Hubungan antara Pembinaan Imtak dengan Pembentukan Karakter Religius Siswa Kelas VIII di SMPN 03 Kota Tangerang Selatan

(1)

HUBUNGAN ANTARA PEMBINAAN IMTAK DENGAN

PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA KELAS VIII

DI SMPN 03 KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh Tri Wibowo NIM. 1112011000037

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v ABSTRAK

Tri Wibowo (NIM: 1112011000037). Hubungan antara Pembinaan Imtak dengan Pembentukan Karakter Religius Siswa Kelas VIII di SMPN 03 Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kegiatan pembinaan Imtak di SMPN 03 Kota Tangerang Selatan dengan pembentukan karakter religius siswa dan persentase kontribusi pembinaan imtak dalam membentuk karakter religius siswa.

Pembinaan Imtak adalah suatu kegiatan pembinaan siswa yang dilakukan dengan berbagai kegiatan keagamaan di sekolah, pelaksanaannya di luar jam pelajaran, dan bertujuan untuk membentuk karakter religius siswa. Sedangkan karakter religius adalah suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendekatan kuantitatif, jenis penelitiannya adalah korelasional yaitu suatu penelitian yang menjelaskan hubungan antara Variabel X (Pembinaan Imtak) dan Variabel Y (Pembentukan karakter Religius Siswa), dan metode yang digunakan adalah deskriptif analisis, yaitu memaparkan data-data angka dalam bentuk deskripsi secara mendalam, objektif, dan apa adanya sesuai data yang dikumpulkan. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment.

Hasil penelitian menunjukkan, nilai r hitung (rxy) yang didapat adalah sebesar 0,7403 dan termasuk kategori yang kuat atau tinggi (nilai r hitung pada rentang 0,71 – 0,90 ) dan nilai KD sebesar 54,80%.

Dengan demikian hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang kuat antara kegiatan pembinaan imtak di SMPN 03 Kota Tangerang Selatan dengan pembentukan karakter religius siswa kelas VIII dan persentase kontribusi pembinaan imtak terhadap pembentukan karakter religius siswa mencapai angka 54,80%.


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan nikmat sehat kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak atas dukungannya dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, MA dan Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. A. Ghufran Ihsan, M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam pembuatan tugas skripsi ini.

4. Drs. Achmad Gholib, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama menempuh studi S1 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Agama Islam.


(8)

vii

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam atas ilmu pengetahuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama perkuliahan.

6. H. Maryono, S.E. M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMPN 03 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan izin dan dukungan kepada penulis dalam penelitan ini.

7. Drs. Anwarudin dan Rendra Al Mubarok, S.Ei selaku Guru Pendidikan Agama Islam di SMPN 03 Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan pengetahuan kepada penulis dalam penelitan ini.

8. Pengelola perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas fasilitas dan layanan yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Kedua orang tua tercinta, Ayah Suroto dan Ibu Supriyatin yang senantiasa mencurakan seluruh kasih sayang dan perhatiannya untuk anaknya ini.

10. Keluarga penulis atas do’a serta dukungan moril maupun materil kepada penulis selama ini.

11. Teman-teman PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012 dan sahabat-sahabat penulis yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi amal ibadah yang baik bagi penulis dan dapat bermanfaaat bagi diri penulis sendiri, rekan-rekan mahasiswa, masyarakat, dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 11 April 2017


(9)

viii

DAFTAR ISI SAMPUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Perumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Kegunaan Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORI ... 14

A. Pembinaan Iman dan Takwa ... 14

1. Pengertian Iman dan Taqwa ... 14

2. Aspek-Aspek Ajaran Iman dan Takwa ... 19

3. Pembinaan Iman dan Takwa Siswa di Sekolah ... 25

4. Tujuan Kegiatan Pembinaan Iman dan Takwa ... 26

B. Pembentukan Karakter Religius Siswa ... 28

1. Pengertian Karakter Religius Siswa ... 28

2. Dimensi Karakter Religius ... 31

3. Tujuan Pembentukan Karakter Religius Siswa ... 32


(10)

ix

5. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Religius

Siswa ... 37

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 38

D. Kerangka Berfikir ... 41

E. Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Metode Penelitian ... 43

C. Variabel Penelitian ... 43

D. Populasi dan Sampel ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

F. Teknik Pengolahan Data ... 49

G. Teknik Analisis Data ... 51

H. Hipotesis Statistik ... 54

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Profil SMPN 03 Kota Tangerang Selatan ... 55

B. Pelaksanaan Pembinaan Iman dan Takwa di SMPN 03 Kota Tangerang Selatan ... 64

C. Analisa dan Interpretasi Data ... 70

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

BAB V PENUTUP ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Matriks Varibel ... 44

Tabel 3.2 Kriteria Penskoran Likert ... 50

Tabel 3.3 Kategori Penilaian ... 51

Tabel 4.1 Nama-Nama Pimpinan SMPN 03 Kota Tangsel ... 55

Tabel 4.2 Profil Sekolah Tahun 2016/2017... 56

Tabel 4.3 Mengikuti Tadarus Al-Quran Bersama-Sama Di Kelas ... 70

Tabel 4.4 Mengerjakan Solat Sunnah Dhuha ... 71

Tabel 4.5 Menuju Masjid Sekolah Saat Waktu Solat Dhuhur Tiba ... 71

Tabel 4.6 Menyisihkan Uang Untuk Kegiatan Infaq Di Sekolah Setiap Hari Jumat ... 72

Tabel 4.7 Membaca Doa Sebelum Maupun Sesudah Belajar ... 72

Tabel 4.8 Menyimak Nasihat-Nasihat Yang Diberikan Oleh Guru ... 73

Tabel 4.9 Senang Mengikuti Tausyiah Pagi Setiap Hari Jumat ... 73

Tabel 4.10 Membaca Surat Yaasiin Bersama-Sama Di Hari Jumat Pagi ... 74

Tabel 4.11 Siswa Laki-Laki Melaksanakan Solat Jumat Berjamaah Di Sekolah Dan Siswi Perempuan Senang Mengikuti Kegiatan Keputrian Di Hari Jumat ... 74

Tabel 4.12 Menyumbangkan Uang Untuk Berkurban ... 75

Tabel 4.13 Menyapa, Menundukan Kepala Ketika Bertemu Dengan Guru Dan Bersalaman ... 75

Tabel 4.14 Berpakaian Rapih Dan Sopan Sesuai Peraturan Dan Tata Tertib ... 76

Tabel 4.15 Menghargai Teman Yang Berbeda Agama ... 76

Tabel 4.16 Hafal Doa Sebelum Dan Sesudah Belajar ... 77

Tabel 4.17 Tidak Berkata Kasar Kepada Teman Meskipun Dia Lebih KecilDarinya ... 77

Tabel 4.18 Membaca Bismillah Ketika Hendak Mengerjakan Sesuatu ... 78

Tabel 4.19 Membaca Al-Quran Dalam Sehari ... 78

Tabel 4.20 Mengerjakan Sholat Fardhu 5 Waktu Secara Tertib ... 79


(12)

xi

Tabel 4.22 Berdzikir Dan Berdoa Ketika Selesai Melaksanakan Sholat Fardhu 80

Tabel 4.23 Bersikap Jujur ... 80

Tabel 4.24 Mencoba Untuk Berdzikir Ketika Bersedih ... 81

Tabel 4.25 Menepati Janjinya Dengan Orang Lain ... 81

Tabel 4.26 Menjaga Kebersihan Diri Dari Hadast ... 82

Tabel 4.27 Bersyukur Ketika Mendapatkan Hadiah Dari Orang Lain ... 82

Tabel 4.28 Membaca Quran Dengan Benar Sesuai Kaidah Ilmu Tajwid ... 83

Tabel 4.29 Meneladani Akhlak Yang Diajarkan Oleh Rasulallah Saw ... 83

Tabel 4.30 Meminta Izin Kepada Orang Tua Ketika Hendak Keluar Rumah ... 83

Tabel 4.31 Tidak Menggangu Temannya Yang Berbeda Agama ... 84

Tabel 4.32 Memberi Kepada Orang Yang Meminta-Minta Semampunya ... 84

Tabel 4.33 Skor Angket Variabel X ... 85

Tabel 4.34 Skor Angket Variabel Y ... 88

Tabel 4.35 Penghitungan Variabel X Dan Y ... 91


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Penelitiam ... 107

Lampiran 2 Pedoman Wawancara ... 109

Lampiran 3 Hasil Wawancara ... 110

Lampiran 4 Hasil Observasi ... 115

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 119

Lampiran 6 Lembar Uji Referensi ... 120

Lampiran 7 Tabel Nilai Product Moment ... 127


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semua Ulama sepakat bahwa manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. Di dalam Al-Quran Allah Swt berfirman:

امو

تۡقلخ

نجۡلٱ

و

سن ۡۡٱ

نودب ۡعيل َإ

٦٥

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka

beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).1

Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, menciptakan makhluk di bumi dan di langit termasuk manusia dan malaikat supaya beribadah, sujud, taat, dan menyembah kepada-Nya. Taat diwujudkan dalam bentuk ibadah dan sujud kepada Allah. Patuh diwujudkan dalam bentuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghindari larangan-larangan Allah Swt.2

Ibadah merupakan media bagi manusia agar dia bisa selalu bersama Allah. Ketika seseorang bisa merasakan diri selalu bersama Allah, maka sesungguhnya dia berada pada kondisi kesadaran tertinggi yang melahirkan spiritualitas Ilahiah. Ketika spiritualitas telah diraih, maka hidup akan bahagia untuk selama-lamanya.3

Orang-orang yang taat dalam beribadah kepada Allah dan dalam menjalankan syariat Islam, mereka mempunyai maqam religius.4 Religiusitas merupakan suatu bentuk hubungan manusia dengan Penciptanya melalui ajaran agama yang sudah terinternalisasi dalam diri seseorang dan tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari.5 Oleh karena itu, karakter religius

1

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Syaamil Al-Quran, 2009), h. 478.

2

Maswardi Muhammad Amin Pendidikan Karakter Anak Bangsa,(Jakarta, Badaose media, 2011), h. 123.

3

Saifuddin Aman, Tren Spiritualitas Milenium Ketiga, (Jakarta: Ruhama, 2013), h. 198.

4

Ibid, h. 159.

5

Ahmad Thontowi, Hakikat Religiusitas, diakses pada 06 Okt 2016, h. 2, (http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/hakekatreligiusitas.pdf).


(15)

2

menjadi dasar penilaian terhadap seseorang, apakah dia sebagai muslim sejati atau hanya sebatas muslim KTP.

Semua orang tidak dilahirkan dengan karakter religius, tetapi mereka mengalami proses menjadi religius. Proses menjadi religius terbentuk dari banyak kemungkinan, misalnya seseorang yang dilahirkan di tengah keluarga yang taat beragama akan lebih mudah terbentuk karakter religiusnya, karena ia sudah terbiasa hidup dan dididik dalam suasana religius dari orang-orang di sekitarnya6 dan teman-teman sepergaulanya. Dalam pandangan Islam, mencari teman yang baik adalah suatu keharusan. Teman berfungsi sebagai pengingat bagi dirinya dalam ketaatan menjalankan perintah agama.7

Agama adalah benteng di depan dan di belakang untuk menghadang pengaruh negatif perkembangan dunia yang dapat merusak karakter / budi pekerti / akhlak mulia anak bangsa.8 Dalam dasa warsa perkembangan dan kemajuan manusia telah ditemukan bahwa dunia memasuki era globalisasi seperti globalisasi dalam bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, kependudukan, dll. Hal ini tidak mungkin bisa dihindari oleh bangsa manapun. Dampak globalisai ada positif dan negatifnya. Di sinilah pentingnya nilai-nilai agama sebagai penyaring arus globalisasi tersebut.9

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, terlihat dari falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila di mana sila pertamanya yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini berimplikasi bahwa visi misi dan kepribadian bangsa Indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agama.10

Manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia sebagai karsa sila pertama Pancasila tidak dapat terwujud

6

Gazi dan Faojah, Psikologi Agama; Memahami Pengaruh Agama terhadap Perilaku Manusia, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2010), h 100.

7

Ibid, h. 35.

8

Maswardi Muhammad Amin, Op., cit, h. 123

9

Ibid, h, 76.

10

Muhammad Jafar Anwar, Membumikan Pendidikan Karakter, (Jakarta: CV. Suri Tatu’uw, 2015), h. 16.


(16)

3

secara tiba-tiba. Manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia akan terbentuk melalui proses kehidupan, terutama melalui proses pendidikan, khususnya kehidupan beragama dan pendidikan agama.11

Melalui proses pendidikan, setiap warga negara Indonesia dibina dan ditingkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulianya. Dengan demikian, meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, sebagai salah satu unsur tujuan pendidikan nasional mempunyai makna dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang kita dambakan12

Selain meningkatkan iman dan takwa serta berakhlak mulia, tentunya juga melalui pendidikan diharapkan mampu menciptakan generasi bangsa yang pintar dari segi kognitifnya. Harapan pendidikan ini tertera dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 bab III, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”13

Sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, idealnya, pendidikan formal menghasilkan manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, inovatif dan kreatif agar survive. Namun realitasnya, output dari pendidikan kita hanya menghasilkan manusia yang lebih mengandalkan kecerdasan intelektual, lalai mendidik kecerdasan emosional dan spiritual siswa.

Kelalaian tersebut membuat para orang tua, guru, pemerhati dan praktisi pendidikan kian prihatin dan khawatir terhadap perilaku menyimpang anak bangsa yang tidak sedikit seperti, remaja yang berani melawan orang tua dan

11

Tim Penyusun, Panduan Pendidikan Karakter di SMP, (Jakarta: Kemendiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2010), h. 98.

12

Ibid, h, 99

13


(17)

4

guru, perilaku malas belajar atau budaya pelajar suka mencontek, tawuran pelajar, free sex, ketergantungan narkoba, dan lainnya.14

Sebagai bahan renungan bersama sejumlah kasus penyimpangan pelajar dan mahasiswa yang mengemuka di Indonesia menunjukkan proses maupun hasil pendidikan di Indonesia saat ini perlu diperbaiki. Pertama, kekerasan dan tawuran antar pelajar yang kian mengkhawatirkan. Seperti kasus meninggalnya Renggo Kadapi (11) siswa SDN Makasar 09 Pagi kelas VI Kecamatan Makasar Jakarta Timur akibat dianiaya oleh seniornya, 04 Mei 2014.15 Tawuran antar pelajar yang sudah berani menggunakan bahan kimia. Kasus tersebut bukti hilangnya hati nurani anak bangsa. Kasus kekerasan

generasi muda misalnya geng motor yang “terorganisir” cenderung brutal

bukan hanya di kota Bandung tetapi juga di tempat lain dan pembegalan yang dilakukan secara sadis. Kedua, munculnya mucikari (pelajar SMP) di kota Pahlawan, Surabaya, sang mucikari menjadikan teman-temannya sebagai PSK.16

Karin Novilda alias Awkarin, remaja yang namanya saat ini dikenal di dunia maya, namun dirinya terkenal bukan karena prestasi atau kepribadiannya yang baik, ia dikenal karena postingan foto dan video kontroversinya. Di dalam postingan itu ia terlihat suka merokok, minum-minuman, bertato, dan berkata-kata kasar. Isi postingannya lebih merusak remaja daripada nilai kreativitas postingannya. Padahal dulunya, saat dirinya masih duduk di bangku SMPN 1 Tanjung Pinang ia memakai kerudung dan ketika ujian Nasional ia berhasil meraih nilai matematika sempurna di Tanjung Pinang pada bulan Juni 2013, ia juga masuk ke jajaran tiga besar se-Provinsi Kepulauan Riau.17

14

Muhammad Jafar Anwar, Membumikan Pendidikan Karakter, (Jakarta: CV. Suri Tatu’uw, 2015), h. 37.

15

https://m.tempo.co/read/news/2014/05/04/064575325/ini-kronologi-penganiayaan-terhadap-renggo, diakses tanggal 22 Februari 2016.

16

http://news.liputan6.com/read/608357/jadi-germo-siswi-smp-di-surabaya-dibekuk-polisi, diakses tanggal 22 Februari 2016.

17

http://www.newsth.com/bintang/20636/siapa-sangka-karin-novilda-alias-awkarin- dulunya-gadis-polos-peraih-nilai-sempurna-un-matematika-kini-berubah-180-derajat/


(18)

5

Penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi disebabkan karena hilangnya ruh dan kesadaran beragama pada diri seseorang dan meresotnya moral dan karakter anak bangsa. Hal ini harus segera ditangani, karena jika tidak, bangsa ini secara sosiologis akan mengalami lost generation religius

(terputusnya satu generasi yang mempunyai integritas moral-agama), dan secara psikologis, maraknya penyakit split of personality (alenasi atau kegamangan jiwa) sehingga mudah disulut untuk berbuat anarkisme dan sadisme maupun penyimpangan perilaku lainnya.18 Oleh karena itu sebagai bangsa yang mayoritas muslim, pendidikan agama Islam harus diperkuat untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan anak bangsa.

Keimanan merupakan langkah awal menciptakan perubahan besar dalam kepribadian. Keimanan melahirkan kekuatan spiritual yang mencengangkan, memberi manusia pengertian baru mengenai hakikat dan tujuan manusia dalam kehidupan. Berkat keimanan, qolbu manusia dipenuhi cinta kepada Allah Swt., Rasul-Nya, orang-orang di sekitarnya, dan kemanusiaan secara umum. Dalam keimanan tersebut, terpancar ketenangan dan ketentraman.19

Keimanan kepada Allah akan disertai ketakwaan kepada Allah. Takwa merupakan upaya manusia menjaga dirinya dari murka Allah dengan menjauhi larangan Allah dan mengerjakan perintah-Nya. Dalam pengertian tersebut, takwa menjadi sebuah kekuatan yang mengarahkan perilaku manusia kepada perilaku paling utama dan baik. Takwa juga mengarahkan manusia ke arah pengembangan dan peningkatan diri serta menghindari perilaku buruk, menyimpang dan abnormal.20

Penanaman aqidah agama (Iman dan Takwa) merupakan salah satu metode pendidikan (uslub tarbiya) yang paling agung. Karena dengan demikian agama mempunyai kekuasaan atas hati dan jiwa, dan memiliki

18

Anas Salahudin, Pendidikan Karakter: Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), cet 1, h 16.

19

Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-quran, Terj, dari Al-Quran wa Ilmun Nafsi oleh M. Zaka Al-Farisi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005), Cet. I, h. 446.

20


(19)

6

pengaruh atas perasaan dan indera. Bahkan kemampuannya dalam menguasai dan mempengaruhi ini, hampir tidak ada sarana-sarana lain yang ditemukan pakar pendidikan yang dapat menandinginya.21

Melihat pentingnya kandungan keimanan dan ketakwaan, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan formal perlu menguatkan Pendidikan Agama Islam untuk membina iman dan takwa siswa dalam menyelenggrakan pendidikan, dimana hal ini sudah diinstruksikan oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Sekolah adalah lembaga paling berpengaruh yang kedua, setelah keluarga, dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan anak, termasuk perkembangan keagamaan dan moral. 22

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah mata pelajaran yang wajib diberikan di Sekolah Dasar dan Menengah. Sebagaimana disebutkan dalam Bab V pasal 12, UU RI No. 20 Tahun 2003, bahwa peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajar oleh pendidik yang seagama. Sesuai pula dengan Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 2007 pasal 3, tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan, disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama. Proses pembelajaran PAI di sekolah harus diberikan melalui 2 (dua) program, intrakurikuler dan ekstrakurikuler, agar tujuan dan kompetensi PAI dapat dicapai sesuai standar yang diharapkan.23

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai pembelajaran agama Islam pada siswa SMP yang alokasinya hanya tiga jam setiap pekan, tentunya dirasakan belum cukup untuk mengajarkan materi pelajaran agama yang mencakup Al-Quran dan Hadits, aqidah, akhlak, fiqih, dan sejarah Islam;

21

Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyyah, Terj. dari Al-Aqaidul-Islamiyyati oleh Ali Mahmudi, (Jakarta: Robbani Press, 2006), h. 8

22

Gazi dan Faojah, op, cit., h. 44.

23

Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 15.


(20)

7

dengan segala aspeknya yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik hubungan dengan Allah Swt maupun hubungan sesama dan lingkungan alam sekitarnya.

Hal tersebut terlihat dari prestasi dan kompetensi peserta didik SMP dalam bidang Pendidikan Agama Islam saat ini umumnya belum menggembirakan. Indikasinya antara lain kemampuan peserta didik dalam hal praktik peribadatan dan baca tulis AL-Quran umumnya masih rendah dan perlu ditingkatkan. Peserta didik juga berani melanggar norma dan aturan, seperti tawuran, perkelahian, merokok, pergaulan bebas, berkata kasar, melanggar tata tertib sekolah, dan lain sebagainya yang terkesan menjadi tren kehidupan remaja.

Mengingat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas tidak cukup waktu maka perlu tambahan melalui kegiatan lainnya. Salah satu kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan di sekolah adalah penyelenggaraan pembinaan iman dan takwa (Imtak). Pembinanaan Imtak biasanya dilaksanakan rutin yaitu harian, mingguan, maupun dalam rangka memperingati hari besar Islam dengan berbagai aktivitas keagamaan yang sudah terprogram.

Pembinaan Imtak juga merupakan salah satu bentuk kegiatan pembinaan kesiswaan dalam rangka implementasi pendidikan karakter di sekolah.24 Tujuan dari pembinaan Imtak adalah membentuk karakter religius siswa, menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik melalui kegiatan pembiasaan positif, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari baik sekolah, rumah, maupun di masyarakat.25

Pembinaan keimanan dan ketaqwaan siswa dilaksanakan melalui kegiatan rutin, kegiatan spontanitas, pengkondisian, serta keteladanan yang terbalut dalam nilai-nilai ajaran agama Islam. Dari pelaksanaan tersebut

24

Tim Penyusun, op, cit., h. 96.

25


(21)

8

diharapkan siswa dapat terbiasa melaksanakan ajaran-ajara agama dengan kesadaran dirinya baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan pergaulannya; siswa memahami nilai-nilai ajaran Islam lebih dalam; dan membentuk siswa yang bukan hanya mengerti akan hal-hal yang baik dan benar saja, akan tetapi ditanamkan dalam diri siswa nilai-nilai karakter terpuji.26

Contoh Kegiatan Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 adalah melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-masing, memperingati hari hari besar keagamaan, mengadakan kegiatan lomba yang bernuansa kegamaan, dan mengembangkan dan memberdayakan kegiatan keagamaan di sekolah. Adapun nilai karakter yang dibentuk dengan berbagai contoh kegiatan di atas adalah nilai “religius‟ (misalnya iman, takwa, tawakkal, sabar, ikhlas).27

Karakter religius merupakan salah satu nilai karakter yang ada dalam pendidikan karakter. Nilai religius merupakan nilai yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut pengertian Kemendiknas, karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.28

Akhmad Muhaimin Azzet mengungkapkan bahwa nilai religius merupakan nilai yang mendasari pendidikan karakter karena pada dasarnya Indonesia adalah negara yang beragama. Nilai religius yang bersifat universal sebenarnya dimiliki oleh masing-masing agama sehingga tidak akan terjadi hegemoni agama yang dipeluk mayoritas kepada orang-orang yang memeluk agama minoritas. Nilai religius yang yang dijadikan dalam pendidikan

26

Balitbang Pusat Kurikulum, Pedoman Sekolah dalam Pengembanan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta: Kemendiknas, 2010), h.15

27

Tim Penyusun, op. cit., h. 100.

28


(22)

9

karakter sangat penting karena keyakinan seseorang terhadap kebenaran nilai yang berasal dari agama yang dipeluknya bisa menjadi motivasi kuat dalam membangun karakter. Sudah tentu siswa dibangun karakternya berdasarkan nilai-nilai universal agama yang dipeluknya masing-masing sehingga siswa akan mempunyai keimanan dan ketakwaan yang baik sekaligus memiliki akhlak mulia.29

Pentingnya karakter religius ini terhadap diri seseorang telah diungkapakan oleh beberapa penelitian, seperti dalam penelitian Miftah Aulia Andisti dan Ritandiyono tentang hubungan religiusitas dan perilaku seks bebas pada dewasa awal menyimpulkan, bahwa semakin tinggi religiusitas seseorang maka semakin rendah perilaku seks bebasnya, dan sebaliknya semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi perilaku seks bebasnya. Religiusitas yang tinggi, dikarenakan mereka sering mengikuti kegiatan-kegiatan kerohanian yang menanamkan nilai-nilai atau norma-norma agama pada mereka. Selain itu, mereka senang membaca ayat-ayat kitab suci, sehingga mereka mengetahui larangan-larangan dan perintah-perintah Tuhan.30

Religiusitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan emosi, karena individu-individu yang mengahayati nilai-nilai agamanya tidak akan mudah terpengaruh oleh gangguan-gangguan emosi. Hal tersebut ditandai dimilikinya kemampuan untuk merasakan kehangatan dalam melakukan hubungan interpersonal, mempunyai rasa aman secara emosional, dalam arti toleran terhadap frustasi yang dihadapi, serta dalam kondisi rasa percaya diri terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Oleh karena itu, nilai religius perlu diajarkan kepada siswa sejak dini karena ajaran agama sangatlah penting untuk pedoman hidup manusia karena

29

Ahmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h 17.

30

Miftah Aulia Andisti dan Ritandiyono, Hubungan Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada Dewasa Awal, Jurnal Psikologi, vol. I, No. 2, Juni 2008, h. 175.


(23)

10

dengan bekal agama yang cukup akan memberikan dasar yang kuat ketika akan bertindak. Dalam karakter religius terdapat pengahayatan terhadap aturan-aturan kehidupan dan pengendali diri dari perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat agama.

Mendidik karakter religius sejak dini akan lebih mudah tertancapkan pada diri seseorang dan akan membekas untuk waktu yang sangat lama. Sebagaimana ada sebuah pepatah mengatakan “mengajarkan ilmu agama kepada anak sejak kecil itu bagaikan mengukir di atas batu, ukiran itu akan ada selama lamanya.”

Pada penelitian ini, penulis membahas tentang karakter religius pada siswa SMP. Pentingnya karakter religius bagi siswa-siswa SMP ialah karena pada masa ini (rentang umur 13-15 th), mereka –dalam pandangan Islam- sebagian besar sudah mencapai akil baligh oleh karena itu mereka sudah menjadi seorang mukallaf yaitu dimulainya seseorang mendapatkan kewajiban untuk melaksanakan hukum syariat. Oleh karena itu religiusitas ini akan menjadikan seseorang dengan kesadaran diri melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Salah satu lembaga pendidikan formal yang saat ini telah menyelenggarakan pembinaan Imtak sebagai kegiatan pembinaan kesiswaan guna meningkatkan karakter religius siswa adalah SMP N 03 Kota Tangerang Selatan. Adapun bentuk-bentuk kegiatan pembinaan Imtak bagi siswa muslim yang dilakukan diantaranya yaitu:

1. Membaca do’a sebelum dan sesudah jam pelajaran. 2. Melakukan tadarus Quran di pagi hari.

3. Melaksanakan Sholat Dzuhur berjamaah bagi seluruh siswa muslim. 4. Melaksanakan sholat Jum’at bagi siswa muslim laki-laki dan untuk siswa

muslim perempuan diberikan pembinaan tersendiri yang dilaksanakan


(24)

11

5. Mengadakan tausyiyah pagi hari untuk seluruh warga sekolah pada hari Jum’at.

6. Mewajibkan untuk semua siswi muslim untuk memakai jilbab di hari Jum’at.

7. Peringatan hari-hari besar agama seperti Maulid Nabi, tahun baru Hijriyah, dan sebagainya.

Penulis memilih untuk meneliti kegiatan Imtak yang di lakukan di SMPN 03 Kota Tangsel. Kegiatan Pembinaan Imtak memang sudah umum di lakukan di setiap sekolah, tetapi dalam pengembangan dan pelaksanaannya mungkin terdapat perbedaan. Begitu juga dari banyaknya kegiatan keagamaan atau pembinaan Imtak di sekolah tersebut, apakah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan karakter religius siswa dan teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk mengambil tema dalam melakukan penelitin ini dengan judul Hubungan antara Pembinaan IMTAK dengan Pembentukan Karakter Religius Siswa kelas VIII di SMP Negeri 03 Kota Tangerang Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Rendahnya kesadaran siswa dalam melaksanakan ajaran agama Islam. 2. Kemampuan siswa dalam peribadatan dirasakan masih kurang.

3. Kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran perlu ditingkatkan

4. Banyak perilaku menyimpang dari ajaran Islam yang dilakukan oleh siswa. 5. Kenakalan remaja yang masih banyak dilakukan siswa

6. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam saja dirasa tidak cukup mendidik akhlak siswa sepenuhnya.

7. Perlunya kegiatan pembinaan Imtak dalam membentuk karakter religius siswa.


(25)

12

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah penelitian, yaitu: Hubungan antara pembinaan imtak dengan pembentukan kerakter religius siswa.

Agar pembahasan penelitian lebih terarah dan tidak melebar jauh dari ruang lingkup penelitian, maka penulis menjelaskan poin dari pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Imtak yang menjadi fokus penelitian adalah kegiatan keagamaan/ ibadah yang di laksanakan di sekolah baik ibadah wajib maupun sunnah. 2. Karakter religius yang menjadi fokus penelitian adalah sikap dan perilaku

yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: “adakah hubungan yang signifikan antara pembinaan imtak dengan pembentukan karakter religius siswa kelas VIII di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan dan seberapa besar kontribusi pembinaan imtak terhadap pembentukan karakter religius siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, tujuan-tujuan penelitian yang ingin dicapai diantaranya:

1. Untuk mengetahui hubungan antara pembinaan imtak dengan pembentukan karakter religius siswa kelas VIII di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan.

2. Untuk mengatahui kontribusi pembinaan imtak terhadap pembentukan karakter religius siswa kelas VIII di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan.

F. Kegunaan Penelitian

Adapaun kegunaan yang diharapkan dari penelitin ini adalah: 1. Secara teoritik

a. Menambah dan memperkaya khazanah dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembentukan karakter siswa.


(26)

13

b. Menambah dan memperkaya khazanah dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembahasan menengenai Keimanan dan ketaqwaan. c. Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas

keilmuan peneliti. 2. Secara praktis

a. Sebagai acuan atau paling tidak menjadi masukan sekolah/madrasah dalam upaya membentuk karakter religius siswa.

b. Sebagai rujukan bagi sekolah/madrasah dalam mengembangkan dan melaksanakan Pembinaan Imtak guna membentuk karakter religius siswa.


(27)

14 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembinaan Iman dan Takwa

1. Pengertian Iman dan Takwa

Iman dan takwa (selanjutnya disebut imtak) merupakan dua kata dimana masing-masing mengandung pengertiannya tersendiri, namun keduanya juga merupakan satu kesatuan yang saling terkait yang digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya dan hubungannya dengan manusia dan lingkungan alam sekitarnya. Untuk memudahkan memahami pengertian Iman dan Takwa, penulis akan membahas keduanya.

Iman secara bahasa berasal dari bahasa Arab amana, yu’minu,

iimaana artinya percaya atau yakin. Iman dari segi istilah artinya meyakini

setulus hati yang mengakar kuat, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan seluruh anggota badan.1

Rasulallah Saw menerangkan pengertian Iman secara langsung kepada umatnya. Diriwayatkan dalam sebuah Haditst:2

ْذِإ ٍمْوَ ي َتاَذ َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص َِللا ِلوُسَر َدِْع ُنََْ اَمَْ يَ ب َلاَق ِباَطَْْا ُنْب ُرَمُع

َََو ِرَفَسلا ُرَ ثَأ ِْيَلَع ىَرُ ي ََ ِرَعَشلا ِداَوَس ُديِدَش ِباَيِ ثلا ِضاَيَ ب ُديِدَش ٌلُجَر اَْ يَلَع َعَلَط

َِم ُُفِرْعَ ي

ِْيَ تَبْكُر ََِإ ِْيَ تَبْكُر َدَْسَأَف َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص َِِِلا ََِإ َسَلَج َََح ٌدَحَأ ا

ىَلَص َِللا ُلوُسَر َلاَقَ ف ِم ََْسِْْا ْنَع ِِِِْْخَأ ُدَمَُُ اَي َلاَقَو ِْيَذِخَف ىَلَع ِْيَفَك َعَضَوَو

َو ِْيَلَع َُللا

َُللا ىَلَص َِللا ُلوُسَر اًدَمَُُ َنَأَو َُللا ََِإ ََلِإ ََ ْنَأ َدَهْشَت ْنَأ ُم ََْسِْْا َمَلَس

ْيَلِإ َتْعَطَتْسا ْنِإ َتْيَ بْلا َجَََُو َناَضَمَر َموُصَتَو َةاَكَزلا َ ِِْؤُ تَو َة َََصلا َميِقُتَو َمَلَسَو ِْيَلَع

ِ

اَق ًَيِبَس

ْنَأ َلاَق ِناَمِْْا ْنَع ِِِِْْخَأَف َلاَق ُُقِدَصُيَو ُُلَأْسَي َُل اَْ بِجَعَ ف َلاَق َتْقَدَص َل

َلاَق ِِرَشَو َِِْْخ ِرَدَقْلاِب َنِمْؤُ تَو ِرِخ ْْا ِمْوَ يْلاَو ِِلُسُرَو ِِبُتُكَو ِِتَكِئ َََمَو َِللاِب َنِمْؤُ ت

1

Kemendikbud, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti: Kelas X SMA/MA (Jakarta, Kemendikbud, 2014), h. 104.

2


(28)

15

ِِْْخَأَف َلاَق َتْقَدَص

ُاَرَ ت ْنُكَت َْْ ْنِنَف ُاَرَ ت َ َََأَك ََللا َدُبْعَ ت ْنَأ َلاَق ِناَسْحِْْا ْنَع ِِ

َلاَق ِلِئاَسلا ْنِم َمَلْعَأِب اَهْ َع ُلوُئْسَمْلا اَم َلاَق ِةَعاَسلا ْنَع ِِِِْْخَأَف َلاَق َكاَرَ ي ََُِنَف

َأ َلاَق اََِِراَمَأ ْنَع ِِِِْْخَأَف

ِءاَشلا َءاَعِر َةَلاَعْلا َةاَرُعْلا َةاَفُْْا ىَرَ ت ْنَأَو اَهَ تَ بَر ُةَمَْْا َدِلَت ْن

ُلِئاَسلا ْنَم يِرْدَتَأ ُرَمُع اَي ِِ َلاَق َُُ اًيِلَم ُتْثِبَلَ ف َقَلَطَْا َُُ َلاَق ِناَيْ ُ بْلا ِِ َنوُلَواَطَتَ ي

ُمَلْعَأ ُُلوُسَرَو َُللا ُتْلُ ق

ْمُكَيِد ْمُكُمِلَعُ ي ْمُكاَتَأ ُليِِِْج ََُِنَف َلاَق

“Umar bin al-Khaththab berkata, 'Dahulu kami pernah berada di sisi

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam, kemudian ia berkata, 'Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam? ' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam menjawab: "Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadlan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.' Dia berkata, 'Kamu benar.' Umar berkata, 'Maka kami kaget terhadapnya karena dia menanyakannya dan membenarkannya.' Dia bertanya lagi, 'Kabarkanlah kepadaku tentang iman itu? ' Beliau menjawab: "Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk." Dia berkata, 'Kamu benar.' Dia bertanya, 'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? ' Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." Dia bertanya lagi, 'Kapankah hari akhir itu? ' Beliau menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Dia bertanya, 'Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya? ' Beliau menjawab: "Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuan-Nya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan." Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian beliau berkata; "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?" Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Beliau bersabda: "Itulah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan

kepada kalian tentang pengetahuan agama kalian'." (H.R. Muslim,

Bab Iman, No. 9)

Iman didefinisikan sebagai keyakinan terhadap: Allah, Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan takdir. Keyakinan


(29)

16

kepada Allah merupakan sesuatu yang tersusun di dalam pemikiraan. Oleh karena untuk mengetahui adanya Allah seseorang harus yakin terlebih dahulu, keyakinan ini akan mengantarkan menuju pengetahuan tentang Tuhan. Dalam hal ini Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Iman adalah pengakuan dengan lisan, pembenaran dengan jiwa, dan pembuktian melalui amal perbuatan.3

Sayyid Sabiq mengatakan “Iman bukanlah sekedar ucapan dengan lisan dan keyakinan dalam hati, akan tetapi iman adalah suatu keyakinan yang memenui hati dan darinya muncul berbagai pengaruhnya sebagaimana dari matahari terpancar cahaya, dan sebagaimana dari bunga mawar tersebar aroma harum yang semerbak.”4

Di antara manifestasi iman adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai oleh orang yang beriman dari apapun juga dan mencintai syariat yang diwahyukan oleh Allah kepada Rasul-Nya, dan hal itu tampak dalam ucapan, perbuatan, dan perilakunya.5

Dari pengertian Iman di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa iman adalah keyakinan yang tertancap di hati seseorang akan adanya Allah Yang Maha Esa yang menciptakan, mengatur dan mengurus semua makhluk-Nya dan mengimani hal-hal ghaib lainnya kemudian dia mengikrarkan keimanan itu melalui lisannya dan membuktikanya dengan ibadah dan amal perbuatan sesuai syariat sebagai manifestasi keimanannya.

Iman adalah keyakinan yang ada dalam hati yang menjadi dasar amal syariat dan perbuatan seorang muslim. Imanlah yang membuat orang hanya punya satu tujuan yaitu Allah dan membuat orang hidup penuh keseimbangan. Tanpa iman, amal apapun tidak sampai kepada Allah.

3

Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam (Ringkas), Terj. dari The Concise Encyclopaedia of Islam oleh Ghufron A. Mas’adi, (Jakarta: PT Raja Grafino Persada, 1999), cet. 2, h. 169.

4

Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyyah, Terj. dari Al-Aqaidul-Islamiyyati oleh Ali Mahmudi, (Jakarta: Robbani Press, 2006), h. 118.

5


(30)

17

Itulah sebabnya orang kafir dan orang-orang yang beramal bukan didasarkan pada keimanan seperti fatamorgana, tidak mendapatkan pahala di akhirat.6 Di dalam dua surat, Allah Swt berfirman:

َݍݚܓڰ݆ٱݔ

َ

َ ݑ۹ܛحݚَ ٖۻعݛܿ۸َ۶۴ܕܛكَ݉ݓ݇ ٰ݋عأَْ۴ٓݔܕܻك

َڰظ݆ٱ

َ݋َ َ

َ݌۵

َ

َ۴ܒۮَ ٰٓݗڰتحَ ءٓ۵݊

َݐءٓ۵ج

َ

َݛشَݐܑجݚَ݆݉

َ َ

َܑجݔݔَ۵

َڰّٱ

َ

َݐܑݏع

َ

َݑ۸۵ܛحَݑٰىڰفݕف

َ َ

َݔ

َڰّٱ

َ

َعݚܕܚ

َ۶۵ܛح݆ٱ

َ

٩٣

َ

“Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka adalah laksana

fatamorgana di tanah yang datar yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan

amal-amal dengan cukup an Allah sngt cepat perhitungan-Nya”

(QS. An-Nur: 39).7

۵ݓڱݚأٰٓݚ

َ

َݍݚܓڰ݆ٱ

َ

َ۸َ݉݃تٰܑܾصَْ۴ݕ݇ط۹تَََْ۴ݕݏ݊۴ء

َڲݍ݋݆ٱ

َ

َݔ

َٰݖܒۡٱ

ََك

ݘܓڰ݆ٱ

َ

َݑ݆۵َܻ݊ܽݏݚ

َ

َءٓ۵ئܔ

َܘ۵ڰݏ݆ٱ

َ

َ۸َݍۭ݊ݚََݔ

َڰّٱ

َ

َݔ

َ݈ݕݛ݆ٱ

َ

َ ܕخٓۡٱ

َ

َݑ݇ث݋ف

َ

َݑݛ݇عَ݌۴ݕܻصَ݅ث݋ك

َݑ۸۵صأفَ ٞ۶۴ܕت

َ

َكܕتفَ ٞ݅۸۴ݔ

ݑ

َ

َ ْ۴ݕ۹ܛكَ۵ڰ݋ڲَ݊ ٖءݙشَ ٰݗ݇عَ݌ݔܔܑܿݚَ ڰََ ۴ ܑ݇ص

َݔ

َڰّٱ

َ

َݘܑݓݚََ

َ݈ݕ݆ܿٱ

َ

َݍݚܕܻ ٰ݆݃ٱ

َ

٤٦٢

َ

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu menghilangkan

(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atsnya ada tanah, kemudia batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjdilah dia bersih. Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak

memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS.

al-Baqarah: 264).8

Takwa dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab dari kata waqa, yaqi,

wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara, dan melindungi, ada

juga yang memaknai keinsafan (consciousness). Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka kata takwa dapat diartikan sebagai sikap

6

Saifuddin Aman, Tren Spiritualitas Milenium Ketiga, (Jakarta: Ruhama, 2013), h. 81.

7

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Syaamil Al-Quran, 2009), h. 581

8


(31)

18

memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran Islam secara utuh dan konsisten (istiqomah).9

Sedangkan menurut istilah, banyak ulama maupun cendikiawan yang mengartikan kata takwa itu bermacam-macam. Definisi takwa yang sering dijelaskan oleh para ulama adalah imtisalu awaamirihii wajtinabu

al-nawahihi (melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi

segala larangan-Nya). Takwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah dan menunaikan apa yang diwajibkan-Nya.10

Orang yang bertakwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran, menjaga diri dari kejahatan, memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak diridhoi Allah, bertanggung jawab mengenai sikap, tingkah laku, dan perbuatannya, dan memenuhi kewajiban.11

Secara umum bahwa ciri-ciri orang yang bertakwa ialah: 1) Keimanannya tulus dan sejati terhadap Allah, Hari Akhir, Malaikat, Kitab, dan Nabi-Nabi; 2) Orang yang bertakwa menunjukkan perbuatan baik dan kedermawanan kepada manusia; 3) Orang yang bertakwa menegakkan dan menjalankan ritus-ritus (ibadah); 4) Orang yang bertakwa menjadi warga masyarakat yang baik dan berprtisipasi dalam segala aspek kehidupan kemasyarakatan; dan 5) Dia tetap tabah dan tidak goyah jiwa pribadinya dalam setiap keadaan.12

Dari pengertian takwa di atas, dapat diambil kesimpulan, orang yang bertakwa adalah orang yang menjadi khalifah/hamba Allah yang taat dan tunduk kepada-Nya dengan menjalankan segala apa yang diperintahkan-Nya dan memelihara diri dari hal-hal yang dilarang-diperintahkan-Nya, berbuat kebaikan kepada sesama dan mencegah kerusakan di bumi, sabar dan tabah dalam

9

Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013), h. 104

10

Ibid.

11

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Rajawali Press, 2008), h. 361.

12


(32)

19

ketaatan kepada Allah dan bersyukur dalam setiap keadaan, memanfaatkan segala apa yang diberikan-Nya dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang dianugrahkan kepadaanya untuk kemakmuran hidup bersama dan menjadikannya sebagai sarana beribadah kepada-Nya.

Keimanan dan ketakwaan itu beriringan (bergandengan) satu dengan yang lain. Keduanya secara konsisten disebutkan di dalam Al-Quran, misalnya seperti di dalam QS AL-Baqarah [2]: 177:13

َܙݛڰ݆

َڰܕ۹݆ٱ

َ

َ݅۹َܾ݉݃ݒݕجݔَْ۴ݕڱ݆ݕتَ݌أ

َܼܕش݋݆ٱ

َ

َݔ

َ۶ܕغ݋݆ٱ

َ

َ ڰݍٰ݆݃ݔ

َڰܕ۹݆ٱ

َ

َݍ݊

َ۸َݍ݊۴ء

َڰّٱ

َ

َݔ

َ݈ݕݛ݆ٱ

َ

َܕخٓۡٱ

َ

َݔ

َۻ݃۳ٰٓ݇݋݆ٱ

َ

َݔ

َ۷ٰت݆݃ٱ

َ

َݔ

َڲݛ۹ڰݏ݆ٱ

َ

َݍ

َ

َݗت۴ءݔ

َ݄۵݋݆ٱ

َ

َ ٰݗ݇ع

َݑڲ۹ح

َ

َ ݘݔܒ

َٰݗ۸ܕ݆ܿٱ

َ

َݔ

َ݋ٰتݛ݆ٱ

َݔَ ٰݗ

َݍݛ݃ ٰܛ݋݆ٱ

َ

َݔ

َݍ۸ٱ

َ

َ݅ݛ۹ڰܛ݆ٱ

َ

َݔ

َݍݛ݇ئٓ۵ڰܛ݆ٱ

َ

َݙفݔ

َ۶۵ܾڲܕ݆ٱ

َ

َ݈۵ܾأݔ

َۺ ٰݕ݇ڰص݆ٱ

َ

َءݔ

َݗت۴

َۺ ٰݕكڰܗ݆ٱ

َ

َݔ

َ݌ݕفݕ݋݆ٱ

َ

َ ْ۴ݔܑݓ ٰعَ۴ܒۮَ݉ݒܑݓع۸

َݔ

َݍݚܕ۹ ٰڰص݆ٱ

َ

َݙف

َءٓ۵ܚأ۹݆ٱ

َ

َݔ

َءٓ۴ڰܕڰض݆ٱ

َ

َݍݛحݔ

َ ܘأ۹݆ٱ

َ

َك۳ْٰ݆ٓݔأ

َݍݚܓڰ݆ٱ

َ

َܑص

َ ْ۴ݕܾ

َ

َ݉ݒَك۳ْٰ݆ٓݔأݔ

َ݌ݕܿڰت݋݆ٱ

َ

٧١١

َ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu

suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (imannya); dan mereka itulah

orang-orang yang bertakwa.” Q.S. Al-Baqarah [2]: 177.14

Deskripsi iman dan takwa di atas memperjelas, bahwa begitu pentingnya pendidikan dengan berlandaskan keislaman dan moralitas. Pendidikan atau pembinaan karakter yang dilandasi keimanan dan ketawaan, akan menghasilkan output yang memiliki tanggung jawab sosial serta tanggung jawab moral kepada Allah Swt sebagai hamba-Nya.

2. Aspek-Aspek Ajaran Iman dan Takwa

a. Aspek-Aspek Ajaran Iman

13

Mohammad Daud Ali, op. cit.,h. 363.

14


(33)

20

Aspek-aspek iman yang merupakan pokok-pokok keyakinan dalam Islam dan menjadi asas seluruh ajaran Islam jumlahnya ada enam sebagaimana yang terangkum dalam istilah rukun iman15, yaitu:

1) Iman kepada Allah

Esensi Iman kepada Allah adalah meyakini tentang kebenaran keesaan Allah, tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apapun. Inilah yang disebut dengan bertauhid kepada Allah Swt. Dalam berbagai ayat, Allah memberikan penegasan tentang ke-Esa-an-Nya seperti firman Allah Q.S. Thaha [20]: 14 dan Q.S. Al-Ikhlas [112]: 1-4.16

َٓݙݏڰݎۮ

َ

َ۵ݎأ

َڰّٱ

َ

َفَ۵ݎأَٓ ڰَۮَݑٰ݆ۮََٓ

ݙݎܑ۹عٱ

َ

َܾ݉أݔ

َۺ ٰݕ݇ڰص݆ٱ

َ

َٓݘܕكܓ݆

٧٢

Sesunggunya Aku ini Adalah Allah, tidak ada Tuan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah Sholat untuk

mengingat Aku. (Q.S. Thaha [20]: 14).17

َܾ݅

َ

َݕݒ

َڰّٱ

َ

َܑحأ

٧

ََ

َڰّٱ

َ

َܑ݋ڰص݆ٱ

َ

٤

ََ

َܑ݆ݕݚَ݆݉ݔَܑ݇ݚَ݆݉

٩

ََ

َݑڰَ݆ݍ݃ݚَ݆݉ݔ

َ

َܑحأَ۴ݕܻك

٢

َ

Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah

Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak tdak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun

yang setara dengan Dia.” (Q.S. Al-Ikhlas [112]: 1-4.

Tauhid dalam hal ini ada tiga pemahaman. Pertama, Tauhid

Rububiyyah, ialah mengimani Allah sebagai satu-satunya Rabb

(Maha Mencipta, Mengelola, dan Memelihara). Kedua, Tauhid

Uluhiyah, ialah mengimani Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang

berhak disembah. Ketiga, Tauhid Asma Wa sifat, ialah bahwa Allah memiliki Nama-nama yang Agung dan sifat-sifat yang mulia yang tidak dapat diserupakan dengan sesuatu apapun.18

2) Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah

15

Muhammad Daud Ali, op. cit., h. 201.

16

Rois Mahfud, Al-Islam: Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), h 13. 17

Departemen Agama RI, op. cit., h. 874.

18


(34)

21

Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah Swt yang bersumber dari cahaya; ia tidak dapat dilihat atau diindera dengan panca indera manusia – makhluk gaib. Namun demikian, ia tetap ada dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah Swt.19

Malaikat juga diberikan tugas dan peran oleh Allah Swt. yang berkaitan dengan manusia, seperti (1) menyampaikan wahyu Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya, (2) mengukuhkan hati orang-orang yang beriman, (3) memberi pertolongan kepada manusia, (4) membantu perkembangan rohani manusia, (5) mendorong manusia untuk berbuat baik, (6) mencatat perbuatan manusia, (7) melaksanakan hukuman Allah.20

3) Iman kepada Kitab-Kitab Allah

Orang yang beriman kepada Allah wajib beriman kepada kitab-kitab-Nya. Allah mengutus para Rasul-Nya dan menurunkan pula kitab-kitab-Nya untuk dijadikan pedoman oleh manusia dalam beribadah dan menata kehidupan manusia demi mencapai keridhaan Allah sebagai puncak dari tujuan hidup yang sesungguhnya.21

Kitab-kitab suci itu memuat wahyu-wahyu Allah Swt. Kitab suci untuk umat Islam adalah Al-Quran, wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul yang terakhir untuk pedoman umat manusia sampai akhir zaman. Al-quran juga menyebut kitab suci lainnya antara lain Zabur Nabi Daud, Taurat

Nabi Musa, dan Injil Nabi Isa. 22 4) Iman kepada Rasul-Rasul Allah

19

Ibid. h. 17.

20

Mohammad Daud Ali, op. cit., h. 210.

21

Rois Mahfud, op. cit., h 17

22


(35)

22

Rasul yang berarti utusan mengandung makna manusia-manusia pilihan yang menerima wahyu dari Allah dan bertugas menyampaikannya kepada tiap-tiap umatnya. Jumlah rasul sangat banyak dan yang diceritakan di dalam Al-Quran hanyalah 25 Rasul. Setiap rasul memiliki misi profetik yang sama, yaitu menegakkan aqidah yang mengesakan Allah Swt. Para Rasul tersebut diutus dengan membawa Syariat yang berlaku hanya untuk tiap umatnya karena keterbatasan waktu dan tempat, sedangkan Rasul yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad Saw, ia datang membawa syari’at yang berlaku untuk semua manusia sampai akhir zaman.23

5) Iman kepada Hari Kimat

Hari kiamat disebut juga dengan yaumul akhir (hari akhir),

yaumul ba’ats (hari kebangkitan), yaumul hisab (hari perhitungan),

yaumul zaja’i (hari pembalasan). Dalam Al-Quran terdapat sejumlah

ayat yang merujuk kepada hari kiamat seperti QS. Al-Qashash [28]: 88; QS. Thaha [20]: 15; QS. Al-Hajj [22]: 1-2; QS. Az-Zumar [39]: 68; QS. Al-Baqarah [2]: 28, dan lain-lain.24

Keimanan akan adanya hari kiamat memberikan satu pelajaran bahwa semua yang bernyawa, terutama manusia akan mengalamai kematian dan akan dibangkitkan kembali untuk dimintai pertanggung jawaban atas segala amal perbuatannya di dunia.25

Orang yang yakin akan hari akhirat dan yakin akan hisab

(perhitungan amal perbuatan manusia) pada hari itu, maka dalam dirinya timbul sikap mawas diri serta pengawasan setiap saat ia menyimpang dari jalan yang benar. Dari kesadaran pengawasan diri

23

Rois Mahfud, op.cit., h. 18

24

Ibid, h. 19.

25


(36)

23

itu akan membuat manusia menjadi takwa kepada Allah Swt, walaupun tidak ada orang lain yang menyaksikan perbuatannya.26 6) Iman kepada Qadha dan Qadhar

Yang dimaksud dengan qadha adalah ketentuan mengenai sesuatu atau ketetapan mengenai sesuatu, sedangkan qadar adalah ukuran sesuatu menurut hukum tertentu. Dengan demikian, yang dimaksud qadha dan qadar adalah ketentuan atau ketetapan (Allah) menurut ukuran atau norma tertentu.27

Iman kepada qadha dan qadar memberikan pemahaman bahwa kita wajib meyakini kemahabesaran dan kemahakuasaan Allah Swt. sebagai satu-satunya Dzat yang memiliki otoritas tunggal dalam menurunkan dan menentukan ketentuan apa saja bagi makhluk ciptaan-Nya. Manusia diberi kemampuan (qudrat) dan otonomi untuk menentukan sendiri nasibnya dengan ikhtiar dan doanya kepada Allah Swt. Atas pilihan yang ditempuh manusia ini, semua akibatnya akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah Swt pada hari kiamat kelak.28

b. Aspek-Aspek Ajaran Takwa

1) Hubungan manusia dengan Allah

Hubungan antara manusia dengan Allah adalah hubungan perhambaan yang ditandai dengan ketaatan, kepatuhan, dan penyerahan diri kepada Allah Swt. Hubungan dengan Allah dalam arti perhambaan terhadap-Nya merupakan titik tolak terwujudnya ketakwaan. Karena memelihara hubungan dengan Allah terus menurus akan menjadi kendali dirinya, sehingga dapat menghindar dari kejahatan dan kemungkaran, dan membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah Swt.29

26

Mohammad Daud Ali, op.cit., h. 229.

27

Ibid, h. 230.

28

Rois Mahfud, op. cit., h. 21.

29


(37)

24

Menurut Mohammad Daud Ali, ketakwaaan yang berhubungan dengan Allah dapat dilakukan dengan : 1) beriman kepada Allah; 2) beribadah kepada-Nya; 3) bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan-Nya; 4) bersabar menerima cobaan-Nya; 5) memohon ampun atas segala dosa. Menurutnya, kelima aspek inilah yang dapat menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia.30

2) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

Takwa dalam kaitan dengan diri sendiri adalah menjaga keseimbangan diri atas dorongan-dorongan nafsu dan memelihara diri dengan baik. Nafsu yang dimiliki manusia harus dikelola dan dikendalikan dengan baik, sehingga menjadi kekuatan yang mendorong manusia ke arah kebaikan, tidak membawa ke tindakan yang jelek.31

Cara-cara takwa terkait dengan dirinya sendiri, di antaranya dengan senantiasa berlaku: 1) sabar; 2) pemaaf; 3) adil; 4) ikhlas; 5) berani; 6) memegang amanah; 7) mawas diri; 8) mengembangan semua sikap yang terkandung dalam akhlak dan budi pekerti.32

3) Hubungan manusia dengan sesama manusia

Substansi ibadah kepada Allah bukanlah pemenuhan ibadah formal kepada Allah semata, tetapi juga pengabdian terhadap sesama umat manusia. Pada kerangka ini, Allah Swt telah memberikan indikator atau menjabarkan ciri-ciri orang yang bertakwa sebagaimana di dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 177. Pada ayat itu Allah menggambarkan hubungan kemanusiaan, di antaranya: mengeluarkan harta, tolong-menolong, saling membantu, memaafkan orang lain, menepati janji, kepedulian, dan menegakkan keadilan.33

4) Hubungan manusia dengan lingkugan hidup

30

Mohammad Daud Ali, op. cit., h. 368-369

31

Khozin, op. cit., h. 119

32

Mohammad Daud Ali, op. cit., h. 370.

33


(38)

25

Takwa bisa ditampilkan dalam bentuk hubungan seseorang dengan lingkugan hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah manusia yang memegang tugas kekhalifaanya di tengah alam, sebagai subjek yang bertanggung jawab mengelola dan memelihara alam lingkungannya.34

Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya dapat dikembangkan, antara lain dengan memelihara dan menyayangi binatang dan tumbuh-tumbuhan, tanah, air, udara serta semua alam semesta yang sengaja diciptakan Allah untuk kepentingan manusia dan makhluk yang lain.

3. Pembinaan Iman dan Takwa Siswa di Sekolah

Pembinaan Imtak merupakan bagian dari kegiatan pembinaan kesiswaan dalam rangka implementasi pendidikan karakter di sekolah. Kegiatan pembinaan kesiswaan sendiri merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang seutuhnya.35

Sedangkan pengertian pembinaan iman dan takwa (Imtak) adalah suatu kegiatan pembinaan siswa yang dilakukan dengan berbagai kegiatan keagamaan di sekolah, pelaksanaannya di luar jam pelajaran, dan bertujuan untuk membentuk karakter religius siswa.

Bentuk kegiatan pembinaan kesiswaan yang lain dalam memantapkan kepribadian peserta didik guna mewujudkan nilai-nilai karakter sesuai dengan tujuan pendidikan nasional diupayakan antara lain: (1) Pembinaan

34

Ibid.

35

Tim Penyusun, Panduan Pendidikan Karakter di SMP, (Jakarta: Kemendiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2010), h. 94


(39)

26

keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) Masa Orientasi Siswa (MOS); (3) Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS); (4) Penegakan Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan Akademik dan Sosial Sekolah; (5) Kepramukaan; (6) Upacara Bendera; (7) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); (8) Palang Merah Remaja (PMR); (9) Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba; (10) Pembinaan Bakat dan Minat.

Contoh kegiatan pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Permendiknas Nomor 39 tahun 2008 adalah:

a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-masing.

b. Memperingati hari-hari besar keagamaan.

c. Melaksanakan perbuatan amaliah sesuai dengan norma agama. d. Membina toleransi kehidupan antar umat beragama.

e. Mengadakan kegiatan lomba yang bernuansa keagamaan.

f. Mengembangkan dan memberdayakan kegiatan keagamaan di sekolah. Adapun nilai karakter yang dibentuk dengan berbagai contoh kegiatan Imtak di atas adalah nilai “religius” (misalnya iman, takwa, tawakal, sabar,ikhlas, dan lain-lain).36

4. Tujuan Kegiatan Pembinaan Iman dan Takwa

Pembentukan kepribadian manusia (character building) yang seimbang, sehat dan kuat, sangat dipengaruhi oleh pendidikan agama dan internalisasi nilai keagamaan dalam diri peserta didik. Peletakan dasar-dasar pendidikan agama adalah kewajiban orang tua dan juga menjadi tugas guru, masyarakat, dan pemerintah melalui berbagai lembaga pendidikan.37 Tujuannya adalah membina keimanan dan ketakwaan siswa

36

Ibid, h. 100

37

Rusniati Hakim, Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui pendidikan berbasis al-Quran, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, No. 2, 2014, h. 123.


(40)

27

sehingga mempunyai karakter yang mulia dalam hubungannya dengan Allah swt. maupun dengan manusia sesamanya.

Dengan memahami pengertian iman dan takwa di atas, maka keimanan dan ketakwaan siswa menjadi core tujuan pendidikan nasional. Lembaga pendidikan sekolah merupakan wahana yang sangat efektif untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, dengan alasan karena melaui proses pendidikan di sekolah peserta didik akan memperoleh bukan saja aspek pengetahuan dan ketrampilan, tetapi juga sikap.

Pembinaan imtak merupakan bagian dari program pembinaan kesiswaan dalam rangka implementasi pendidikan karakter di sekolah yang bertujuan menanamkan nilai-nilai ajaran agama kepada peserta didik dalam hubungannya dengan Allah swt dan hubungan dengan sesamanya.

Tujuan pembinaan Iman dan Takwa sebagaimana diuraikan oleh Heri Gunawan, di antaranya:38

a. Memberikan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman melaksanakan pembiasaan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari.

b. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allh swt , serta berakhlak mulia.

c. Menanamkan akhlak mulia kepada peserta didik melalui pembiasaan positif.

d. Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebagai bentuk pembinaan Imtak di sekolah, misalnya tadarus Quran pagi hari, tausyiah/kultum, solat fardu dan solat Jumat berjamaah, zakat infaq sodaqah di lingkungan

38

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi, (Bandung: CV Alfabeta, 2012), cet 2, h. 262


(41)

28

sekolah, peringatan hari-hari besar Islam serta kegiatan keagamaan lainnya tersebut sarat dengan pendidikan al-Quran.

Kegiatan-kegiatan seperti demikian setidaknya memiliki empat manfaat yang dapat diperolah, yaitu: (1) tercegahnya masalah kenakalan remaja; (2) dapat menyempurnakan pendidikan agama di sekolah; (3) meningkatkan kesadaran siswa akan kebutuhan terhadap pembinaan keagamaan dan rasa memiliki kegiatan keagamaan khususnya tentang Al-Quran; dan (4) membuka lapangan kerja bagi alumni atau orang yang berkewajiban memberikan ilmunya.39

B. Pembentukan Karakter Religius Siswa

1. Pengertian karakter Religius Siswa

Istilah karakter secara bahasa (etimologis) berasal dari bahasa Yunani dari kata charassein yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Dalam bahasa Inggris: character dan dalam basaha Indonesia lazim digunakan dengan istilah karakter.40 Karakter dalam bahasa Yunani

(charassein) juga berarti ”to mark” (menandai), arti ini memfokuskan

pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari.41

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional menjelaskan kata karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak. Maka

39

Rusniati, op. cit., h. 130.

40

Heri Gunawan, op. cit., h. 1.

41

E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta, Bumi Aksara, 2013) cet ke 3, h. 3.


(42)

29

istilah berkarakter artinya memiliki karakter, memiliki kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.42

Selanjutnya, Hermawan Kertajaya mendefinisikan “karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan „mesin’ pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.”43

Dari beberapa pengertian karakter di atas, dapat dipahami bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian yang melekat pada seseorang yang menjadi ciri khas yang membedakan dirinya dengan individu yang lain dalam hal cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

Adapun penjelasan mengenai religius adalah sebagai berikut. Kata dasar dari religius adalah religi yang berasal dari bahasa Inggris religion

sebagai bentuk dari kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan yang lebih besar di atas manusia. Religius berarti sifat religi yang melekat pada diri seseorang. Religiusitas berasal dari kata

religiosity yang berarti keshalihan, pengabdian yang besar pada agama.44

Ahmad Thontowi mendefinisikan, religiusitas merupakan suatu bentuk hubungan manusia dengan Penciptanya melalui ajaran agama yang sudah terinternalisasi dalam diri seseorang dan tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari.45

42

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), ed. 3, cet. 4, h

43

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 2011), h. 11.

44

Ahmad Thontowi, Hakikat Religiusitas, diakses pada 06 Okt 2016, h. 1, (http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/hakekatreligiusitas.pdf).

45


(43)

30

Sedangkan pengertian karakter religius Siswa, Kemendiknas mengartikan karakter religius adalah suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.46

Pengertian religius, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa religius berarti: bersifat religi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi (keagamaan). Penciptaan suasana religius berarti menciptakan suasana atau iklim kehidupan keagamaan. Dalam konteks pendidikan agama Islam di sekolah, madarasah atau perguruan tinggi berarti penciptaan suasana atau iklim kehidupan keagamaan Islam yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama Islam, yang diwujudkan dalam sikap hidup serta ketrampilan hidup oleh para warga sekolah / madrasah.47

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter religius adalah suatu sikap, watak, maupun kepribadian yang mencerminkan seseorang taat pada agama, mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya dengan penuh kesadaran diri dan kerelaan hati yang menjadikannya di sebut sebagai orang sholeh. Kesholehan dalam Islam tidak hanya keshalehan spritual saja yang menyangkut aspek keimanan dan ketakwaan seseorang, namun juga ada kesholehan sosial, yaitu karakter baik / akhlak mulia yang dimiliki seseorang dalam pergaulannya di masyarakat dan kebermanfataanya terhadap orang lain serta kepeduliannya terhadap lingkungan.

46

Balitbang Pusat Kurikulum, Pedoman Sekolah dalam Pengembanan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta: Kemendiknas, 2010), h. 10.

47

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 106.


(44)

31

Di dalam Islam, karakter religius ditunjukkan dengan melaksanakan ajaran agama secara menyeluruh/ kaffah. Karena itu, setiap muslim, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, diperintahkan untuk ber-Islam. Dalam melakukan aktivitas apapun, seorang muslim diperintakan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah.48

2. Dimensi Karakter Religius

Religiusitas atau keberagamaan dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didiorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak mata, tatapi juga aktivitas yang terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam dimensi.49

Untuk mengetahui, mengamati, dan menganalisa tentang kondisi karakter religius seseorang, maka dapat diambil lima dimensi keberagamaan Glock and Strak, di antaranya adalah:

a. Dimensi keyakinan (Ideologis). Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tertentu.

b. Dimensi praktik agama (Ritualistik). Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, peribadatan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.

c. Dimensi pengalaman (Eksperimental). Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau diidentifikasikan oleh

48Muahimin dan Suti’ah,

Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008), Cet. 4, h, 297.

49


(1)

(2)

Diproduksi oleh: Junaidi


(3)

Diproduksi oleh: Junaidi (

http://junaidichaniago.wordpress.com

). 2010

Page 1

Tabel r untuk df = 1 - 50

df = (N-2)

Tingkat signifikansi untuk uji satu arah

0.05

0.025

0.01

0.005

0.0005

Tingkat signifikansi untuk uji dua arah

0.1 0.05 0.02 0.01 0.001

1 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999 1.0000

2 0.9000 0.9500 0.9800 0.9900 0.9990

3 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587 0.9911

4 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172 0.9741

5 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745 0.9509

6 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343 0.9249

7 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977 0.8983

8 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646 0.8721

9 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348 0.8470

10 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079 0.8233

11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.8010

12 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614 0.7800

13 0.4409 0.5140 0.5923 0.6411 0.7604

14 0.4259 0.4973 0.5742 0.6226 0.7419

15 0.4124 0.4821 0.5577 0.6055 0.7247

16 0.4000 0.4683 0.5425 0.5897 0.7084

17 0.3887 0.4555 0.5285 0.5751 0.6932

18 0.3783 0.4438 0.5155 0.5614 0.6788

19 0.3687 0.4329 0.5034 0.5487 0.6652

20 0.3598 0.4227 0.4921 0.5368 0.6524

21 0.3515 0.4132 0.4815 0.5256 0.6402

22 0.3438 0.4044 0.4716 0.5151 0.6287

23 0.3365 0.3961 0.4622 0.5052 0.6178

24 0.3297 0.3882 0.4534 0.4958 0.6074

25 0.3233 0.3809 0.4451 0.4869 0.5974

26 0.3172 0.3739 0.4372 0.4785 0.5880

27 0.3115 0.3673 0.4297 0.4705 0.5790

28 0.3061 0.3610 0.4226 0.4629 0.5703

29 0.3009 0.3550 0.4158 0.4556 0.5620

30 0.2960 0.3494 0.4093 0.4487 0.5541

31 0.2913 0.3440 0.4032 0.4421 0.5465

32 0.2869 0.3388 0.3972 0.4357 0.5392

33 0.2826 0.3338 0.3916 0.4296 0.5322

34 0.2785 0.3291 0.3862 0.4238 0.5254

35 0.2746 0.3246 0.3810 0.4182 0.5189

36 0.2709 0.3202 0.3760 0.4128 0.5126

37 0.2673 0.3160 0.3712 0.4076 0.5066

38 0.2638 0.3120 0.3665 0.4026 0.5007

39 0.2605 0.3081 0.3621 0.3978 0.4950

40 0.2573 0.3044 0.3578 0.3932 0.4896

41 0.2542 0.3008 0.3536 0.3887 0.4843

42 0.2512 0.2973 0.3496 0.3843 0.4791

43 0.2483 0.2940 0.3457 0.3801 0.4742

44 0.2455 0.2907 0.3420 0.3761 0.4694

45 0.2429 0.2876 0.3384 0.3721 0.4647

46 0.2403 0.2845 0.3348 0.3683 0.4601

47 0.2377 0.2816 0.3314 0.3646 0.4557

48 0.2353 0.2787 0.3281 0.3610 0.4514

49 0.2329 0.2759 0.3249 0.3575 0.4473


(4)

Diproduksi oleh: Junaidi (

http://junaidichaniago.wordpress.com

). 2010

Page 2

51 0.2284 0.2706 0.3188 0.3509 0.4393

52 0.2262 0.2681 0.3158 0.3477 0.4354

53 0.2241 0.2656 0.3129 0.3445 0.4317

54 0.2221 0.2632 0.3102 0.3415 0.4280

55 0.2201 0.2609 0.3074 0.3385 0.4244

56 0.2181 0.2586 0.3048 0.3357 0.4210

57 0.2162 0.2564 0.3022 0.3328 0.4176

58 0.2144 0.2542 0.2997 0.3301 0.4143

59 0.2126 0.2521 0.2972 0.3274 0.4110

60 0.2108 0.2500 0.2948 0.3248 0.4079

61 0.2091 0.2480 0.2925 0.3223 0.4048

62 0.2075 0.2461 0.2902 0.3198 0.4018

63 0.2058 0.2441 0.2880 0.3173 0.3988

64 0.2042 0.2423 0.2858 0.3150 0.3959

65 0.2027 0.2404 0.2837 0.3126 0.3931

66 0.2012 0.2387 0.2816 0.3104 0.3903

67 0.1997 0.2369 0.2796 0.3081 0.3876

68 0.1982 0.2352 0.2776 0.3060 0.3850

69 0.1968 0.2335 0.2756 0.3038 0.3823

70 0.1954 0.2319 0.2737 0.3017 0.3798

71 0.1940 0.2303 0.2718 0.2997 0.3773

72 0.1927 0.2287 0.2700 0.2977 0.3748

73 0.1914 0.2272 0.2682 0.2957 0.3724

74 0.1901 0.2257 0.2664 0.2938 0.3701

75 0.1888 0.2242 0.2647 0.2919 0.3678

76 0.1876 0.2227 0.2630 0.2900 0.3655

77 0.1864 0.2213 0.2613 0.2882 0.3633

78 0.1852 0.2199 0.2597 0.2864 0.3611

79 0.1841 0.2185 0.2581 0.2847 0.3589

80 0.1829 0.2172 0.2565 0.2830 0.3568

81 0.1818 0.2159 0.2550 0.2813 0.3547

82 0.1807 0.2146 0.2535 0.2796 0.3527

83 0.1796 0.2133 0.2520 0.2780 0.3507

84 0.1786 0.2120 0.2505 0.2764 0.3487

85 0.1775 0.2108 0.2491 0.2748 0.3468

86 0.1765 0.2096 0.2477 0.2732 0.3449

87 0.1755 0.2084 0.2463 0.2717 0.3430

88 0.1745 0.2072 0.2449 0.2702 0.3412

89 0.1735 0.2061 0.2435 0.2687 0.3393

90 0.1726 0.2050 0.2422 0.2673 0.3375

91 0.1716 0.2039 0.2409 0.2659 0.3358

92 0.1707 0.2028 0.2396 0.2645 0.3341

93 0.1698 0.2017 0.2384 0.2631 0.3323

94 0.1689 0.2006 0.2371 0.2617 0.3307

95 0.1680 0.1996 0.2359 0.2604 0.3290

96 0.1671 0.1986 0.2347 0.2591 0.3274

97 0.1663 0.1975 0.2335 0.2578 0.3258

98 0.1654 0.1966 0.2324 0.2565 0.3242

99 0.1646 0.1956 0.2312 0.2552 0.3226


(5)

Diproduksi oleh: Junaidi (

http://junaidichaniago.wordpress.com

). 2010

Page 3

Tabel r untuk df = 101 - 150

df = (N-2)

Tingkat signifikansi untuk uji satu arah

0.05

0.025

0.01

0.005

0.0005

Tingkat signifikansi untuk uji dua arah

0.1 0.05 0.02 0.01 0.001

101 0.1630 0.1937 0.2290 0.2528 0.3196

102 0.1622 0.1927 0.2279 0.2515 0.3181

103 0.1614 0.1918 0.2268 0.2504 0.3166

104 0.1606 0.1909 0.2257 0.2492 0.3152

105 0.1599 0.1900 0.2247 0.2480 0.3137

106 0.1591 0.1891 0.2236 0.2469 0.3123

107 0.1584 0.1882 0.2226 0.2458 0.3109

108 0.1576 0.1874 0.2216 0.2446 0.3095

109 0.1569 0.1865 0.2206 0.2436 0.3082

110 0.1562 0.1857 0.2196 0.2425 0.3068

111 0.1555 0.1848 0.2186 0.2414 0.3055

112 0.1548 0.1840 0.2177 0.2403 0.3042

113 0.1541 0.1832 0.2167 0.2393 0.3029

114 0.1535 0.1824 0.2158 0.2383 0.3016

115 0.1528 0.1816 0.2149 0.2373 0.3004

116 0.1522 0.1809 0.2139 0.2363 0.2991

117 0.1515 0.1801 0.2131 0.2353 0.2979

118 0.1509 0.1793 0.2122 0.2343 0.2967

119 0.1502 0.1786 0.2113 0.2333 0.2955

120 0.1496 0.1779 0.2104 0.2324 0.2943

121 0.1490 0.1771 0.2096 0.2315 0.2931

122 0.1484 0.1764 0.2087 0.2305 0.2920

123 0.1478 0.1757 0.2079 0.2296 0.2908

124 0.1472 0.1750 0.2071 0.2287 0.2897

125 0.1466 0.1743 0.2062 0.2278 0.2886

126 0.1460 0.1736 0.2054 0.2269 0.2875

127 0.1455 0.1729 0.2046 0.2260 0.2864

128 0.1449 0.1723 0.2039 0.2252 0.2853

129 0.1443 0.1716 0.2031 0.2243 0.2843

130 0.1438 0.1710 0.2023 0.2235 0.2832

131 0.1432 0.1703 0.2015 0.2226 0.2822

132 0.1427 0.1697 0.2008 0.2218 0.2811

133 0.1422 0.1690 0.2001 0.2210 0.2801

134 0.1416 0.1684 0.1993 0.2202 0.2791

135 0.1411 0.1678 0.1986 0.2194 0.2781

136 0.1406 0.1672 0.1979 0.2186 0.2771

137 0.1401 0.1666 0.1972 0.2178 0.2761

138 0.1396 0.1660 0.1965 0.2170 0.2752

139 0.1391 0.1654 0.1958 0.2163 0.2742

140 0.1386 0.1648 0.1951 0.2155 0.2733

141 0.1381 0.1642 0.1944 0.2148 0.2723

142 0.1376 0.1637 0.1937 0.2140 0.2714

143 0.1371 0.1631 0.1930 0.2133 0.2705

144 0.1367 0.1625 0.1924 0.2126 0.2696

145 0.1362 0.1620 0.1917 0.2118 0.2687

146 0.1357 0.1614 0.1911 0.2111 0.2678

147 0.1353 0.1609 0.1904 0.2104 0.2669

148 0.1348 0.1603 0.1898 0.2097 0.2660

149 0.1344 0.1598 0.1892 0.2090 0.2652


(6)

Diproduksi oleh: Junaidi (

http://junaidichaniago.wordpress.com

). 2010

Page 4

151 0.1335 0.1587 0.1879 0.2077 0.2635

152 0.1330 0.1582 0.1873 0.2070 0.2626

153 0.1326 0.1577 0.1867 0.2063 0.2618

154 0.1322 0.1572 0.1861 0.2057 0.2610

155 0.1318 0.1567 0.1855 0.2050 0.2602

156 0.1313 0.1562 0.1849 0.2044 0.2593

157 0.1309 0.1557 0.1844 0.2037 0.2585

158 0.1305 0.1552 0.1838 0.2031 0.2578

159 0.1301 0.1547 0.1832 0.2025 0.2570

160 0.1297 0.1543 0.1826 0.2019 0.2562

161 0.1293 0.1538 0.1821 0.2012 0.2554

162 0.1289 0.1533 0.1815 0.2006 0.2546

163 0.1285 0.1528 0.1810 0.2000 0.2539

164 0.1281 0.1524 0.1804 0.1994 0.2531

165 0.1277 0.1519 0.1799 0.1988 0.2524

166 0.1273 0.1515 0.1794 0.1982 0.2517

167 0.1270 0.1510 0.1788 0.1976 0.2509

168 0.1266 0.1506 0.1783 0.1971 0.2502

169 0.1262 0.1501 0.1778 0.1965 0.2495

170 0.1258 0.1497 0.1773 0.1959 0.2488

171 0.1255 0.1493 0.1768 0.1954 0.2481

172 0.1251 0.1488 0.1762 0.1948 0.2473

173 0.1247 0.1484 0.1757 0.1942 0.2467

174 0.1244 0.1480 0.1752 0.1937 0.2460

175 0.1240 0.1476 0.1747 0.1932 0.2453

176 0.1237 0.1471 0.1743 0.1926 0.2446

177 0.1233 0.1467 0.1738 0.1921 0.2439

178 0.1230 0.1463 0.1733 0.1915 0.2433

179 0.1226 0.1459 0.1728 0.1910 0.2426

180 0.1223 0.1455 0.1723 0.1905 0.2419

181 0.1220 0.1451 0.1719 0.1900 0.2413

182 0.1216 0.1447 0.1714 0.1895 0.2406

183 0.1213 0.1443 0.1709 0.1890 0.2400

184 0.1210 0.1439 0.1705 0.1884 0.2394

185 0.1207 0.1435 0.1700 0.1879 0.2387

186 0.1203 0.1432 0.1696 0.1874 0.2381

187 0.1200 0.1428 0.1691 0.1869 0.2375

188 0.1197 0.1424 0.1687 0.1865 0.2369

189 0.1194 0.1420 0.1682 0.1860 0.2363

190 0.1191 0.1417 0.1678 0.1855 0.2357

191 0.1188 0.1413 0.1674 0.1850 0.2351

192 0.1184 0.1409 0.1669 0.1845 0.2345

193 0.1181 0.1406 0.1665 0.1841 0.2339

194 0.1178 0.1402 0.1661 0.1836 0.2333

195 0.1175 0.1398 0.1657 0.1831 0.2327

196 0.1172 0.1395 0.1652 0.1827 0.2321

197 0.1169 0.1391 0.1648 0.1822 0.2315

198 0.1166 0.1388 0.1644 0.1818 0.2310

199 0.1164 0.1384 0.1640 0.1813 0.2304