Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi disebabkan karena hilangnya ruh dan kesadaran beragama pada diri seseorang dan meresotnya moral dan karakter anak bangsa. Hal ini harus segera ditangani, karena jika tidak, bangsa ini secara sosiologis akan mengalami lost generation religius terputusnya satu generasi yang mempunyai integritas moral-agama, dan secara psikologis, maraknya penyakit split of personality alenasi atau kegamangan jiwa sehingga mudah disulut untuk berbuat anarkisme dan sadisme maupun penyimpangan perilaku lainnya. 18 Oleh karena itu sebagai bangsa yang mayoritas muslim, pendidikan agama Islam harus diperkuat untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan anak bangsa. Keimanan merupakan langkah awal menciptakan perubahan besar dalam kepribadian. Keimanan melahirkan kekuatan spiritual yang mencengangkan, memberi manusia pengertian baru mengenai hakikat dan tujuan manusia dalam kehidupan. Berkat keimanan, qolbu manusia dipenuhi cinta kepada Allah Swt., Rasul-Nya, orang-orang di sekitarnya, dan kemanusiaan secara umum. Dalam keimanan tersebut, terpancar ketenangan dan ketentraman. 19 Keimanan kepada Allah akan disertai ketakwaan kepada Allah. Takwa merupakan upaya manusia menjaga dirinya dari murka Allah dengan menjauhi larangan Allah dan mengerjakan perintah-Nya. Dalam pengertian tersebut, takwa menjadi sebuah kekuatan yang mengarahkan perilaku manusia kepada perilaku paling utama dan baik. Takwa juga mengarahkan manusia ke arah pengembangan dan peningkatan diri serta menghindari perilaku buruk, menyimpang dan abnormal. 20 Penanaman aqidah agama Iman dan Takwa merupakan salah satu metode pendidikan uslub tarbiya yang paling agung. Karena dengan demikian agama mempunyai kekuasaan atas hati dan jiwa, dan memiliki 18 Anas Salahudin, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, 2013, cet 1, h 16. 19 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-quran, Terj, dari Al-Quran wa Ilmun Nafsi oleh M. Zaka Al-Farisi, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005, Cet. I, h. 446. 20 Ibid, h. 447. pengaruh atas perasaan dan indera. Bahkan kemampuannya dalam menguasai dan mempengaruhi ini, hampir tidak ada sarana-sarana lain yang ditemukan pakar pendidikan yang dapat menandinginya. 21 Melihat pentingnya kandungan keimanan dan ketakwaan, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan formal perlu menguatkan Pendidikan Agama Islam untuk membina iman dan takwa siswa dalam menyelenggrakan pendidikan, dimana hal ini sudah diinstruksikan oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Sekolah adalah lembaga paling berpengaruh yang kedua, setelah keluarga, dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan anak, termasuk perkembangan keagamaan dan moral. 22 Pendidikan Agama Islam PAI adalah mata pelajaran yang wajib diberikan di Sekolah Dasar dan Menengah. Sebagaimana disebutkan dalam Bab V pasal 12, UU RI No. 20 Tahun 2003, bahwa peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajar oleh pendidik yang seagama. Sesuai pula dengan Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 2007 pasal 3, tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan, disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama. Proses pembelajaran PAI di sekolah harus diberikan melalui 2 dua program, intrakurikuler dan ekstrakurikuler, agar tujuan dan kompetensi PAI dapat dicapai sesuai standar yang diharapkan. 23 Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai pembelajaran agama Islam pada siswa SMP yang alokasinya hanya tiga jam setiap pekan, tentunya dirasakan belum cukup untuk mengajarkan materi pelajaran agama yang mencakup Al-Quran dan Hadits, aqidah, akhlak, fiqih, dan sejarah Islam; 21 Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyyah, Terj. dari Al-Aqaidul-Islamiyyati oleh Ali Mahmudi, Jakarta: Robbani Press, 2006, h. 8 22 Gazi dan Faojah, op, cit., h. 44. 23 Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2014, h. 15. dengan segala aspeknya yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik hubungan dengan Allah Swt maupun hubungan sesama dan lingkungan alam sekitarnya. Hal tersebut terlihat dari prestasi dan kompetensi peserta didik SMP dalam bidang Pendidikan Agama Islam saat ini umumnya belum menggembirakan. Indikasinya antara lain kemampuan peserta didik dalam hal praktik peribadatan dan baca tulis AL-Quran umumnya masih rendah dan perlu ditingkatkan. Peserta didik juga berani melanggar norma dan aturan, seperti tawuran, perkelahian, merokok, pergaulan bebas, berkata kasar, melanggar tata tertib sekolah, dan lain sebagainya yang terkesan menjadi tren kehidupan remaja. Mengingat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas tidak cukup waktu maka perlu tambahan melalui kegiatan lainnya. Salah satu kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan di sekolah adalah penyelenggaraan pembinaan iman dan takwa Imtak. Pembinanaan Imtak biasanya dilaksanakan rutin yaitu harian, mingguan, maupun dalam rangka memperingati hari besar Islam dengan berbagai aktivitas keagamaan yang sudah terprogram. Pembinaan Imtak juga merupakan salah satu bentuk kegiatan pembinaan kesiswaan dalam rangka implementasi pendidikan karakter di sekolah. 24 Tujuan dari pembinaan Imtak adalah membentuk karakter religius siswa, menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik melalui kegiatan pembiasaan positif, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari baik sekolah, rumah, maupun di masyarakat. 25 Pembinaan keimanan dan ketaqwaan siswa dilaksanakan melalui kegiatan rutin, kegiatan spontanitas, pengkondisian, serta keteladanan yang terbalut dalam nilai-nilai ajaran agama Islam. Dari pelaksanaan tersebut 24 Tim Penyusun, op, cit., h. 96. 25 Ibid, h 99. diharapkan siswa dapat terbiasa melaksanakan ajaran-ajara agama dengan kesadaran dirinya baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan pergaulannya; siswa memahami nilai-nilai ajaran Islam lebih dalam; dan membentuk siswa yang bukan hanya mengerti akan hal-hal yang baik dan benar saja, akan tetapi ditanamkan dalam diri siswa nilai-nilai karakter terpuji. 26 Contoh Kegiatan Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 adalah melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-masing, memperingati hari hari besar keagamaan, mengadakan kegiatan lomba yang bernuansa kegamaan, dan mengembangkan dan memberdayakan kegiatan keagamaan di sekolah. Adapun nilai karakter yang dibentuk dengan berbagai contoh kegiatan di atas adalah nilai “religius‟ misalnya iman, takwa, tawakkal, sabar, ikhlas. 27 Karakter religius merupakan salah satu nilai karakter yang ada dalam pendidikan karakter. Nilai religius merupakan nilai yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut pengertian Kemendiknas, karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 28 Akhmad Muhaimin Azzet mengungkapkan bahwa nilai religius merupakan nilai yang mendasari pendidikan karakter karena pada dasarnya Indonesia adalah negara yang beragama. Nilai religius yang bersifat universal sebenarnya dimiliki oleh masing-masing agama sehingga tidak akan terjadi hegemoni agama yang dipeluk mayoritas kepada orang-orang yang memeluk agama minoritas. Nilai religius yang yang dijadikan dalam pendidikan 26 Balitbang Pusat Kurikulum, Pedoman Sekolah dalam Pengembanan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: Kemendiknas, 2010, h.15 27 Tim Penyusun, op. cit., h. 100. 28 Balitbang Pusat Kurikulum, op. cit., h. 26. karakter sangat penting karena keyakinan seseorang terhadap kebenaran nilai yang berasal dari agama yang dipeluknya bisa menjadi motivasi kuat dalam membangun karakter. Sudah tentu siswa dibangun karakternya berdasarkan nilai-nilai universal agama yang dipeluknya masing-masing sehingga siswa akan mempunyai keimanan dan ketakwaan yang baik sekaligus memiliki akhlak mulia. 29 Pentingnya karakter religius ini terhadap diri seseorang telah diungkapakan oleh beberapa penelitian, seperti dalam penelitian Miftah Aulia Andisti dan Ritandiyono tentang hubungan religiusitas dan perilaku seks bebas pada dewasa awal menyimpulkan, bahwa semakin tinggi religiusitas seseorang maka semakin rendah perilaku seks bebasnya, dan sebaliknya semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi perilaku seks bebasnya. Religiusitas yang tinggi, dikarenakan mereka sering mengikuti kegiatan- kegiatan kerohanian yang menanamkan nilai-nilai atau norma-norma agama pada mereka. Selain itu, mereka senang membaca ayat-ayat kitab suci, sehingga mereka mengetahui larangan-larangan dan perintah-perintah Tuhan. 30 Religiusitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan emosi, karena individu-individu yang mengahayati nilai-nilai agamanya tidak akan mudah terpengaruh oleh gangguan-gangguan emosi. Hal tersebut ditandai dimilikinya kemampuan untuk merasakan kehangatan dalam melakukan hubungan interpersonal, mempunyai rasa aman secara emosional, dalam arti toleran terhadap frustasi yang dihadapi, serta dalam kondisi rasa percaya diri terhadap diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, nilai religius perlu diajarkan kepada siswa sejak dini karena ajaran agama sangatlah penting untuk pedoman hidup manusia karena 29 Ahmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2011, h 17. 30 Miftah Aulia Andisti dan Ritandiyono, Hubungan Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada Dewasa Awal, Jurnal Psikologi, vol. I, No. 2, Juni 2008, h. 175. dengan bekal agama yang cukup akan memberikan dasar yang kuat ketika akan bertindak. Dalam karakter religius terdapat pengahayatan terhadap aturan-aturan kehidupan dan pengendali diri dari perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat agama. Mendidik karakter religius sejak dini akan lebih mudah tertancapkan pada diri seseorang dan akan membekas untuk waktu yang sangat lama. Sebagaimana ada sebuah pepatah mengatakan “mengajarkan ilmu agama kepada anak sejak kecil itu bagaikan mengukir di atas batu, ukiran itu akan ada selama lamanya. ” Pada penelitian ini, penulis membahas tentang karakter religius pada siswa SMP. Pentingnya karakter religius bagi siswa-siswa SMP ialah karena pada masa ini rentang umur 13-15 th, mereka –dalam pandangan Islam- sebagian besar sudah mencapai akil baligh oleh karena itu mereka sudah menjadi seorang mukallaf yaitu dimulainya seseorang mendapatkan kewajiban untuk melaksanakan hukum syariat. Oleh karena itu religiusitas ini akan menjadikan seseorang dengan kesadaran diri melaksanakan perintah- perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Salah satu lembaga pendidikan formal yang saat ini telah menyelenggarakan pembinaan Imtak sebagai kegiatan pembinaan kesiswaan guna meningkatkan karakter religius siswa adalah SMP N 03 Kota Tangerang Selatan. Adapun bentuk-bentuk kegiatan pembinaan Imtak bagi siswa muslim yang dilakukan diantaranya yaitu: 1. Membaca do’a sebelum dan sesudah jam pelajaran. 2. Melakukan tadarus Quran di pagi hari. 3. Melaksanakan Sholat Dzuhur berjamaah bagi seluruh siswa muslim. 4. Melaksanakan sholat J um’at bagi siswa muslim laki-laki dan untuk siswa muslim perempuan diberikan pembinaan tersendiri yang dilaksanakan pada saat jam sholat jum’at. 5. Mengadakan tausyiyah pagi hari untuk seluruh warga sekolah pada hari J um’at. 6. Mewajibkan untuk semua siswi muslim untuk memakai jilbab di hari Ju m’at. 7. Peringatan hari-hari besar agama seperti Maulid Nabi, tahun baru Hijriyah, dan sebagainya. Penulis memilih untuk meneliti kegiatan Imtak yang di lakukan di SMPN 03 Kota Tangsel. Kegiatan Pembinaan Imtak memang sudah umum di lakukan di setiap sekolah, tetapi dalam pengembangan dan pelaksanaannya mungkin terdapat perbedaan. Begitu juga dari banyaknya kegiatan keagamaan atau pembinaan Imtak di sekolah tersebut, apakah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan karakter religius siswa dan teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk mengambil tema dalam melakukan penelitin ini dengan judul “Hubungan antara Pembinaan IMTAK dengan Pembentukan Karakter Religius Siswa kelas VIII di SMP Negeri 03 Kota Tangerang Selatan ”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Rendahnya kesadaran siswa dalam melaksanakan ajaran agama Islam. 2. Kemampuan siswa dalam peribadatan dirasakan masih kurang. 3. Kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran perlu ditingkatkan 4. Banyak perilaku menyimpang dari ajaran Islam yang dilakukan oleh siswa. 5. Kenakalan remaja yang masih banyak dilakukan siswa 6. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam saja dirasa tidak cukup mendidik akhlak siswa sepenuhnya. 7. Perlunya kegiatan pembinaan Imtak dalam membentuk karakter religius siswa.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah penelitian, yaitu: Hubungan antara pembinaan imtak dengan pembentukan kerakter religius siswa. Agar pembahasan penelitian lebih terarah dan tidak melebar jauh dari ruang lingkup penelitian, maka penulis menjelaskan poin dari pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Imtak yang menjadi fokus penelitian adalah kegiatan keagamaan ibadah yang di laksanakan di sekolah baik ibadah wajib maupun sunnah. 2. Karakter religius yang menjadi fokus penelitian adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumus an masalah pada penelitian ini yaitu: “adakah hubungan yang signifikan antara pembinaan imtak dengan pembentukan karakter religius siswa kelas VIII di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan dan seberapa besar kontribusi pembinaan imtak terhadap pemb entukan karakter religius siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, tujuan-tujuan penelitian yang ingin dicapai diantaranya: 1. Untuk mengetahui hubungan antara pembinaan imtak dengan pembentukan karakter religius siswa kelas VIII di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan. 2. Untuk mengatahui kontribusi pembinaan imtak terhadap pembentukan karakter religius siswa kelas VIII di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan.

F. Kegunaan Penelitian

Adapaun kegunaan yang diharapkan dari penelitin ini adalah: 1. Secara teoritik a. Menambah dan memperkaya khazanah dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembentukan karakter siswa. b. Menambah dan memperkaya khazanah dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembahasan menengenai Keimanan dan ketaqwaan. c. Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas keilmuan peneliti. 2. Secara praktis a. Sebagai acuan atau paling tidak menjadi masukan sekolahmadrasah dalam upaya membentuk karakter religius siswa. b. Sebagai rujukan bagi sekolahmadrasah dalam mengembangkan dan melaksanakan Pembinaan Imtak guna membentuk karakter religius siswa. c. Sebagai syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan. 14

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembinaan Iman dan Takwa 1. Pengertian Iman dan Takwa

Iman dan takwa selanjutnya disebut imtak merupakan dua kata dimana masing-masing mengandung pengertiannya tersendiri, namun keduanya juga merupakan satu kesatuan yang saling terkait yang digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya dan hubungannya dengan manusia dan lingkungan alam sekitarnya. Untuk memudahkan memahami pengertian Iman dan Takwa, penulis akan membahas keduanya. Iman secara bahasa berasal dari bahasa Arab amana, yu’minu, iimaana artinya percaya atau yakin. Iman dari segi istilah artinya meyakini setulus hati yang mengakar kuat, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan seluruh anggota badan. 1 Rasulallah Saw menerangkan pengertian Iman secara langsung kepada umatnya. Diriwayatkan dalam sebuah Haditst: 2 ْذِإ ٍمْوَ ي َتاَذ َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص َِللا ِلوُسَر َدِْع ُنََْ اَمَْ يَ ب َلاَق ِباَطَْْا ُنْب ُرَمُع َََو ِرَفَسلا ُرَ ثَأ ِْيَلَع ىَرُ ي ََ ِرَعَشلا ِداَوَس ُديِدَش ِباَيِ ثلا ِضاَيَ ب ُديِدَش ٌلُجَر اَْ يَلَع َعَلَط َِم ُُفِرْعَ ي ِْيَ تَبْكُر ََِإ ِْيَ تَبْكُر َدَْسَأَف َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص َِِِلا ََِإ َسَلَج َََح ٌدَحَأ ا ىَلَص َِللا ُلوُسَر َلاَقَ ف ِم ََْسِْْا ْنَع ِِِِْْخَأ ُدَمَُُ اَي َلاَقَو ِْيَذِخَف ىَلَع ِْيَفَك َعَضَوَو َو ِْيَلَع َُللا َُللا ىَلَص َِللا ُلوُسَر اًدَمَُُ َنَأَو َُللا ََِإ ََلِإ ََ ْنَأ َدَهْشَت ْنَأ ُم ََْسِْْا َمَلَس ْيَلِإ َتْعَطَتْسا ْنِإ َتْيَ بْلا َجَََُو َناَضَمَر َموُصَتَو َةاَكَزلا َ ِِْؤُ تَو َة َََصلا َميِقُتَو َمَلَسَو ِْيَلَع ِ اَق ًَيِبَس ْنَأ َلاَق ِناَمِْْا ْنَع ِِِِْْخَأَف َلاَق ُُقِدَصُيَو ُُلَأْسَي َُل اَْ بِجَعَ ف َلاَق َتْقَدَص َل َلاَق ِِرَشَو َِِْْخ ِرَدَقْلاِب َنِمْؤُ تَو ِرِخ ْْا ِمْوَ يْلاَو ِِلُسُرَو ِِبُتُكَو ِِتَكِئ َََمَو َِللاِب َنِمْؤُ ت 1 Kemendikbud, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti: Kelas X SMAMA Jakarta, Kemendikbud, 2014, h. 104. 2 Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi, Jakarta: Kencana, 2014 cet. ke 12, h. 46 ِِْْخَأَف َلاَق َتْقَدَص ُاَرَ ت ْنُكَت َْْ ْنِنَف ُاَرَ ت َ َََأَك ََللا َدُبْعَ ت ْنَأ َلاَق ِناَسْحِْْا ْنَع ِِ َلاَق ِلِئاَسلا ْنِم َمَلْعَأِب اَهْ َع ُلوُئْسَمْلا اَم َلاَق ِةَعاَسلا ْنَع ِِِِْْخَأَف َلاَق َكاَرَ ي ََُِنَف َأ َلاَق اََِِراَمَأ ْنَع ِِِِْْخَأَف ِءاَشلا َءاَعِر َةَلاَعْلا َةاَرُعْلا َةاَفُْْا ىَرَ ت ْنَأَو اَهَ تَ بَر ُةَمَْْا َدِلَت ْن ُلِئاَسلا ْنَم يِرْدَتَأ ُرَمُع اَي ِِ َلاَق َُُ اًيِلَم ُتْثِبَلَ ف َقَلَطَْا َُُ َلاَق ِناَيْ ُ بْلا ِِ َنوُلَواَطَتَ ي ُمَلْعَأ ُُلوُسَرَو َُللا ُتْلُ ق ْمُكَيِد ْمُكُمِلَعُ ي ْمُكاَتَأ ُليِِِْج ََُِنَف َلاَق “Umar bin al-Khaththab berkata, Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi Shallallahu Alaihi Wasalam lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi Shallallahu Alaihi Wasalam, kemudian ia berkata, Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam? Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam menjawab: Kesaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadlan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya. Dia berkata, Kamu benar. Umar berkata, Maka kami kaget terhadapnya karena dia menanyakannya dan membenarkannya. Dia bertanya lagi, Kabarkanlah kepadaku tentang iman itu? Beliau menjawab: Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk. Dia berkata, Kamu benar. Dia bertanya, Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? Beliau menjawab: Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat- Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Dia bertanya lagi, Kapankah hari akhir itu? Beliau menjawab: Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya. Dia bertanya, Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya? Beliau menjawab: Apabila seorang budak melahirkan anak tuan-Nya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan. Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian beliau berkata; Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut? Aku menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Beliau bersabda: Itulah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang pengetahuan agama kalian. H.R. Muslim, Bab Iman, No. 9 Iman didefinisikan sebagai keyakinan terhadap: Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan takdir. Keyakinan