3.5.1 Marguru
Secara harafiah, marguru memiliki arti belajar dari seorang guru atau instruktur. Dalam konteks belajar sulim, marguru diartikan dengan seseorang yang
belajar kepada seorang pemain sulim yang dianggap sudah mahir dan profesional. Dalam hal ini yang dimaksud dengan kata “mahir” dan “profesional” adalah telah
terjun bermain musik dalam acara-acara adat Batak Toba dan telah memperoleh legitimasi pengakuan dari masyarakat itu sendiri. Bentuk pengakuan tersebut
dapat dilihat ketika mayoritas masyarakat Batak Toba baik dalam ruang lingkup nasional maupun hanya daerah setempat sudah mengenal bahkan meyakini bahwa
si pemain sulim tersebut sudah pernah bermain sulim pada setiap acara-acara adat mau pun dalam bentuk even yang lain sesuai konteks penyajiannya.
Di dalam konteks marguru, ada 2 dua oknum yang terlibat yakni murid dan guru. Dalam prosesnya, seorang murid biasanya akan mendapatkan
pengetahuan bermain sulim dengan bimbingan langsung oleh sang guru. Pada prinsipnya, setiap guru pasti memiliki metode yang berbeda-beda dalam mengajar,
tapi pada dasarnya tujuannya sama saja yakni supaya si murid lebih mudah untuk memahami dan mampu memainkan sulim dengan baik.
Secara umum, metode yang biasa dipakai oleh seorang guru untuk mengajarkan cara bermain sulim yang baik kepada muridnya adalah dengan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut yaitu pengajaran cara meniup yang baik, penguasaan posisi jari penjarian, penguasaan tangga nada, penguasaan teknik
bermain, hingga kepada penguasaan dan penghafalan melodi lagu atau repertoar yang akan dimainkan.
Jika seorang murid sudah mampu meniup dengan baik dan menguasai penjarian serta tangga nada sulim tersebut, berikutnya sang guru akan mengajarkan
Universitas Sumatera Utara
teknik-teknik permainan. Dalam mengajarkan pola teknik permainan, metode yang dipakai oleh sang guru tersebut adalah dengan mengimitasikan atau menirukan
teknik permainan yang ada pada sulim tersebut ke dalam bentuk bunyi vokal yang bertujuan agar simurid dapat membedakan karakter bunyi yang terdapat dalam
suatu bentuk teknik permainan yang berbeda- beda. Pengajaran teknik bermain biasanya sejalan dengan pengajaran melodi lagu
atau repertoar yang akan dimainkan. Sebab dalam memainkan melodi itulah sang guru menerapkan teknik-teknik dalam bermain. Dalam pengajaran teknik bermain
sulim, sang guru akan mengambil sampel repertoar lagu Batak Toba yang ada, biasanya pada awalnya akan dimulai dari repertoar yang mudah dimainkan terlebih
dahulu. Ciri-ciri repertoar yang mudah dimainkan biasanya dapat dilihat dari durasi melodi yang singkat, dan berisikan nada-nada yang berinterval pendek.
Agar simurid dapat lebih mudah menguasai teknik sekaligus menghafalkan setiap melodi lagu ataupun repertoar yang diinginkan, sang guru akan
mengajarkannya melalui 2 dua langkah, langkah yang pertama yaitu dengan pengajaran metode ende babagondang baba mengimitasikan dengan nyanyian
mulut atau dalam istilah musik Barat disebut dengan mnemonics, dan langkah yang kedua yakni dengan cara memainkan instrumen secara langsung.
Dalam metode pengajaran ende baba, setiap bunyi atau melodi yang dimainkan dibedakan dengan membuat klasifikasi suara yang dihasilkan dengan
menggunakan lidah, jari, dan tiupan nafas. Kemudian bunyi tersebut diimitasikan melalui nyanyian mulut manggondang babai dalam bentuk suku kata. Pola suku
kata pada penyajian ende baba gondang baba oleh masing-masing guru pengajar sulim biasanya berbeda-beda tergantung kebiasaan masing-masing. Contoh bentuk
manggondang babai atau pengimitasian melalui nyanyian mulut dalam bentuk suku
Universitas Sumatera Utara
kata yang dimaksud tersebut dapat dilihat dari salah satu contoh gondang baba dari penggalan nada gondang siburuk berikut ini “hudagidigidigidigidugudugudugudug
hudagidigidigidigidugudugudugudug”. Suku kata tersebut menggambarkan penggalan melodi yang diajarkan tersebut. Kemudian setelah simurid telah
mampu menirukan bunyi yang dinyanyikan oleh sang guru atau disebut dengan istilah manggondang babai, maka sang guru pun akan melakukan langkah kedua
yakni dengan cara memainkan langsung sulim tersebut sesuai dengan melodi lagu yang diimitasikan melalui nyanyian mulut. Ketika sang guru mempraktekkan cara
memainkan suatu motif, kemudian simurid pun menirukan. Demikianlah seterusnya hingga frase, bentuk dan keseluruhan melodi lagu dimainkan secara utuh.
Namun, selain belajar dengan cara marguru tidak tertutup kemungkinan seseorang mampu belajar dengan cara yang lain, misalnya dengan menonton
berbagai pertunjukan yang menampilkan permainan sulim, mendengarkan musik yang menyuguhkan repertoar permainan sulim dan lain sebagainya yang
selanjutnya akan dipelajari sendiri oleh pelajar tersebut. Namun untuk ini biasanya seseorang haruslah sudah memiliki dasar-dasar keterampilan memainkan sulim.
3.5.2 Marsiajar sandiri otodidak