam, tergantung kepada pengalaman dan pengetahuan si pelatih itu sendiri. d. Membela diri, suda sangat jelas bahwa silat bukan untuk berkelahi tetapi untuk membela diri. Ali Sabeni mengatakan bahwa pencak silat bukan untuk berkelahi atau mencari musuh, melainkan untuk membela diri jika ada yang menyerang. 50 3. Silat sebagai dakwah dan mental spritual Silat sebagai seni budaya yang sudah ada sejak dahulu memberikan cerita tersendiri, di antaranya adalah silat sebagai media dakwah oleh para ulama dalam menyebarkan ajaran Islam di bumi Nusantara. Untuk menarik minat masyarakat, dalam silat yang diajarkan oleh para ulama umumnya memiliki muatan nilai keislaman. Namun, tidak semua perguruan pencak silat memiliki dan mengajarkan pencak silat mental spritual. Perguran pencak silat yang menajarkan pencak silat mental spiritual tidak ditampilkan secara tersendiri, tetapi bersama-sama atau terpadu dengan cabang pencak silat lain yang 50 Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Pencak Silat, Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 19921993, h. 43-44.