Interpretasi Data Analisa dan Interpretasi Data 1. Analisa Data
sosialnya, cenderung individu, tidak ada kepedulian terhadap sesama. Hal ini menjadi tantangan yang besar menurutnya, sehingga dari hal inilah guru
pendidikan agama Islam sangat konsen menanamkan karakter keagamaan pada siswa.
Pelaksanaan pembinaan Imtak di SMPN 03 Kota Tangsel sampai saat ini telah memberikan hasil yang signifikan terhadap pembentukan karakter
religius siswa, yaitu sebesar 54,80 kontribusinya. Hasil yang baik ini dikarenakan kegiatan-kegiatan pembinaan imtak di SMPN 03 Kota Tangsel
sudah sesuai dengan dimensi religius keberagamaan. Mengenai dimensi religus ini, penulis mengutip teori Glock and Strak yang membagi dalam lima
aspek yaitu aspek keyakinan ideologis; aspek praktik agama ritualistik; aspek pengalaman eksperimental; aspek pengetahuan agama intelektual;
dan aspek pengamalan konsekuensi. Kegiatan Tadarus surat Yasin di pagi hari masuk dalam aspek praktik
agama. Surat Yasin merupakan bagian dari al-Quran dan membacanya mempunyai nilai ibadah sehingga membaca Al-Quran menjadi kewajiban
bagi umat Muslim. Tadarus surat Yasin juga masuk dalam dimensi pengetahuan agama, karena dengan membaca surat Yasin dapat
menumbuhkan pengetahuan siswa tentang sifat-sifat Allah Swt, ciptaan-Nya, maupun tuntunan untuk kehidupan manusia di dalamnya. Dengan tadarus
rutin setiap pagi pada akhirnya siswa dapat memahami makna al-Quran. Kegiatan solat Dhuhur berjamah
dan Sholat Jum’at berjamaah masuk dalam dimensi kedua yaitu aspek praktik agama. Dengan solat berjamaah
dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab siswa dalam menjalankan perintah agama. Nilai disiplin dibiasakan pada siswa dimana
mereka harus langsung menuju masjid sekolah tatkala waktu solat tiba kemudian
secara tertib
bergiliran dengan
siswa lain
mereka melaksanakannya. Nilai tanggung jawab merepresentasikan tanggung jawab
siswa melaksanakan solat sebagai kewajiban muslim yang sudah akil baligh. Tausyiah pagi setiap hari Jumat di sekolah masuk dalam aspek
pengetahuan agama. Kegiatan ceramah atau siraman rohani ini sarat dengan
materi ilmu ke-Isalaman serta petuah-petuah berharga dari guru mengenai akhlak, etika, pengalaman hidup, teladan dan lain-lainya yang dapat
menambah nilai religius dan ilmu serta khasanah siswa dalam beragama dan pada akhirnya dapat meningkatkan iman dan takwa siswa kepada Allah.
Tausyiah pagi juga masuk dimensi pengamalan yaitu sebagai wujud dakwah Islam, karena tausyiah pagi tidak hanya untuk siswa saja, namun juga dapat
didengar oleh warga sekitar. Kegiatan berinfaq siswa yang dibiasakan setiap hari Jumat
merepresentasi dimensi religius yang kelima yaitu pengamalan konsekuensi. Setiap muslim mempunyai kewajiban mengamalkan ajaran-ajaran agamanya,
oleh karena itu SMPN 03 Kota Tangsel mengajarakan para siswanya untuk beramal, peduli dengan sesama, suka menabung, dan menghilangkan sikap
individualistis dengan cara mengadakan kegiatan infaq. Diharapkan dari kegiatan infaq ini, dapat teraplikasikan pada diri siswa dalam kehidupan
sehari-hari sehingga siswa memiliki sikap peduli sosial di masyarakat. Peringatan hari-hari besar Islam seperti berqurban pada hari raya Idul
Adha masuk dalam dimensi religius kelima, yaitu aspek pengamalan agama. Umat Islam diperintahkan mengamalkan ritual ini yang diadakan setiap
setahun sekali dalam rangka mengikuti praktik Nabi Ibrahim As. yang diperintahkan oleh Allah Swt untuk berkurban sebagaimana tertulis dalam
Al-Quran. Selain itu, kegiatan kurban di sekolah mengajarkan anak untuk berbagi dengan sesama, hemat, gotong-royong, taat menjalankan perintah
agama yang sunnah-sunnah, karena dari mulai iuran sampai memotong hewan kurban dilakukan bersama-sama siswa.
Kegiatan pesantren ramadhan masuk dalam dimensi religius kelima yaitu aspek pengetahuan. Karena kegiatan yang dilakukan yaitu tadarus Al-Quran,
tausyiah, serta pendalaman ilmu fiqih. Dimensi lainnya yaitu praktik agama, wujudnya menjalankan ibadah puasa dan siangnya sholat dhuhur berjamaah.
Dimensi dasar dari semua kegiatan pembinaan imtak yaitu dimensi keyakinan keimanan kepada Allah Swt. karena semua perbuatan itu digerakkan atas
dasar keyakinan yang ada di dalam hati.
Setelah diadakan penelitian, dengan adanya kegiatan pembinaan imtak di sekolah ternyata dapat meningkatkan karakter religius siswa. Penulis
mengambil contoh, adanya tadarus surat Yasiin setiap pagi dan treatment khusus dari guru pendidikan agama Islam yaitu setiap kali pertemuan harus
menyetorkan hafalan minimal satu ayat, beberapa anak sudah hafal seluruh surat Yasin. Hal ini diketahui berdasarkan wawancara dengan guru tersebut.
Kemudian, meningkatnya karakter religius siswa dengan adanya kegiatan pembinaan imtak di sekolah juga dibuktikan berdasarkan pernyataan angket
yang diisi oleh siswa. Perhitungan angket dengan rumus korelasi product moment menunjukkan adanya korelasi yang sangat tinggi antara pembinaan
imtak dengan pembentukan karakter religius siswa.
101