Marsiajar sandiri otodidak Proses Belajar Sulim

kata yang dimaksud tersebut dapat dilihat dari salah satu contoh gondang baba dari penggalan nada gondang siburuk berikut ini “hudagidigidigidigidugudugudugudug hudagidigidigidigidugudugudugudug”. Suku kata tersebut menggambarkan penggalan melodi yang diajarkan tersebut. Kemudian setelah simurid telah mampu menirukan bunyi yang dinyanyikan oleh sang guru atau disebut dengan istilah manggondang babai, maka sang guru pun akan melakukan langkah kedua yakni dengan cara memainkan langsung sulim tersebut sesuai dengan melodi lagu yang diimitasikan melalui nyanyian mulut. Ketika sang guru mempraktekkan cara memainkan suatu motif, kemudian simurid pun menirukan. Demikianlah seterusnya hingga frase, bentuk dan keseluruhan melodi lagu dimainkan secara utuh. Namun, selain belajar dengan cara marguru tidak tertutup kemungkinan seseorang mampu belajar dengan cara yang lain, misalnya dengan menonton berbagai pertunjukan yang menampilkan permainan sulim, mendengarkan musik yang menyuguhkan repertoar permainan sulim dan lain sebagainya yang selanjutnya akan dipelajari sendiri oleh pelajar tersebut. Namun untuk ini biasanya seseorang haruslah sudah memiliki dasar-dasar keterampilan memainkan sulim.

3.5.2 Marsiajar sandiri otodidak

Selain belajar dari seorang guru, teknik bermain sulim juga dapat dipelajari sendiri secara otodidak yaitu belajar hanya dari pengalaman tanpa adanya bimbingan dari seorang parsulim pemain sulim. Pengalaman-pengalaman yang dimaksud menyangkut berbagai aktivitas seseorang tersebut untuk mencari dan menggali sendiri ilmu yang ingin diperoleh melalui berbagai cara. Dalam proses belajar secara otodidak, pengetahuan memainkan sulim dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti menonton berbagai pertunjukan musik yang menampilkan Universitas Sumatera Utara permainan sulim, meningkatkan intensitas mendengarkan musik ataupun lagu-lagu yang menyuguhkan repertoar permainan sulim dan jenis aktivitas lainnya yang berkaitan dengan permainan sulim. Dalam hal ini, apabila seseorang ingin belajar secara otodidak maka orang tersebut akan menirukan apa yang dilihat dan didengar dengan pendekatan caranya sendiri. Dalam istilah masyarakat Batak Toba, metode belajar secara otodidak inilah dinamakan dengan istilah marsiajar sandiri. Pada umumnya, pengetahuan yang diperoleh dari proses marsiajar sandiri biasanya akan memiliki lebih banyak warna permainan dibandingkan belajar dari seorang guru atau marguru, karena dengan marsiajar sandiri ilmu yang diperoleh bersumber dari beberapa pemain sulim dengan teknik yang berbeda-beda sesuai dari apa yang dilihat dan didengar dari dalam pengalaman sehari-hari. Dilihat dari kedua metode di atas, apabila dibuat sebuah analisa tentang perbandingan teknik permainan sulim oleh orang yang mendapat pengetahuan dengan cara marguru dengan orang yang mendapat pengetahuan dengan cara marsiajar sandiri, dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang marguru akan cenderung mengikuti teknik dan cara bermain yang diberikan oleh gurunya, atau dengan kata lain teknik permainan yang dia mainkan hanya merupakan imitasi atau perniruan dari seseorang, sementara orang yang memiliki pengetahuan dengan cara marsiajar sandiri akan cenderung memiliki lebih banyak jenis karakter permainan, sebab setiap gaya ataupun teknik yang dimainkan berasal dari beberapa pemain dengan gaya atau karakter permainan yang berbeda-beda. Walaupun secara umum metode belajar sulim melalui proses marguru dan marsiajar sandiri, terkadang ada juga seseorang yang belajar dengan mengkombinasikan kedua metode tersebut, yakni pada awalnya belajar kepada seorang guru dan selanjutnya memperdalam teknik permainannya dengan caranya Universitas Sumatera Utara sendiri sehingga dia memiliki ciri khas tersendiri selain dari pada yang diperoleh dari sang guru tersebut. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KONTINUITAS, PERUBAHAN FUNGSI

DAN PENGGUNAAN SULIM Pada Bab ini, penulis akan mengkaji kontinuitas dan perubahan yang terjadi dalam aspek fungsi dan penggunaaan sulim. Berbicara tentang kontinuitas, selain dari pada penggunaan bahan baku dan ciri khas bunyi sulim, penulis lebih menitikberatkan penjelasan kontinuitas pada aspek fungsi musikalnya. Sedangkan tentang perubahan yang terjadi, selain menyangkut perubahan fisik instrumen penulis lebih menitikberatkan penjelasan pada masa penggunaannya dalam berbagai konteks mulai dari konteks solo instrumen, ensambel, pengiring lagu, kolaborasi instrumen, dan konteks insidental sesuai dengan periode waktu penggunaannya.

4.1 Fungsi Musikal Sulim Sebagai Fenomena Kontinuitas

Di antara kesepuluh fungsi musik yang ditawarkan oleh Alan P. Merriam, dalam hal ini penulis hanya menitikberatkan fungsi musikal sulim pada fungsi komunikasi, hiburan, perlambangan, pengungkapan emosional, reaksi jasmani, penghayatan estetis dan fungsi ritual dan lima diantara keenam fungsi tersebut yaitu fungsi komunikasi, hiburan, perlambangan, pengungkapan emosional, reaksi jasmani dan penghayatan estetis merupakan wujud dari adanya kontinuitas yang masih tetap dipertahankan dan diterima di tengah-tengah masyarakat Batak Toba sampai sekarang, sementara satu fungsi yang lain yakni fungsi ritual sudah mengalami perubahan dan bahkan telah diabaikan. Universitas Sumatera Utara