14 bahwa “orang tunanetra yang masih mempunyai sisa penglihatan yang
fungsional seperti ini kita sebut sebagai orang “kurang awas” atau lebih dikenal dengan sebutan Low vision
”. Definisi lain juga diungkapkan oleh World Health Organization dalam Ardhi Widjaya, 2013: 16 bahwa
“Seseorang dikatakan low vision apabila memiliki kelainan fungsi penglihatan walaupun telah dilakukan pengobatan, misalnya operasi atau
koreksi refraksi standart kacamata atau lensa”. Pengertian lain juga dijelaskan oleh Aqila Smart 2010: 36 bahwa : low vision adalah
mereka yang bila melihat sesuatu, mata harus didekatkan, atau mata harus dijauhkan dari obyek yang dilihatnya, atau mereka yang memiliki
pemandangan kabur ketika melihat obyek”. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat ditegaskan
bahawa anak low vision adalah anak yang mempunyai masalah dalam indera visualnya atau mengalami kerusakan dan hambatan pada indera
penglihatannya sehingga tidak dapat digunakan secara optimal. Anak low vision masih bisa menggunakan sisa kemampuan indera
penglihatannyadalam pembelajaran,
namun dalam
kegiatan pembelajaran anak low vision tetap harus mendapatkan bantuan yang
extra supaya bisa mengikuti pembelajarannya secara optimal.
2. Sebab-Sebab Ketunanetraan
Ketunanetraan dapat disebabkan oleh beberapa factor. Menurut Sari Rudiyati 2003: 7 ketunanetraan pada seseorang dapat disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut.
15 a.
Infeksi atau keracunan b.
Penyakit c.
Kecelakaan d.
Kekurangan vitamin A e.
Faktor keturunan f.
Kondisi patologik yang tidak jelas penyebabnya Sebab-sebab yang telah dijelaskan tersebut memberikan
pemahaman bahwa penyebab dari anak tunanetra low vision beranekaragam. Infeksi dan keracunan bisa terjadi ketika ibu sedang
mengandung. Selain saat mengandung, infeksi juga bisa terjadi ketika mendapati luka di area mata, kemudian terjadi infeksi yang mengenai
mata. Oleh sebab itu sebaiknya berhati-hati saat mengandung agar janin tetap sehat. Penyakit juga merupakan sebab terjadinya ketunanetraan
seperti katarak, glaucoma, dan sebagainya. Sebab lain terjadinya ketunanetraan adalah kecelakaan. Kecelakaan yang dimaksud adalah
terjadinya suatu kejadian yang dapat merusak kornea mata sehingga fungsi organ mata menjadi terganggu seperti terkena duri, terkena bahan
kimia, dan sebagainya. Kekurangan vitamin A juga menyebabkan indera penglihatan kita terganggu. Vitamin A adalah zat yang sangat penting
untuk menjaga kesehatan mata kita. Apabila kekurangan vitamin A, maka kesehatan mata bisa terganggu, dan jika dibiarkan terus menerus,
maka akan berakibat yang fatal. Selain itu factor keturunan dan adanya kondisi patologik yang tidak jelas juga menjadi faktor terjadinya
ketunanetraan. Berdasarkan hasil observasi, penyebab ketunanetraan yang dilami
anak low vision yang ada di SD Muhammadiyah Bogor kelas V adalah
16 infeksi atau keracunan yang terjadi saat ibunya mengandung.
Ketunanetraan yang terjadi diketahui setelah anak tersebut dilahirkan.
3. Klasifikasi Anak Tunanetra Low vision
Berdasarkan saat terjadinya ketunanetraan klasifikasi penyandang tunanetra menurut Sari Rudiyati 2003: 9 adalah sebagai berikut.
a. Penyandang tunanetra prenatal
b. Penyandang tunanetra natal
c. Penyandang tunanetra postnatal
Berdasarkan pendapat ahli tersebut maka dapat diambil pemahaman bahwa terjadinya ketunanetraan bisa terjadi ketika
seseorang masih berada dalam kandungan, ketika seseorang dilahirkan, dan ketika setelah seseorang lahir.
Penyandang tunanetra post natal yaitu seseorang yang mengalami ketunanetraan setelah lahir. Menurut Sari Rudiyati 2003: 11 klasifikasi
ketunanetraan setelah proses kelahiran adalah sebagai berikut. 1
Penyandang tunanetra bawah tiga tahun batita 2
Penyandang tunanetra kanak-kanak 3
Penyandang tunanetra pra remaja 4
Penyandang tunanetra remaja 5
Penyandang tunanetra dewasa awal 6
Penyandang tunanetra dewasa 7
Penyandang tunanetra lansia atau lanjut usia Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditegaskan bahwa
ketunanetraan sesudah kelahiran bisa terjadi dengan berbagai macam tahapan. Mulai dari sebelum usia tiga tahun sampai dengan lanjut usia,
semua bisa mengalami ketunanetraan. Semakin dini seseorang terkena ketunanetraan, maka semakin lama juga mereka merasakan kebutaan.
17 Jadi ketika seseorang mengalami ketunanetraan dari sebelum usia tiga
tahun, maka pengetahuan mereka tentang dunia luar akan semakin sedikit. Beda hal nya dengan seseorang yang mengalami ketunanetraan
ketika usia sudah dewasa akgir atau bahkan lanjut usia. Mereka telah mengetahui berbagai macam pengalaman dalam hidupnya menggunakan
indera penglihatannya. Anak low vision merupakan bagian dari tunanetra. Jenis-jenis
anak tunanetra low vision adalah sebagai berikut. a.
Penyandang tunanetra Light perception Penyandang tunanetra Light perception adalah penyandang
tunanetra yang mengalami ketunaan pada indera penglihatannya hanya dapat mempersepsikan atau mengetahui bentuk adanya cahaya
terang maupun tidak adanya cahaya gelap Purwaka Hadi, 2005: 46. Dari pendapat di atas maka dapat ditegaskan bahwa anak
penyandang tunanetra Light perception adalah penyandang tunanetra yang hanya dapat mengetahui adanya cahaya atau tidak dengan
melihat sumber cahaya. Misalnya di dalam sebuah ruangan yang ada cahayanya, penyandang Light perception ini bisa mengetahui sumber
cahaya tersebut. b.
Penyandang tunanetra Light projection Penyandang tunanetra yang dapat mengetahui perubahan
sumber cahaya dan yang dapat menentukan arah sumber cahaya Purwaka Hadi, 2005 :46. Dari pendapat di atas maka dapat
18 ditegaskan bahwa penyandang tunanetra Light projection hanya
dapat memproyeksikan atau dapat mengetahui perubahan cahaya serta dapat menentukan arah datangnya cahaya. Cahaya yang
diterima oleh organ mata merupakan suatu gambaran kepada penyandang tunanetra untuk mngetahui kondisi di sekitarnya.
Misalnya matahari yang datang dari sebelah timur, maka penyandang tunanetra ini dapat dengan spontan menghadap ke timur, karena
penyandang tunanetra ini sudah tahu dari mana datangnya arah cahaya.
c. Penyandang tunanetra Tunnel vision atau penglihatan pusat
Penyandang tunanetra tunnel vision atau penglihatan pusat adalah
penyandang tunanetra
yang mempunyai
ketajaman penglihatan pada daerah tengah seluas 20 derajat sehingga apabila
melihat obyek hanya terlihat bagian tengahnya saja Purwaka Hadi 2005: 46. Dari pendapat di atas maka dapat ditegaskan bahwa
penyandang tunanetra Tunnel vision hanya dapat melihat obyek di bagian tengah. Penyandang tunanetra ini hanya dapat memandang
lurus ke depan, sehingga tidak bisa mengamati obyek secara utuh. d.
Penyandang tunanetra Periferal vision atau penglihatan samping Penyandang tunanetra periferal vision atau penglihatan pusat
samping adalah penyandang tunanera yang hanya dapat melihat obyek bagian samping atau tepidari obyek yang dilihatnya Purwaka
Hadi, 2005:46. Dari pendapat di atas maka dapat ditegaskan bahwa
19 penyandang tunanetra Periferal vision atau penglihatan samping,
kemampuan penglihatannya hanya di bagian samping dan bagian tengah maka tidak dapat melihat obyek yang dilihatnya. Penyandang
tunanetra ini akan mendekatkan mata ke bagian obyek yang akan dilihatnya dengan menyamping.
e. Penyandang tunanetra penglihatan bercak
Penyandang tunanetra penglihatan bercak adalah penyandang tunanetra yang hanya dapat melihat obyek pada bagian-bagian
tertentu yang tidak terlihat. Obyek yang diamati tidak dapat terlihat oleh penyandang tunanetra secara utuh Purwaka Hadi, 2005:46.
Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa organ mata tunanetra yang mengalami penglihatan bercak tidak dapat melihat obyek secara
maksimal karena adanya bercak yang menutupi bagian organ mata. Bercak yang ada di bagian organ mata tersebut akan menghalangi
tunanetra untuk mengamati obyek secara utuh. Penyandang tunanetra ini akan mendekatkan organ matanya ke obyek penglihatannya untuk
dapat mengamati obyek secara utuh. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dan sedikit tanya
jawab dengan guru pendamping khusus jenis anak low vision yang ada di SD Muhammadiyah Bogor adalah penglihatan bercak karena anak
tersebut tidak dapat melihat obyek secara maksimal dan selalu mendekatkan organ matanya ke benda yang akan diamati.
20
4. Karakteristik Anak Tunanetra Low vision