Tujuan Pembentukan Karakter Religius Siswa

b. Kegiatan spontan Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga atau memuji siswa yang melakukan perbuatan baik. Contoh kegiatan spontan lainnya, mengajak siswa mengirimkan doa kepada temannya yang sedang sakit ataupun berinisiatif mengumpulkan donasi untuk disumbangkan kepada orang-orang yang terkena musibah. c. Keladanan Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan- tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Contoh bentuk keteladanan dari guru dan tenga kependidikan dalam mensukseskan pembentukan karkter religius siswa yaitu keikutsertaan guru maupun tenaga kependidikan dalam kegiatan pembinaan Imtak. Dalam hal ini guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai karakter religius d. Pengkondisian Untuk mendukung keterlaksanaan pembentukan karakter religius siswa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai religius yang diinginkan. Bentuk pengkondisian bisa berupa suasana yang nyaman, fasilitas yang mendukung, dan dukungan pihak sekolah an masyarakat sekitar. Dalam melaksanakan pembentukan karakter religius, pembiasaan peserta didik akan lebih efektif jika ditunjang dengan keteladanan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Oleh karena itu, dimana ada pembisaan di sana harus ada keteladanan. Kebiasaan yang dilakukan terus menerus akan membentuk karakter. 61

5. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Religius Siswa

Religiusitas atau keagamaan seseorang ditentukan dari banyak hal, di antaranya: pendidikan keluarga, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilakukan pada waktu kita kecil atau pada masa kanak-kanak. Seorang remaja yang pada masa kecilnya mendapat pengalaman- pengalaman agama dari kedua orang tuanya, lingkungan sosial dan teman- teman yang taat menjalani perintah agama serta mendapat pendidikan agama baik di rumah maupun di sekolah, sangat berbeda dengan anak yang tidak pernah mendapatkan pendidikan agama di masa kecilnya, maka pada dewasanya ia tidak akan merasakan betapa pentingnya agama dalam hidupnya. Orang yang mendapatkan pendidikan agama baik di rumah mapun di sekolah dan masyarakat, maka orang tersebut mempunyai kecenderungan hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, dan takut melanggar larangan-larangan agama. 62 Thoules menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi religiusitas, yaitu: a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial faktor sosial yang mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keagamaan, termasuk pendidikan orang tua, tradisi-tradisi sosial untuk menyesuaikan dengan berbagai pendapatan sikap yang disepakati oleh lingkungan. b. Berbagai pengalaman yang dialami oleh individu dalam membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman mengenai: 1 Keindahan, keselarasan dan kebaikan didunia lain faktor alamiah 2 Adanya konflik moral faktor moral 3 Pengalaman emosional keagamaan faktor afektif 61 Heri Gunawan, op. cit., h. 95. 62 Tanto, Pengertian Religiusitas, diakses pada 10 nov 2016, http:jalurilmu.blogspot.com201110religiusitas.htmlmore c. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi, terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih, harga diri, dan ancaman kematian. 63 Berdasarkan faktor-faktor Religiusitas di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi karakter religius yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Saifuddin Amman mengatakan: “Karakter religius seseorang yang terbentuk karena faktor internal atau kesadaran dirinya dan pemahamannya terhadap syariat agama, akan melahirkan sikap militan dan fanatik didalam menjalankan ajaran agama sehingga nampak dilihat orang lain menjadi syiar. Sedangkan religiusitas yang tumbuh karena faktor dari luar, biasanya tidak lama bertahan, dia hanya mengikuti tren musim. Lain halnya kalau ditindaklanjuti dengan pendalaman dan pengamalan agama secara terus menerus ”. 64 Religiusitas seseorang seringkali mengalami pasang surut tergantung keadaan. Dalam keadaan umat Islam sedang mengagungkan bulan suci Ramadhan, banyak orang yang nampak sangat religius atau mendadak religius seperti artis yang tampil dengan baju-baju muslimah. Namun sebaliknya, dalam keadaan tertimpa musibah, seseorang bisa menjadi sangat religius.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk menjaga keaslian penelitian agar tidak terjadi duplikasi, penulis melakukan kajian atas penelitian yang relevan dengan tema yang penulis pilih. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan yang masih ada kaitannya dengan penelitian penulis, di antaranya: 1. Skripsi karya Habib Ahmad Fauzan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Purwokerto, Tahun 2016, yang berjudul “Pendidikan Karakter Religius Bagi Siswa Berasrama di SMK Negeri 1 Punggelan, Banjarnegara .” Skripsi tersebut membahas 63 Ibid. 64 Saifuddin Aman, op. cit., h. 132.