4.2.3 Konteks pengiring lagu
Konteks pengiring lagu yang penulis maksudkan di sini adalah terkait dengan peran sulim yang digunakan sebagai musik pengiring dalam berbagai lagu
sekuler maupun rohani, atau baik dalam konteks gerejawi maupun non-gerejawi. Dalam konteks gerejawi akan berkaitan erat dengan perkembangan musik gerejawi,
sedangkan konteks non-gerejawi berkaitan erat dengan peran sulim dalam mengiringi lagu-lagu sekuler baik yang dibawakan oleh penyanyi solo, grup vokal,
atau pun paduan suara di berbagai acara baik yang sifatnya formal atau pun non- formal.
Dewasa ini sudah tidak asing lagi jika kita melihat berbagai musik tradisi Batak Toba seperti taganing, hasapi dan khususnya sulim sering digunakan sebagai
media pengiring di berbagai acara dan pertunjukan, baik formal maupun non- formal seperti di gereja-gereja, gedung-gedung pertunjukan, gedung-gedung
penyelengaraan acara-acara akademis, dan lain sebagainya. Di gereja kita akan melihat bahwa alat musik tradisi Batak Toba khususnya sulim sudah digunakan
baik ketika mengiringi ibadah maupun ketika mengiringi berbagai lagu yang dinyanyikan oleh paduan suara gerejawi pada acara ibadah tertentu. Kemudian di
berbagai gedung pertunjukan seringkali kita melihat sulim digunakan untuk mengiringi acara konser musikal baik vokal solo, grup vokal, maupun paduan
suara. Jika kita tinjau kembali, sesungguhnya era penggunaan sulim sebagai media
pengiring lagu sudah berlangsung sejak masa kejayaan opera Batak di era 1920-an hingga 1970-an. Namun, saat itu sulim bersama dengan instrumen tradisional Batak
Toba yang lain digunakan hanya untuk mengiringi vokal dari penyanyi opera Batak saja tanpa adanya perkembangan yang signifikan di bidang vokal yang lain. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
mungkin terjadi karena masih kentalnya budaya opera Batak di tengah-tengah masyarakat pendukungnya, dan minimnya wawasan bermusik masyarakat Batak
Toba untuk membuat inovasi baru pada masa itu, sehingga mengakibatkan instrumen pengiringnya hanya digunakan untuk kepentingan itu semata.
Seiring berkembangnya zaman, dari era opera Batak hingga zaman sekarang ini eksistensi sulim sebagai media pengiring berbagai genre lagu terus
berkembang sesuai dengan kebutuhannya. Jikalau kita bandingkan mulai dari era 1970-an hingga masa sekarang ini, dapat melihat adanya fleksibilitas penggunaan
sulim dalam konteks pengiring lagu. Selain ketika digunakan sebagai media untuk mengiringi lagu opera Batak, sulim juga kerap digunakan untuk mengiringi
berbagai genre lagu yang lain seperti lagu pop daerah baik etnis Batak Toba maupun etnis Batak yang lain dan berbagai lagu sekuler lainnya yang biasa
dibawakan oleh seorang vokal solo, group vokal, bahkan paduan suara. Keberlangsungan penggunaan sulim dalam mengiringi berbagai genre lagu
tersebut juga memberikan dampak tersendiri bagi eksistensi instrumen Batak Toba yang lain seperti hasapi dan taganing. Dalam keberadannya, ketiga instrumen
tersebut sukim, hasaoi, taganing sangat kerap disandingkan bersama ketika mengiringi berbagai lagu khususnya lagu yang bernuansa daerah Batak Toba.
Meskipun demikian, peran sulim tidak malah lazim dikatakan sejajar dengan kedua instrument yakni hasapi, dan taganing. Sebab dalam kenyataanya, banyak orang
beranggapan bahwa lagu daerah Batak Toba itu akan terasa kental nuansa bataknya ketika adanya paduan gabungan antara unsur alunan melodi sulim dengan petikan
hasapi serta tabuhan taganing di dalamnya. Meskipun hanya menyertakan sulim bersama taganing ataupun paduan antara sulim dengan hasapi, masyarakat masih
menganggap bahwa lagu tersebut masih kerap dinikmati oleh sipendengar
Universitas Sumatera Utara
khususnya masyarakat Batak Toba. Bahkan terkadang meskipun hanya diiringi instrumen sulim saja. Namun sebaliknya jika lagu tersebut hanya diiringi hasapi
atau taganing sekalipun tanpa kehadiran sulim, masyarakat menilai bahwa seakan ada hal yang kurang terasa dinikmati di dalam lagu tersebut
39
. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa eksistensi sulim memiliki peranan penting bagi
keberlangsungan musik Batak Toba khususnya dalam konteks pengiring berbagai genre lagu Batak Toba.
4.2.4 Konteks kolaborasi instrumen