63
4. Prinsip Layanan bagi Siswa Tunanetra Low Vision
a. Prinsip Perbesaran Ukuran Huruf
1 Guru memperbesar huruf saat menerangkan di dalam kelas.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelas, guru olah raga, guru agama, dan siswa low vision.
Wawancara terkait dengan pelayanan pada saat pembelajaran yaitu memperbesar huruf atau tulisan dalam mengajar ABL. Saat
peneliti bertanya mengenai penggunaan prinsip memperbesar huruf atau tulisan kepada ABL, jawaban dari guru kelas adalah
“Cara yang saya lakukan adalah menulis dengan huruf yang sedikit le
bih besar dibanding dengan biasanya.” Kemudian dari guru agama jawabannya adalah
“Tidak mbak, saya jarang menulis huruf dengan ukuran yang besar.” Jawaban dari guru olahraga
adalah “Tidak mbak, saya tidak pernah memperbesar huruf.”
Jawaban dari siswa tunanetra low vision adalah “Iya mbak,
kadang-kadang tulisannya dibuat besar, kadang ya biasa aja. Berdasarkan wawancara kepada guru-guru yang mengampu
pelajaran kelas V dan juga siswa Low vision sendiri ABL, dapat diketahui bahwa selama pembelajaran guru kelas telah sering
menggunakan prinsip memperbesar tulisan, untuk guru agama dan guru olahraga belum menggunakan prinsip tersebut karena
menganggap ABL sudah bisa membaca dengan dibantu oleh teman sebangkunya.
64 Selain wawancara dari hasil observasi diketahui bahwa guru kelas
memperbesar tulisannya saat proses pembelajaran, namun guru agama dan guru olah raga tidak. Saat melakukan observasi,
peneliti juga mengamati guru kelas memperhatikan ABL terkait dengan apakah ABL bisa sedikit membaca atau tidak. Dalam
ob servasi tersebut guru kelas bertanya “ Ketok ra ABL?”
kemudian ABL hanya menunduk. Setelah peneliti bertanya dan sedikit ikut mendampingi, kadang tulisan guru itu terbaca dengan
sangat sulit, namun lebih sulit untuk tidak terbaca. Dalam hasil dokumentasi juga terlihat bahwa guru kelas memperbesar tulisan
saat menerangkan pelajaran.
Gambar 2. Guru memperbesar tulisan Dalam hal itu bisa ditegaskan bahwa guru kelas telah
menggunakan prinsip memperbesar huruf pada saat pelajaran, namun untuk guru agama belum menggunakan prinsip tersebut.
2 Guru memperbesar Lembar Kerja Siswa low vision.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelas, guru olah raga, guru agama, dan siswa low vision.
Wawancara terkait dengan pelayanan pada saat pembelajaran
65 yaitu memperbesar huruf atau tulisan. Lembar kerja siswa untuk
ABL. Berikut jawaban yang diperoleh saaat wawancara mengenai pemberian layanan memperbesar lembar kerja siswa untuk ABL.
Jawaban dari guru kelas adalah ” Tidak mbak, lembar jawab
ataupun soal ulangan yang saya berikan ke ABL sama dengan yang lainnya. Nanti ABL sudah bisa membaca sendiri, tapi ya
dengan nunduk banget gitu mbak. Menurut saya ya gag papa mbak, ABL nya juga tidak keberatan dan dulu pernah diberi
tulisan besar dia gak terlalu tertarik juga.” Jawaban dari guru
agama adalah “Tidak mbak, saya tidak pernah memberikan
lembar jawab yang dibuat lebih besar untuk ABL.” Sedangkan jawaban dari guru olahraga adalah
” Tidak pernah mbak, lhah wong saya tidak pernah ngasih soal secara tertulis. Jadi ujiannya
praktek saja, nanti kadang saya kasih pertanyaan kepada anak- anak itu dengan lisan mbak.” Jawaban dari siswa tunanetra low
vision adalah “Tidak mbak, saya bisa membacanya walau harus
kerja extra. Berdasarkan wawancara tentang perbesaran huruf yang
diberikan kepada ABL, dapat diketahui bahwa dalam menerapkan prinsip tersebut guru kelas, guru agama, guru olahrga, dan juga
ABL memberikan informasi bahwa prinsip tersebut belum diterapkan dalam pembelajaran siswa Low vision. Hal ini
dikarenakan guru merasa bahwa ABL sudah bisa membaca
66 tulisan tersebut walaupun dengan susah payah. Dari ABL sendiri
juga sudah terbiasa dengan hal tersebut. Selain dari hasil wawancara, dari hasil observasi yang
dilakukan peneliti dari awal sampai dengan akhir, semua guru tidak pernah memberikan lembar kerja siswa berbentuk kertas
dengan bertulisan dengan huruf yang besar. Dalam setiap ulangan dan tugas-tugas, guru memberikan lembar kerja kepada ABL
sama dengan siswa yang lainnya. Lembar kerja tersebut dapat dibaca sendiri oleh ABL walaupun dengan susah payah yaitu
dengan cara mendekatkan posisi kertas itu hanya dengan jarak sekitar 5cm dari matanya. Hal itu dilakukan ABL memang karena
matanya tidak bisa melihat dengan jarak yang normal, ABL harus melihat dengan jarak yang sangat dekat.
Dari hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa guru kelas, maupun guru agama tidak menggunakan
prinsip perbesaran pada hard file atau print out Lembar Kerja Siswa maupun bahan ajar.
b. Prinsip Penggunaan Obyek Real