76 oleh guru kelas dan guru agama. Dalam pengamatan peneliti sudah
menemukan bahwa prinsip tersebut dipakai dalam pembelajaran. Guru menganggap warna hitam dan putih itu sudah merupakan
warna yang kontras. Di dalam pengamatan awal sampai akhir papan tulis yang berwarna putih itu selalu ditulisi dengan spidol
berwarna gelap yaitu hitam.
e. Prinsip Penyesuaian Tempat
1
Guru menempatkan siswa low vision di barisan depan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelas, guru olah raga, guru agama, dan siswa low vision.
Wawancara terkait dengan pelayanan pada saat pembelajaran yaitu penyesuaian tempat saat pembelajaran berlangsung. Saat peneliti
bertanya mengenai penggunaan prinsip penyesuaian tempat duduk kepada ABL, jawaban guru kelas adalah
“A selalu saya tempatkan di barisan tempat duduk paling depan mbak, karena dengan itu
pembelajarannyang saya berikan kepadanya jadi lebih mudah dimengerti A.” Jawaban dari guru agama adalah “Tempat
duduknya A selalu pal ing depan mbak.” Jawaban dari guru
olahraga adalah “Setahu saya A selalu duduk di barisan paling
depan.” Jawaban dari siswa tunanetra low vision adalah “Saya duduk di bagian paling depan mbak, dan di tempatkan di tengah.
Terbantu mbak, soalnya kalau mau melihat tulisan yang kurang jelas jadi gampang ke depannya.”
77 Berdasarkan wawancara tentang prinsip penempatan tempat
duduk paling depan yang diberlakukan kepada ABL, dapat diketahui bahwa dalam menerapkan prinsip tersebut guru kelas,
guru agama, dan juga ABL memberikan informasi bahwa prinsip tersebut telah dijalankan. Guru kelas, guru olahraga dan guru
agama telah menggunakan prinsip tersebut dalam proses pembelajaran. Guru kelas dan guru agama selalu menempatkan
ABL pada tempat duduk di barisan paling depan.
Gambar 6. Siswa low vision ditempatkan barisan paling depan Selain berdasarkan wawancara dan dokumentasi, dari hasil
observasi peneliti mengamati tentang penggunaan prinsip tersebut sudah diterapkan oleh guru kelas dan guru agama. Dalam
pengamatan peneliti sudah menemukan bahwa prinsip tersebut dipakai dalam pembelajaran. Guru telah menempatkan ABL pada
barisan yang paling depan supaya ABL dapat sedikit terbantu saat membaca tulisan di papan tulis. Tempat duduk ABL selama
meneliti selalu di depan dan bagian tengah, namun teman sebangkunya memang berubah-ubah.
78 2
Guru memperhatikan tempat ruang gerak siswa low vision di kelas.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelas, guru olah raga, guru agama, dan siswa low vision.
Wawancara terkait dengan pelayanan pada saat pembelajaran yaitu memperhatikan ruang gerak bagi ABL di dalam kelas. Saat peneliti
bertanya mengenai penggunaan prinsip memperhatikan ruang gerak kepada guru kelas, guru agama dan kepada ABL, jawaban guru
kelas adalah “ABL selalu saya tempatkan di barisan tempat duduk
paling depan mbak, karena dengan itu pembelajarannyang saya berikan kepadanya jadi lebih mudah dimengerti ABL. Ruang
geraknya kan otomatis jadi lebih leluasa ya mbak, kebetulan untuk masalah gerak kasar ABL tergolong mendingan mbak, bisa mudah
gitu” Jawaban dari guru agama adalah “Itu diatur sama wali kelas mbak. Tapi pemilihan tempat duduk untuk A saya rasa juga sudah
sesuai karna ABL untuk geraknya sudah tidak kesulitan mbak. Matanya memang seperti itu, tapi untuk masalag gerak ya gak
“kikuk” gitu lah mbak” Jawaban dari siswa tunanetra low vision adalah
“ Ya menurutku sudah sesuai lah mbak.” Berdasarkan wawancara tentang prinsip penempatan tempat
duduk paling depan yang diberlakukan kepada ABL, dapat diketahui bahwa dalam menerapkan prinsip tersebut guru kelas,
guru agama, dan juga ABL memberikan informasi bahwa prinsip tersebut telah dijalankan. Guru kelas, guru olahraga dan guru
79 agama telah menggunakan prinsip tersebut dalam proses
pembelajaran. Guru kelas dan guru agama Sudah memperhatikan ruang gerak untuk ABL supaya ABL mudah untuk bergerak, Guru
menjelaskan bahwa ABL tidak terlalu parah untuk masalah gerakannya.
Selain berdasarkan wawancara, dari hasil observasi peneliti mengamati tentang penggunaan prinsip tersebut sudah diterapkan
oleh guru kelas dan guru agama. Dalam pengamatan peneliti sudah menemukan bahwa prinsip tersebut dipakai dalam pembelajaran.
Guru telah memperhatikan ruang gerak ABL. Dalam pengamatan ABL jarang beranjak dari tempat duduknya pada saat
pembelajaran. Untuk waktu istirahat dia terlihat sama dengan siswa yang lain jika terlihat dari kejauhan. Cara dia makan dan minum
juga hampir sama gerakannya dengan siswa yang lainnya. Saat pembelajaran jika dia tidak bisa membaca tulisan sering tengak
tengok di buku temannya.
f. Prinsip Pengerasan Suara