5.4.1.6 Analisis formula melodi bentuk
Terdapat beberapa istilah yang lazim digunakan untuk mengidentifikasi garapan formula melodi sebuah komposisi musik.
a. Repetitif dapat digunakan untuk menggambarkan bentuk nyanyian yang
memakai formula melodi yang relatif pendek dan selalu diulang-ulang. b.
Iteratif yaitu nyanyian dengan formula melodi yang kecil dengan
kecenderungan pengulangan-pengulangan dalam keseluruhan nyanyian. c.
Apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frase pertama setelah terjadi
penyimpangan-penyimpangan melodi, bentuk ini disebut reverting. d.
Jika salah satu dari bentuk tersebut diulang dengan formalitas yang sama tetapi
dengan teks nyanyian yang cenderung baru, disebut strofic. e.
kalau bentuknya selalu berubah dengan menggunakan materi teks yang selalu baru, ini disebut progressive.
64
Bentuk dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan diantara bagian-bagian dari sebuah komposisi yang merupakan struktur dari keseluruhan sebuah
komposisi, termasuk hubungan diantara unsur-unsur melodis dan ritmis. Hubungan- hubungan antara bagian-bagiannya tersebut biasanya digambarkan dengan kode
huruf, yaitu A, B, C, dan seterusnya. Selanjutnya dua bagian yang bermiripan tetapi tidak persis sama digambarkan dengan tambahan angka di atas baris; misalnya, A,
64 Malm., op. cit., 17.
Universitas Sumatera Utara
A1 dan A2 adalah dua bagian yang dianggap sebagai variasi dari bahan musikal yang sama.
Dalam mendeskripsikan bentuk sebuah komposisi, terlebih dahulu kita harus membaginya ke dalam bagian-bagian. Patokan yang bisa dipakai dalam
pembagian tersebut adalah: 1 pengulangan—bagian komposisi yang diulangi bisa dianggap sebagai satu unit; 2 frasa-frasa dan istirahat—istirahat atau pengurangan
intensitas suara decressendo mungkin menunjukkan batas akhir sebuah unit; pengulangan dengan perubahan—umpamanya, transposisi lagu atau pengulangan
pola ritmis dengan nada-nada lain; 4 satuan teks dalam musik vokal, seperti kata atau baris dalam sajak atau pantun.
Dengan mengacu pada patokan pembagian di atas dan setelah dihubungkan dengan perjalanan melodi yang menjadi sampel dalam tulisan ini maka penulis
menyimpulkan bahwa perjalanan melodi di atas terdiri dari 5 bentuk yang terrinci sebagai berikut :
a. Bentuk pertama terbagi atas intro dan interlude. Oleh karena alur meodi antara
intro dan interlude percis sama, maka bentuk ini diberi lambang huruf yang sama yakni bentuk A.
b. Bentuk kedua terbagi atas bridge I melodi jembatan I dan bridge II melodi
jembatan II. Oleh karena alur melodi kedua bridge tersebut memiliki kemiripan walaupun tidak percis sama, maka bentuk ini dibagi menjadi dua yakni
dibedakan atas bentuk B bridge I dan B2 bridge II. c.
Bentuk yang ketiga terdiri atas bagian ending penutupan yakni dinamakan bentuk C.
Universitas Sumatera Utara
Contoh bentuk A dapat dilihat pada bagian intro pada bar yang ke-10 hingga bar yang ke-14, dan bagian interlude yakni pada bar yang ke-47 hingga bar
yang ke-45 yakni sebagai berikut :
Contoh bentuk B bridge I dapat dilihat mulai dari bar yang ke16, bar 22, bar 24, bar 30, bar 38, hingga bar 40 yakni sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Contoh bentuk B2 bridge II dapat dilihat mulai dari bar yang ke-57, bar 63, bar 65, bar 71, bar 79, bar 81, bar 83, bar 87, bar 89, bsr 91, bar 93, bar 95, bar
99 yakni sebagai berikut :
Contoh bagian bentuk C dapat dilihat pada bagian penutupan ending seperti berikut :
5.4.1.7 Identifikasi tema thematic material
Yang dimasksud dengan identifikasi tema thematic material di sini ialah unsur-unsur musik yang dijadikan dasar dari suatu komposisi. Dasar komposisi
Universitas Sumatera Utara
tersebut disebut motif yaitu the smallest melodic germ, made of a few tones and rhythms, kesatuan melodi terkecil yang terdiri dari beberapa nada atau ritme,
65
atau unsur lagu yang terdiri dari sejumlah nada yang dipersatukan dengan suatu gagasan
atau ide.
66
Untuk menganalisis motif melodi sulim pada komposisi di atas, penulis mengelompokkannya menjadi motif [a,b,c,d,e,f,g]. Pertimbangan yang paling
utama dalam pengelompokan motif ini adalah berdasarkan susunan nada-nadanya. Motif yang selalu diulang-ulang diberi identitas dengan menambah angka
dibelakang identitas motifnya—misalnya, motif [a1, a2, dst] adalah ulangan dari motif [a] dengan atau tanpa penambahan augmentation atau pun pengurangan
diminution satu atau pun beberapa nada dari motif dasarnya, atau motif [b1, b2, dst] adalah ulangan dari motif [b]. Sedangkan untuk motif yang hanya satu kali saja
muncul, dijadikan sebagai motif baru. Motif biasanya selalu diulang-ulang dan dikembangkan dalam suatu
komposisi.
Motif [a] memiliki dua kali pengulangan yakni [a1,a2] terdapat pada bar yang ke-16, bar 57, dan bar 65. Bentuk motif tersebut yakni sebagai berikut :
Motif [b] memiliki dua kali pengulangan yakni [b1,b2] terdapat pada bar yang ke-24, 40, dan bar 81. Bentuk motif tersebut yakni sebagai berikut :
Motif [c] memiliki tiga kali pengulangan yakni [c1,c2,c3] terdapat pada bar yang ke-22, 30, 63, dan bar 71. Bentuk motif tersebut yakni sebagai berikut :
65 George Thadeus Jones, Music Theory New York: Barnes and Noble Book, 1979, 102.
66 Karl-Edmund Prier SJ, op. cit., 3 dan 26-27
Universitas Sumatera Utara
Motif [d] memiliki memiliki satu kali pengulangan yakni [d1] terdapat pada bar yang ke-79 dan bar 91. Bentuk motif tersebut yakni sebagai berikut :
Motif [e] memiliki tiga kali pengulangan yakni [e1,e2,e3] terdapat pada bar yang ke-89, 93, 95, dan bar 99. Bentuk motif tersebut yakni sebagai berikut :
Motif [f] hanya sekali terdapat pada bar yang ke-38. Bentuk motif tersebut yakni sebagai berikut :
Motif [g] juga hanya sekali yakni terdapat pada bar yang ke-83. Bentuk motif tersebut yakni sebagai berikut :
5.4.1.8 Analisis kontur melodi
Kontur adalah garis melodi yang terdapat pada sebuah komposisi musik yang dapat diidentifikasi berdasarkan pergerakan melodinya dan diperlihatkan
Universitas Sumatera Utara
melalui grafik garis. Pada komposisi musik yang relatif panjang, identifikasi kantur didasarkan pada bentuk melodi musiknya.
a. Bila gerak melodinya naik disebut ascending;
b. bila menurun disebut descending;
c. bila melengkung bergelombang disebut pendulous;
d. bila berjenjang disebut terraced;
e. dan apabila gerakan-gerakan intervalnya sangat terbatas disebut static.