itu  akan  membuat  manusia  menjadi  takwa  kepada  Allah  Swt, walaupun tidak ada orang lain yang menyaksikan perbuatannya.
26
6  Iman kepada Qadha dan Qadhar Yang  dimaksud  dengan  qadha  adalah  ketentuan  mengenai
sesuatu  atau  ketetapan  mengenai  sesuatu,  sedangkan  qadar  adalah ukuran  sesuatu  menurut  hukum  tertentu.  Dengan  demikian,  yang
dimaksud qadha dan qadar adalah ketentuan atau ketetapan Allah menurut ukuran atau norma tertentu.
27
Iman kepada qadha dan qadar memberikan pemahaman bahwa kita wajib meyakini kemahabesaran dan kemahakuasaan Allah Swt.
sebagai  satu-satunya  Dzat  yang  memiliki  otoritas  tunggal  dalam menurunkan  dan  menentukan  ketentuan  apa  saja  bagi  makhluk
ciptaan-Nya.  Manusia  diberi  kemampuan  qudrat  dan  otonomi untuk  menentukan  sendiri  nasibnya  dengan  ikhtiar  dan  doanya
kepada  Allah  Swt.  Atas  pilihan  yang  ditempuh  manusia  ini,  semua akibatnya akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah Swt
pada hari kiamat kelak.
28
b.  Aspek-Aspek Ajaran Takwa 1  Hubungan manusia dengan Allah
Hubungan  antara  manusia  dengan  Allah  adalah  hubungan perhambaan  yang  ditandai  dengan  ketaatan,  kepatuhan,  dan
penyerahan  diri  kepada  Allah  Swt.  Hubungan  dengan  Allah  dalam arti  perhambaan  terhadap-Nya  merupakan  titik  tolak  terwujudnya
ketakwaan.  Karena  memelihara  hubungan  dengan  Allah  terus menurus  akan  menjadi  kendali  dirinya,  sehingga  dapat  menghindar
dari  kejahatan  dan  kemungkaran,  dan  membuatnya  konsisten terhadap aturan-aturan Allah Swt.
29
26
Mohammad Daud Ali, op.cit., h. 229.
27
Ibid, h. 230.
28
Rois Mahfud, op. cit., h. 21.
29
Khozin, op. cit., h. 108.
Menurut  Mohammad  Daud  Ali,  ketakwaaan  yang  berhubungan dengan Allah dapat dilakukan dengan : 1 beriman kepada Allah; 2
beribadah  kepada-Nya;  3  bersyukur  atas  nikmat-nikmat  yang diberikan-Nya;  4  bersabar  menerima  cobaan-Nya;  5  memohon
ampun atas segala dosa. Menurutnya, kelima aspek inilah yang dapat menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia.
30
2  Hubungan manusia dengan dirinya sendiri Takwa  dalam  kaitan  dengan  diri  sendiri  adalah  menjaga
keseimbangan  diri  atas  dorongan-dorongan  nafsu  dan  memelihara diri  dengan  baik.  Nafsu  yang  dimiliki  manusia  harus  dikelola  dan
dikendalikan  dengan  baik,  sehingga  menjadi  kekuatan  yang mendorong  manusia  ke  arah  kebaikan,  tidak  membawa  ke  tindakan
yang jelek.
31
Cara-cara  takwa  terkait  dengan  dirinya  sendiri,  di  antaranya dengan senantiasa berlaku: 1 sabar; 2 pemaaf; 3 adil; 4 ikhlas; 5
berani;  6  memegang  amanah;  7  mawas  diri;  8  mengembangan semua sikap yang terkandung dalam akhlak dan budi pekerti.
32
3  Hubungan manusia dengan sesama manusia Substansi  ibadah  kepada  Allah  bukanlah  pemenuhan  ibadah
formal kepada Allah semata, tetapi juga pengabdian terhadap sesama umat  manusia.  Pada  kerangka  ini,  Allah  Swt  telah  memberikan
indikator  atau  menjabarkan  ciri-ciri  orang  yang  bertakwa sebagaimana  di  dalam  Al-Quran  Surat  Al-Baqarah  ayat  177.  Pada
ayat  itu  Allah  menggambarkan  hubungan  kemanusiaan,  di antaranya: mengeluarkan harta, tolong-menolong, saling membantu,
memaafkan orang lain, menepati janji, kepedulian, dan menegakkan keadilan.
33
4  Hubungan manusia dengan lingkugan hidup
30
Mohammad Daud Ali, op. cit., h. 368-369
31
Khozin, op. cit., h. 119
32
Mohammad Daud Ali, op. cit., h. 370.
33
Khozin, op. cit., h. 112-114
Takwa  bisa  ditampilkan  dalam  bentuk  hubungan  seseorang dengan lingkugan hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah manusia
yang memegang tugas kekhalifaanya di tengah alam, sebagai subjek yang  bertanggung  jawab  mengelola  dan  memelihara  alam
lingkungannya.
34
Hubungan  manusia  dengan  lingkungan  hidupnya  dapat dikembangkan,  antara  lain  dengan  memelihara  dan  menyayangi
binatang  dan  tumbuh-tumbuhan,  tanah,  air,  udara  serta  semua  alam semesta  yang  sengaja  diciptakan  Allah  untuk  kepentingan  manusia
dan makhluk yang lain.
3.  Pembinaan Iman dan Takwa Siswa di Sekolah
Pembinaan  Imtak  merupakan  bagian  dari  kegiatan  pembinaan kesiswaan  dalam  rangka  implementasi  pendidikan  karakter  di  sekolah.
Kegiatan  pembinaan  kesiswaan  sendiri  merupakan  kegiatan  pendidikan yang  dilakukan  di  luar  jam  pelajaran  tatap  muka.  Kegiatan  tersebut
dilaksanakan  di  dalam  danatau  di  luar  lingkungan  sekolah  dalam  rangka memperluas
pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, dan
menginternalisasi  nilai-nilai  atau  aturan-aturan  agama  serta  norma-norma sosial  baik  lokal,  nasional,  maupun  global  untuk  membentuk  insan  yang
seutuhnya.
35
Sedangkan  pengertian  pembinaan  iman  dan  takwa  Imtak  adalah suatu kegiatan pembinaan siswa yang dilakukan dengan berbagai kegiatan
keagamaan  di  sekolah,  pelaksanaannya  di  luar  jam  pelajaran,  dan bertujuan untuk membentuk karakter religius siswa.
Bentuk kegiatan pembinaan kesiswaan yang lain dalam memantapkan kepribadian  peserta  didik  guna  mewujudkan  nilai-nilai  karakter  sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional diupayakan antara lain: 1 Pembinaan
34
Ibid.
35
Tim  Penyusun,  Panduan  Pendidikan  Karakter  di  SMP,  Jakarta:  Kemendiknas  Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2010, h. 94
keimanan  dan  ketakwaan  terhadap  Tuhan  Yang  Maha  Esa;  2  Masa Orientasi  Siswa  MOS;  3  Organisasi  Siswa  Intra  Sekolah  OSIS;  4
Penegakan  Tatakrama  dan  Tata  Tertib  Kehidupan  Akademik  dan  Sosial Sekolah;  5  Kepramukaan;  6  Upacara  Bendera;  7  Usaha  Kesehatan
Sekolah  UKS;  8  Palang  Merah  Remaja  PMR;  9  Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba; 10 Pembinaan Bakat dan Minat.
Contoh kegiatan pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang  Maha  Esa  sesuai  dengan  Permendiknas  Nomor  39  tahun  2008
adalah: a.  Melaksanakan  peribadatan  sesuai  dengan  ketentuan  agama  masing-
masing. b.  Memperingati hari-hari besar keagamaan.
c.  Melaksanakan perbuatan amaliah sesuai dengan norma agama. d.  Membina toleransi kehidupan antar umat beragama.
e.  Mengadakan kegiatan lomba yang bernuansa keagamaan. f.  Mengembangkan dan memberdayakan kegiatan keagamaan di sekolah.
Adapun nilai karakter yang dibentuk dengan berbagai contoh kegiatan Imtak
di  atas  adalah  nilai  “religius”  misalnya  iman,  takwa,  tawakal, sabar,ikhlas, dan lain-lain.
36
4.  Tujuan Kegiatan Pembinaan Iman dan Takwa
Pembentukan  kepribadian  manusia  character  building  yang seimbang, sehat dan kuat, sangat dipengaruhi oleh pendidikan agama dan
internalisasi  nilai  keagamaan  dalam  diri  peserta  didik.  Peletakan  dasar- dasar  pendidikan  agama  adalah  kewajiban  orang  tua  dan  juga  menjadi
tugas  guru,  masyarakat,  dan  pemerintah  melalui  berbagai  lembaga pendidikan.
37
Tujuannya adalah membina keimanan dan ketakwaan siswa
36
Ibid, h. 100
37
Rusniati  Hakim,  Pembentukan  Karakter  Peserta  Didik  melalui  pendidikan  berbasis  al- Quran, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, No. 2, 2014, h. 123.
sehingga  mempunyai  karakter  yang  mulia  dalam  hubungannya  dengan Allah swt. maupun dengan manusia sesamanya.
Dengan  memahami  pengertian  iman  dan  takwa  di  atas,  maka keimanan  dan  ketakwaan  siswa  menjadi  core  tujuan  pendidikan  nasional.
Lembaga pendidikan sekolah merupakan wahana yang sangat efektif untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, dengan alasan karena melaui proses
pendidikan  di  sekolah  peserta  didik  akan  memperoleh  bukan  saja  aspek pengetahuan dan ketrampilan, tetapi juga sikap.
Pembinaan  imtak  merupakan  bagian  dari  program  pembinaan kesiswaan  dalam  rangka  implementasi  pendidikan  karakter  di  sekolah
yang bertujuan menanamkan nilai-nilai ajaran agama kepada peserta didik dalam hubungannya dengan Allah swt dan hubungan dengan sesamanya.
Tujuan pembinaan Iman dan Takwa sebagaimana diuraikan oleh Heri Gunawan, di antaranya:
38
a.  Memberikan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman melaksanakan pembiasaan  keimanan  dan  ketakwaan  kepada  Tuhan  Yang  Maha  Esa
dalam kehidupan sehari-hari. b.  Meningkatkan  keimanan  dan  ketakwaan  kepada  Allh  swt  ,  serta
berakhlak mulia. c.  Menanamkan  akhlak  mulia  kepada  peserta  didik  melalui  pembiasaan
positif. d.  Mengamalkan  nilai-nilai  ajaran  agama  dalam  kehidupan  sehari-hari
baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Kegiatan-kegiatan  yang  dilaksanakan  sebagai  bentuk  pembinaan
Imtak di sekolah, misalnya tadarus Quran pagi hari, tausyiahkultum, solat fardu  dan  solat  Jumat  berjamaah,  zakat  infaq  sodaqah  di  lingkungan
38
Heri  Gunawan,  Pendidikan  Karakter:  Konsep  dan  Implementasi,  Bandung:  CV Alfabeta, 2012, cet 2, h. 262
sekolah, peringatan hari-hari besar Islam serta kegiatan keagamaan lainnya tersebut sarat dengan pendidikan al-Quran.
Kegiatan-kegiatan  seperti  demikian  setidaknya  memiliki  empat manfaat  yang  dapat  diperolah,  yaitu:  1  tercegahnya  masalah  kenakalan
remaja;  2  dapat  menyempurnakan  pendidikan  agama  di  sekolah;  3 meningkatkan  kesadaran  siswa  akan  kebutuhan  terhadap  pembinaan
keagamaan dan rasa memiliki kegiatan keagamaan khususnya tentang Al- Quran;  dan  4  membuka  lapangan  kerja  bagi  alumni  atau  orang  yang
berkewajiban memberikan ilmunya.
39
B.  Pembentukan Karakter Religius Siswa 1.  Pengertian karakter Religius Siswa
Istilah karakter secara bahasa etimologis berasal dari bahasa Yunani dari  kata  charassein  yang  berarti  membuat  tajam  dan  membuat  dalam.
Dalam  bahasa  Inggris:  character  dan  dalam  basaha  Indonesia  lazim digunakan  dengan  istilah  karakter.
40
Karakter  dalam  bahasa  Yunani charassein  juga  berarti
”to  mark”  menandai,  arti  ini  memfokuskan pada  bagaimana  menerapkan  nilai-nilai  kebaikan  dalam  tindakan  nyata
atau perilaku sehari-hari.
41
Dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  KBBI,  Pusat  Bahasa Departemen  Pendidikan  Nasional  menjelaskan  kata  karakter  berarti  sifat-
sifat  kejiwaan,  akhlak,  atau  budi  pekerti  yang  membedakan  seseorang dengan  yang  lain,  atau  bermakna  bawaan,  hati,  jiwa,  kepribadian,  budi
pekerti,  perilaku,  personalitas,  sifat,  tabiat,  tempramen,  watak.  Maka
39
Rusniati, op. cit., h. 130.
40
Heri Gunawan, op. cit., h. 1.
41
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta, Bumi Aksara, 2013 cet ke 3, h. 3.
istilah  berkarakter  artinya  memiliki  karakter,  memiliki  kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.
42
Selanjutnya,  Hermawan  Kertajaya mendefinisikan  “karakter  adalah
“ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut
dan merupakan „mesin’ pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.”
43
Dari  beberapa  pengertian  karakter  di  atas,  dapat  dipahami  bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian yang melekat pada
seseorang  yang  menjadi  ciri  khas  yang  membedakan  dirinya  dengan individu  yang  lain  dalam  hal  cara  pandang,  berpikir,  bersikap,  dan
bertindak. Adapun  penjelasan  mengenai  religius  adalah  sebagai  berikut.  Kata
dasar  dari  religius  adalah  religi  yang  berasal  dari  bahasa  Inggris  religion sebagai bentuk dari kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan
adanya sesuatu kekuatan yang lebih besar di atas manusia. Religius berarti sifat religi yang melekat pada diri seseorang. Religiusitas berasal dari kata
religiosity yang berarti keshalihan, pengabdian yang besar pada agama.
44
Ahmad  Thontowi  mendefinisikan,  religiusitas  merupakan  suatu bentuk hubungan manusia dengan Penciptanya melalui ajaran agama yang
sudah terinternalisasi dalam diri seseorang dan tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari.
45
42
Tim  Penyusun  Kamus  Pusat  Bahasa,  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia,  Jakarta:  Balai Pustaka, 2007, ed. 3, cet. 4, h
43
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 2011,  h. 11.
44
Ahmad  Thontowi,  Hakikat  Religiusitas,  diakses  pada  06  Okt  2016,  h.  1, http:sumsel.kemenag.go.idfiledokumenhakekatreligiusitas.pdf.
45
Ibid., h. 2.