1.4.2 Teori
Teori merupakan prinsip-prinsip umum yang ditarik dari fakta-fakta, dan juga dugaan yang menerangkan sesuatu Marzuki 1999 : 33. Teori juga dapat
berarti sebagai suatu analisis terhadap suatu hal yang sudah terbukti dan teruji kebenarannya. Dan teori juga merupakan landasan berpikir secara ilmiah untuk
menguji, membandingkan, atau menerapkan untuk objek penelitian. Dalam pembahasan ini teori dapat digunakan sebagai landasan dan kerangka
berpikir dalam membahas setiap permasalahan. Oleh karena itu, penulis mengadopsi beberapa teori sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini.
Menurut Soekanto, perubahan terjadi karena usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri sesuai kebutuhan situasi dan kondisi yang timbul sejalan dengan
pertumbuhan masyarakat Soekanto 1992 : 21. Suatu kebudayaan tidaklah bersifat statis, melainkan selalu berubah dengan kemajuan zaman sebab kebudayaan
bukanlah suatu hal yang lahir hanya sekali Ihromi 1987 :32. Herskovits dalam Merriam mengemukakan bahwa perubahan dan
kelanjutan kontinuitas merupakan suatu tema yang digunakan untuk memahami sifat stabil dan dinamis yang melekat dalam setiap kebudayaan. Berkaitan dengan
fenomena ini, teori kebudayaan secara umum mengasumsikan bahwa setiap kebudayaan beroperasi dalam kerangka waktu yang terus mengalami kelanjutan,
dimana variasi-variasi dan perubahan yang terjadi adalah hal yang tidak dapat dielakkan Merriam 1964 : 303.
Selain itu penulis juga menggunakan teori perubahan budaya. Menurut Herskovitz perubahan kebudayaan dapat dilihat dari dua titik pandang, yaitu
bagaimana yang terjadi di masa lampau dan masa sekarang. Berdasarkan titik pandang pertama, mereka selalu mempergunakannya dalam istilah difusi yang
Universitas Sumatera Utara
didefenisikan sebagai transmisi budaya dalam proses. Perubahan dapat dipandang dari bagaimana asal-usul sebuah kebudayaan tersebut apakah karena faktor internal
atau eksternal. Perubahan yang terjadi karena faktor internal disebut inovasi, dan perubahan karena faktor eksternal disebut akulturasi 1948 : 525.
Sependapat dengan uraian tersebut, Koentjaraningrat 1965:135 juga mengemukakan tentang salah satu faktor yang menyebabkan perubahan
kebudayaan, yaitu: inovasi innovation adalah suatu proses perubahan kebudayaan yang besar tetapi yang terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Proses ini
meliputi satu penemuan baru, jalannya unsur itu disebarkan ke lain bagian masyarakat dan cara unsur kebudayaan tadi diterima, dipelajari, dan akhirnya
dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Kemudian Lauwer juga berpendapat
bahwa terjadinya suatu perubahan dapat diakibatkan oleh adanya akulturasi acculturation, dimana akulturasi disini mengacu pada pengaruh suatu kebudayaan
lain atau saling mempengaruhi antara dua kebudayaan yang mengakibatkan terjadinya suatu perubahan 1989:402.
Perubahan juga merupakan sebuah konsep yang serba mencakup, menunjuk kepada perubahan fenomena sosial di berbagai tingkat manusia. Perubahan sosial
dapat dilihat pada suatu tingkat tertentu atau dengan menggunakan berbagai kawasan studi dan menganalisis. Perubahan sikap ini melambangkan perubahan
hubungan sesama manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara jelas untuk mengetahui adanya perubahan dalam suatu komunitas masyarakat merupakan
cerminan masyarakat tersebut Lauer 2001 : 5. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
perubahan adalah sebuah konsep yang mencakup perubahan dari berbagai unsur kebudayaan, termasuk perubahan sikap pandangan masyarakat di berbagai tingkat
Universitas Sumatera Utara
kehidupan. Kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan seperti pengetahuan, ekonomi, teknologi, atau geografi merupakan faktor-faktor
penyebab terjadinya perubahan pada aspek sosial lainnya. Sehubungan dengan pengkajian instrument sulim, penulis juga mengacu
pada teori yang yang dikemukakan oleh Kashima Susumu dengan menjelaskan dua pandangan yang mendasar yaitu :
“1. Structural and 2. Fungsional. Structural studies deal with the physical aspect of musical instrument – observing, measuring, and recording the
shape, size, construction and the materials used in making the instrument. The second deals with its function as a sound-producing tool researching,
measuring and recording the playing methods, tuning methods, sound producing uses and the loudness, pitch, timbre, and quality of the sound
produced”Susumu, 1978 : 174.
8
“1. Struktural dan 2. Fungsional. Secara Struktural, yaitu aspek fisik instrument musik – pengamatan, mengukur, dan merekam bentuk,
ukurannya, konstruksinya, dan bahan yang dipakai dalam pembuatan instrument tersebut. Secara Fungsional yaitu berkaitan dengan fungsi
instrument sebagai alat penelitian untuk memproduksi bunyi, metode pengukuran dan perekaman bunyi, metode penyelarasan nada, penggunaan
bunyi yang diproduksi dan kekuatannya, ketepatan nada, warna bunyi, dan kualitas bunyi yang diproduksi.”
Berkaitan dengan pandangan yang dikemukakan oleh Susumu dan dengan melihat kenyataan yang terjadi pada masyarakat Batak Toba, maka penulis
melakukan pembahasan baik secara struktural maupun fungsional dari instrument itu sendiri.
Dalam membicarakan aspek musikologis pada tulisan ini, penulis memperhatikan pendapat Malm 1977:8 yang menyatakan beberapa karakter yang
harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu : 1 tangga nada, 2 nada dasar, 3 wilayah nada, 4 jumlah masing-masing nada, 5 interval, 6 pola-pola
8 Lihat Martahan Sitohang, 2009 hal.9
Universitas Sumatera Utara
kadens, 7 formula melodi, 8 kontur. Teori ini disebut juga dengan teori Weighted Scale bobot tangga nada. Teori ini pada dasarnya melihat struktur ruang
dalam musik dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu. Untuk membahas tentang fungsi dan penggunaan musik dalam masyarakat
Batak Toba terkait dengan penggunaan sulim dalam berbagai konteks penyajiannya, penulis berpedoman pada teori Uses and Function yang dikemukakan oleh
Meriam 1964: 119-222 yang menawarkan sekurang-kurangnya ada sepuluh fungsi dalam musik, yaitu: 1 fungsi pengungkapan emosional the funtion of emotional,
2 fungsi penghayatan estetis the funtion of aesthetic enjoyment, 3 fungsi hiburan the funtion of entertainment, 4 fungsi komunikasi the funtion of
comunication, 5 fungsi perlambangan the funtion of symbolic representation, 6 fungsi reaksi jasmani the funtion of physical response, 7 fungsi yang
berkaitan dengan norma-norma sosial the funtion of enforcing coformity to social norms, 8 fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama the funtion of
validation of social institution and religious rituals, 9 fungsi kesinambungan budaya the funtion of contribution to the continuity and stability of culture, 10
fungsi pengintegrasian masyarakat the funtion of contribution the integration of society.
1.5 Metode Penelitian