Prinsip Layanan Pendidikan Kajian Layanan Pendidikan Siswa Tunanetra Low vision

25 Layanan pendidikan adalah upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan anak berkebutuhan khusus yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, dan membedakan mereka dari anak normal pada umumnya. Keadaan ini menuntut adanya penyesuaian dalam pemberian layanan pendidikan yang dibutuhkan Suparno 2007: 47. Aini Mahabbati, 2013: 3 mengatakan bahwa layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah pengajaran yang dirancang untuk merespon karakteristik unik anak yang memiliki kebutuhan khusus yang tidak dapat diakomodassikan oleh kurikulum sekolah standar. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut tersebut maka dapat ditegaskan bahwa layanan pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh sekolah kepada anak berkebutuhan khusus yang mempunyai bermacam- macam kebutuhan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing- masing siswa untuk mengembangkan bakat dan kemampuan mereka secara optimal.

2. Prinsip Layanan Pendidikan

Musjafak Asjari dalam Suparno, 2007: 152-153 mengemukakan prinsip layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah a keseluruhan anak, b kenyataan, c program yang dinamis, d kesempatan yang sama, e kerjasama. Lebih lanjut dapat dikaji sebagai berikut. a. Keseluruhan anak all the children, layanan pendidikan harus didasarkan pada pemberian kesempatan bagi seluruh anak berkebutuhan khusus. 26 b. Kenyataan reality, pemberian layanan pendidikan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik anak berkebutuhan khusus yang diuangkapkan dengan sebenarnya. c. Program yang dinamis a dynamic program, subyek pendidikan adalah manusia yang sedang tumbuh dan berkembang sehingga layanan harus disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi pada subyek didik. d. Kesempatan yang sama equality of opportunity, anak berkebutuhan khusus harus diberikan kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensinya e. Kerjasama cooperative, dalam pemberian layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus harus melibatkan pihak yang terkait. Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa prinsip layanan pendidikan itu harus mempunyai prinsip keseluruhan, kenyataan, kedinamisan program, kesempatan sama, dan kerjasama. Adanya penggunaan prinsip itu diharapkan tujuan pembelajaran bisa tercapai. Prinsip – prinsip tersebut sebaiknya digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Selain kelima prinsip di atas Suparno, 2007: 154-157 juga mengemukakan prinsip layanan bagi anak berkebutuhan khusus adalah a kasih sayang, b keperagaan, c keterpaduang dan keserasian ranah, d pengembangan minat dan bakat, e kemampuan anak, f model, g pembiasaan, h latihan, i pengulangan, dan j penguatan. Lebih lanjut dapat dikaji sebagai berikut. 27 a. Kasih sayang yang dimaksudkan adalah penerimaan dan pengakuan bahwa mereka sama seperti anak normal yang lainnya. Wujud yang bisa diberikan adalah menghargai pendapat mereka, menganngap mereka ada, dan tidak membeda-bedakan dengan anak yang lainnya. b. Keperagaan guru sebaiknya menggunakan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan anak sehingga dalam memahami dan menangkap pesan, anak akan terbantu dengan alat peraga tersebut. c. Keterpaduan dan keserasian antar ranah dapat mendorong terbentuknya kepribadian yang utuh pada diri anak. d. Pengembangan minat dan bakat proses pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus akan lebih baik jika didasarkan pada minat dan bakat anak. Jadi anak akan mempunyai peran yang besar dalam perkembangannya karena adanya minat dan bakat tersebut. e. Kemampuan anak proses layanan pendidikan akan dapat mencapai hasil yang memuaskan apabila disesuaikan dengan kemampuan anak. Adanya penyesuaian layanan terhadap kemampuan anak akan menghasilkan layanan yang maksimal, karena tidak memaksakan sesuatu yang anak tersebut tidak mampu. f. Model, pribadi dan perilaku siswa dapat terbentuk apabila memberikan model dan contoh kepada siswa tersebut. Guru merupakan model bagi peserta didiknya. Perilaku yang dilakukan oleh guru akan diperhatikan oleh muridnya. Guru seharusnya dapat berperilaku yang baik, yang dapat dijadikan model bagi muridnya. 28 g. Pembiasaan, anak berkebutuhan khusus membutuhkan penjelasan yang kongkrit dan berulang-ulang karena keterbatasan indera, dan proses berfikir mereka yang lambat. Anak berkebutuhan khusu harus diberikan kebiasaan yang menggunakan benda kongkrit tersebut untuk memudahkannya. h. Latihan, yang dilakukan oleh anak berkebutuhan khusus sangat penting untuk dilakukan. Adanya latihan yang dilakukan setiap hari akan membentuk kebiasaan yang diinginkan, tentunya dengan memperhatikan anak kemampuan anak berkebutuhan khusus tersebut. i. Pengulangan, pengulangan diperlukan untuk memperjelas informasi yang harus dilakukan oleh anak. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan pengulangan agar penguasaan informasi menjadi utuh. j. Penguatan, merupakan tuntutan atau penghargaan untuk membentuk perilaku anak. Penghargaan akan membentuk motivasi pada dirinya, dengan itu anak akan lebih bersungguh-sungguh dan berusaha menampilkan prestasi yang terbaik. Prinsip-prinsip pendidikan dan pengajaran penyandang tunanetra pada dasarnya sama dengan anak normal. Namun anak tunanetra mempunyai keterbatasan penglihatan, sehingga memerlukan modifikasi dan prinsip khusus yang dilakukan supaya tujuan pembelajaran dapat terpenuhi. Sejalan dengan hal itu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menjelaskan prinsip-prinsip metodologis dalam pendidikan anak tunanetra dalam Munawir Yusuf 29 halaman 119. Prinsip-prinsip pengajaran tunanetra adalah a kasih sayang, b pelayanan individual, c kesiapan, d keperagaan, e motivasi belajar, f belajar dan bekerja kelompok, g keterampilan, h penanaman dan penyempurnaan sikap. Lebih lanjut dapat dikaji sebagai berikut. a. Prinsip kasih sayang, memahami anak adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam mendidik anak berkebutuhan khusus. Kewibawaan yang dimiliki guru perlu diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan. b. Prinsip pelayanan individual, adalah pemberian bantuan atau bimbingan kepada seorang anak sesuai dengan kemampuan mereka supaya dapat belajar dengan baik. c. Prinsip kesiapan adalah kematangan, kepekaan yang berarti kesiapan seseorang siap mengerjakan atau belajar karena telah ada kemampuan fisik atau psikis untuk melakukan hal itu. Jadi guru memberikan pengajaran kepada anak jika anak telah mempunyai kesiapan menerima bahan ajar yang akan diajarkan. Untuk mendidik anak berkebutuhan khusus harus mencari dan menggunakan kesiapan mereka dalam suatu keterampilan. d. Prinsip keperagaan, asas keperagaan adalah penyajian pelajaran memakai alat bantu pelajaran yaitu alat peraga. Menggunakan alat peraga merupakan hal penting saat terjadinya proses pembelajaran. Alat peraga memberikan keuntungan yaitu bisa menarik perhatian anak dan mencegah terjadinya keabstrakan dalam proses pembelajaran. 30 e. Prinsip motivasi belajar adalah daya atau kekuatan dalam diri seseorang untuk belajar. Motif berhubungan dengan minat yang berarti sifat yang tetap pada seseorang yang selalu menariknya pada suatu obyek. f. Prinsip belajar dan bekerja kelompok ialah belajar dan bekerja sama dalam satu kelompok, sebagai lawan arti belajar dan bekerja sendiri. Dengan belajar kelompok maka kemampuan siswa untuk bersosialisasi dan menghargai orang lain akan berkembang. Selain sosialisasi dan sikap menghargai orang lain, keterampilan dan kecakapan siswa juga akan berkembang. g. Prinsip keterampilan, adalah aktivitas dan kreativitas perpaduan antara teori dan praktek. Keterampilan akan memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan ekspresi dan kreasinya. h. Prinsip penanaman dan penyempurnaan sikap, sikap dan penampilan seseorang dalam pergaulan sangat menentukan. Anak berkelainan sebagian besar berpenampilan kurang menarik. Penanaman dan penyempurnaan sikap pada anak berkelainan dimaksudkan agar mereka memiliki penampilan yang menarik dalam pergaulan sosialnya. Dari pendapat ahli tersebut maka dapat ditegaskan bahwa pemberian layanan bagi siswa berkebutuhan khusus tunanetra low vision harus didasarkan atas kasih sayang yang tidak membeda-bedakan dengan 31 yang lainnya, dan memperhatikan kemampuan dan keterbatasan siswa tunanetra low vision dalam melihat. Kemampuan karakteristik siswa berkebutuhan khusus berbeda dengan siswa yang normal sehingga memerlukan latihan, pembiasaa, pengulangan, penguatan dan pembelajaran yang kongkrit. Pengembangan pembelajaran yang kongkrit serta penggunaan program sesuai dengan kemampuan siswa akan memaksimalkan layanan pendidikan yang diberikan kepada siswa tersebut.

3. Komponen Layanan Pendidikan