20
4. Karakteristik Anak Tunanetra Low vision
Penyandang tunanetra mempunyai individu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Sari Rudiyati 2003: secara
umum penyandang tunanetra mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut. a.
Cenderung mengembangkan rasa curiga terhadap orang lain b.
Perasaan mudah tersinggug c.
Mengembangkan verbalisme d.
Perasaan rendah diri e.
Mengembangkan adatan f.
Suka berfantasi g.
Berpikir kristis h.
Pemberani Dari pendapat ahli di atas dapat diketahui bahwa ciri-ciri khusus
penyandang tunanetra low vision adalah mengembangkan rasa curiga, mudah tersinggung, mengembangkan verbalisme, mengembangkan
adatan, suka berfantasi, berpikir kritis dan pemberani. Ketunanetraan dapat membawa seseorang kehilangan kontak dengan lingkungannya,
sehingga mengalami kendala memposisikan dalam lingkungan sekitarnya. Hal ini menyebabkan penderita tunanetra mudah curiga
terhadap orang lain. Keterbatasan informasi dan penglihatan menimbulkan
banyak kesalah
pahaman. Kesalah
pahaman menyebabkan penyandang tunanetra mudah tersinggung. Kondisi
penglihatan mata tunanetra sangatlah terbatas. Hal ini menyebabkan pengalaman visual mereka juga akan terbatas. Ketunanetraan akan
menyebabkan timbulnya beberapa keterbatasan seperti keterbatasan informasi, keterbatasan pengalaman dan keterbatasan kemampuan
melakukan ssuatu. Keterbatasan inilah yang menyebabkan penyandang
21 tunanetra merasa rendah diri. Akibat dari keterbatasan melihat,
membuat tunanetra suka berfantasi atau berangan-angan. Kekurangan informasi visual sering memotivasi para penyandang tunanetra untuk
selalu berpikir kritis. Hal itu merupakan hasil analisis pikir mereka tajam, karena keingin tahuan yang tinggi. Penyandang tunanetra juga
mempunyai sikap yang positf. Mereka dengan percaya diri berusaha mencari peluang untuk mengubah nasib mereka.
Memperhatikan karakteristik anak tunanetra Low vision merupakan hal yang penting untuk memberikan layanan pendidikan
secara optimal. Ketika anak tunanetra low vision memiliki keterbatasan melakukan berbagai kegiatan layaknya anak normal pada umumnya ,
perlu bagi kita untuk mengetahui karakteristik anak low vision tersebut. Karakteristik anak tunanetra low vision juga dapat diartikan sebagai ciri
khas yang biasa dilakukan oleh anak tunanetra low vision. Anastasia dan Imanuel, 1996: 17 menjelaskan karakteristik anak low vision
adalah sebagai berikut. a.
Selalu melihat benda dengan memfokuskan pada titik benda. Biasanya dengan mengerutkan dahi.
b. Bergerak dengan percaya diri dan bersikap seperti orang awas.
c. Memiringkan kepala bila memulai suatu aktivitas.
d. Tertarik dengan benda yang bergerak.
e. Merasa bangga menjadi penuntun temannya yang buta.
f. Berjalan dengan menyeret kaki atau salah langkah.
g. Kesulitan untuk melakukan gerakan yang halus.
h. Koordinasi antara mata dan anggota badan yang lemah.
Karakteristik yang telah dijelaskan di atas mengandung arti bahwa anak tunanetra low vision dapat melihat secara global, namun
22 difokuskan pada titik yang masih terlihat oleh anak. Anak low vision
akan merasa bangga jika membantu temannya yang memiliki kebutaan total. Anak penderita low vision memiliki kooerdinasi mata dan anggota
badan yang lemah, sehingga kemampuan motorik halusnya juga lemah. Karakteristik lain tentang anak low vision juga dijelaskan oleh
Aqila Smart dalam bukunya yang berjudul Anak Cacat Bukan Kiamat. Aqila Smart, 2010: 40 mengatakan karakteristik anak low vision yaitu,
a. menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat.
b. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar.
c. Mata tampak lain, terlihat putih di tengah mata.
d. Terlihat tidak menatap lurus ke depan.
e. Memicingkan mata saat melihat sesuatu.
f. Lebih sulit melihat pada malam hari.
g. Memakai kacamata tebal, namun tetap kurang bisa melihat
dengan jelas. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut maka dapat ditegaskan
anak low vision mempunyai ciri khas yang sering nampak yaitu sebagai berikut.
a. Melihat suatu benda dengan memfokuskan pada titik benda.
b. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat.
c. Memicingkan mata saat melihat suatu benda atau menerima
rangsang cahaya. d.
Koordinasi mata dan anggota badan lemah. e.
Hanya dapat melihat tulisan dengan ukuran yang besar. f.
Memakai kacamata tebal, namun tetap kurang bisa melihat dengan jelas.
23 Menurut Ardhi Widjaya 2013: 23-26 menjelaskan tentang
karakteristik anak tunanetra low vision adalah sebagai berikut. a.
Karateristik Kognitif b.
Karakteristik akademik c.
Karakteristik Sosial dan Emosional d.
Karakteristik perilaku Dari pendapat ahli di atas dapat diambil pemahaman bahwa
karakteristik siswa tunanetra low vision diuraikan menjadi karakteristik kognitif, akademik, sosial, dan perilaku. Tingkat keanekaragaman
pengalaman bagi anak low vision rendah, kemampuan untuk berpindah tempat rendah, dan interaksi dengan lingkungan kurang. Keterampilan
akademisnya kurang terutama pada perkembangan membaca dan menulis karena mempunyai keterbatasan untuk mencari tahu
pengetahuan baru. Anak penderita low vision mempunyai keterampilan dalam bersosial yang rendah dibanding dengan anak normal yang bisa
melihat dan bisa menunjukkan ekspresi wajah ketika melakukan sesuatu. Siswa dengan penderita low vision biasanya kurang
memperhatikan kebutuhan sehari-hari, sehingga sering sekali membutuhkan bantuan dari orang lain. Hal ini menjadikan anak low
vision berperilaku pasif. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, peneliti
menemukan memperhatikan ciri khas yang hampir sama dengan pendapat ahli di atas. Ciri khas yang terlihat saat observasi dan
berdasarkan tanya jawab singkat dengan guru pembimbing khusus adalah sering memicingkan mata saat melihat, pendiam, rendah diri,
24 prestasi belajar rendah, jika berjalan pelan-pelan, ketergantungan
dengan teman, membaca tulisan di papan tulis tidak bisa, jika membaca dan menulis selalu menunduk, dan mudah lelah.
B. Kajian Layanan Pendidikan Siswa Tunanetra Low vision