56
Pada proses belajar mengajar menggunakan komik ini, siswa diajak untuk mengamati dan membaca dari awal cerita hingga akhir agar siswa dapat
memperoleh konsep tentang topik, tokoh, dan alur cerita dari komik tersebut dengan meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mereka. Teknik membaca
pemahaman yang biasa siswa lakukan ialah membaca dari halaman awal sampai akhir Soparno dkk, 1988: 40. Apabila siswa belum paham isinya, pembacaan akan
diulang beberapa kali seperti ini disebut membaca tradisional. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media komik ialah
meningkatkan keterampilan memahami isi cerita dalam komik.
G. Penelitian yang Relevan
1. “ Pengembangan Media Komik Cerita Anak untuk Meningkatkan
Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Ngawen Kabupaten Blora
” yang dilakukan oleh Diana Lela Novitasari pada tahun 2016 menunjukkan angka validasi media 4,4 sangat baik, validasi materi 3,40
baik dan hasil uji lapangan 4,08 baik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media komik cerita anak layak untuk digunakan karena dengan
menggunakan media ini dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV.
2. “ Pengembangan Media Komik untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SD Negeri Padokan 2 Bantul yang dilakukan oleh Wahyu Nuning Budiarti pada tahun 2016
menunjukkan angka validasi media 4,07 baik dan validasi materi 4,14 baik
57
dan hasil uji lapangan 4,26 baik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media komik layak untuk digunakan karena dengan menggunakan media ini
dapat meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan membaca pemahaman siswa.
H. Kerangka Pikir
Pada kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi cerita anak aspek membaca pemahaman di kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen masih
menggunakan media teks bacaan sebagai satu-satunya acuan yang digunakan. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya media yang tersedia untuk digunakan
untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia, sehingga kegiatan pembelajaran aspek membaca monoton dan
kurang menarik serta berdampak pada rendahnya nilai membaca pemahaman siswa. Berpijak pada permasalahan yang ada yaitu belum tersedianya media untuk
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman, maka media komik adalah media yang akan membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman serta menambah variasi media yang digunakan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Terdapat dua alasan penggunaan media komik
dalam penggunaan media komik dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pertama, hampir seluruh media pembelajaran untuk aspek membaca pemahaman adalah teks
bacaan yang membuat siswa kesulitan memahami isi dari bacaan tersebut. Kedua, karena nilai aspek membaca pemahaman siswa kelas IV yang rendah, sehingga
dengan adanya komik ini akan mempermudah siswa dalam memahami bacaan.
58
Berdasarkan penelitian yang relevan, media komik dapat menambah minat siswa dalam belajar, memudahkan siswa dalam memahami suatu bacaan, dan
menambah variasi penggunaan media dalam proses pembelajaran. Media yang dikembangkan adalah media berbentuk komik. Alur yang runtut
dan teratur serta cerita yang sederhana dalam komik, diharapkan mampu mempermudah siswa dalam memahami suatu bacaan sehingga keterampilan
membaca pemahaman pun meningkat.
59
BAB III METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Penelitian ini termasuk dalam model penelitian pengembangan atau research and development R D. Metode penelitian pengembangan merupakan
metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut Sugiyono, 2015: 407. Penelitian dan Pengembangan
adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan
Sukmadinata, 2013: 164. Hasil dari penelitian ini adalah berupa produk media pembelajaran komik untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada
mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa kelas IV SDN Bener 1 Ngrampal Sragen.
B. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan pada penelitian ini menggunakan prosedur yang diadaptasi oleh Instructional Media Design Lee Owens yaitu ADDIE. Model
ADDIE dikonstruksikan oleh Tennyson dan Michaels tahun 1991 sebagai teori rujukan. Kemudian oleh Kruse pada tahun 2002 mengembangkan model ADDIE
pada ranah e-learning. Selanjutnya Dick and Carrey pada tahun 2005 mengembangkan model ADDIE pada ranah desain instruksional pembelajaran
Allen, 2006: 431. Model ADDIE adalah desain model pembelajaran yang sistematis dan terdiri dari 5 tahap meliputi desain keseluruhan proses pembelajaran
cara yang sistematik Prosedur penelitian dan pengembangan ini dapat