PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD NEGERI BENER 1 NGRAMPAL SRAGEN.
PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD NEGERI BENER 1 NGRAMPAL SRAGEN
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh : Afrinda Pradita NIM 13108241009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
(2)
PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD NEGERI BENER 1 NGRAMPAL SRAGEN
Oleh: Afrinda Pradita NIM 13108241009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengembangkan media komik yang layak dan efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen.
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian pengembangan (Research and Development) yang mengadaptasi model ADDIE. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes pretest-postest, wawancara, dan angket. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penilaian ahli materi diperoleh rata-rata skor 4,56 ( kriteria sangat layak). Hasil penilaian ahli media diperoleh rata-rata skor 4,59 ( kriteria sangat layak). Hasil uji coba memperoleh kriteria sangat layak yaitu uji coba awal memperoleh rata-rata skor 4,2 dengan kriteria sangat layak, hasil uji coba utama memperoleh rata-rata skor 4,32 dengan kriteria sangat layak, dan hasil uji coba lapangan operasional memperoleh rata-rata skor 4,43 dengan kriteria sangat layak. Sedangkan hasil uji coba praktisi guru memperoleh rata-rata skor 4,74 dengan kriteria sangat layak.
Hasil pretest-postest melalui uji rata beda sebesar 0,037 dan peningkatan rata-rata nilai keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan uji Gain setelah penggunaan media komik sebesar 0,376 dengan kriteria sedang. Berdasarkan hasil uji kelayakan media dari para ahli materi, ahli media, uji coba kelayakan, uji rata beda, dan uji peningkatan rata-rata, media komik layak untuk digunakan dalam pembelajaran serta efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
(3)
THE DEVELOPMENT COMIC AS A MEDIA TO IMPROVE OF READING COMPREHENSION SKILL OF THE 4th GRADE STUDENTS INDONESIAN
LANGUAGE SUBJECT IN SD NEGERI BENER 1 NGRAMPAL SRAGEN By:
Afrinda Pradita NIM 13108241009
ABSTRACT
This research aims to develop comic media that is feasible to improve reading comprehension skills on Indonesian language subjects in class IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen.
The type of the research was ADDIE as a kind of Research and Development. The data were collected by pretest-postest, interviews, and questionnaires. Qualitative and quantitative desciptive statistics were used as the analysis techniques. The result of the material experts get score 4,56 (very good criteria). The result of media experts get score 4,59 (very good criteria). The result of the trials obtains very good criteria ie the limited field trial obtains an average score of 4,2, the wider field trial results obtains an average score of 4,32, and the results of the operational test of the sample obtains an average score of 4,43. The results of field trials by practitioner (teacher) obtains an average score of 4,74 include very good category.
The pretest-posttest result through the t-test is 0,037 and the average score of reading comprehension after using comic media is 0,376 with medium creation. Based on trial results, comic media is fesiable to be using in learning and can improve reading comprehension skill of 4th graders in the Indonesian language. Keyword: development, comic, reading comprehension, Indonesian language
(4)
LEMBAR PERSETUJUAN
Tugas Akhir Skripsi dengan Judul
PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD NEGERI BENER 1 NGRAMPAL SRAGEN
Disusun oleh: Afrinda Pradita NIM 13108241009
Telah memenuhi syarat dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan Ujian Akhir Tugas Akhir Skripsi bagi yang bersangkutan.
Yogyakarta, Juni 2017
Mengetahui, Disetujui, a.n. Ketua Jurusan PSD
Sekretaris Jurusan
Dosen Pembimbing
Fathurrochman, M.Pd.
NIP. 19790615 200501 1 002
Septia Sugiarsih, M.Pd. NIP. 197909262005012002
(5)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini adalah sebuah karya yang merupakan ungkapan pengabdian cinta yang penuh kasih teruntuk:
1. Allah SWT yang telah memberikan anugerah dan karunia-Nya sehingga saya bisa diberikan kesempatan untuk menuntut ilmu hingga sekarang.
2. Orang tua tercinta yaitu Almarhum Bapak Suprapto, SE. dan Ibu Dwi Nursetiani, SE. yang selalu mendukung, memotivasi, serta mendoakan saya selalu.
(6)
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengembangan Media Komik untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen” dapat disusun sesuai
dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Suparlan, M. Pd. I., Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi.
3. Ibu Septia Sugiarsih, M. Pd., Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan tugas akhir skripsi, sekaligus ahli materi yang telah bersedia memberikan penilaian, saran, masukan, dan memvalidasi media komik.
4. Ibu Isniatun Munawaroh, M. Pd., Ahli Media yang telah bersedia memberikan penilaian, saran, masukan dan memvalidasi media komik.
(8)
5. Bapak Sungkono, M.Pd., penguji utama, Ibu Supartinah, M.Hum., sekertaris penguji dan Ibu Septia Sugiarsih, M.Pd., ketua penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan terhadap tugas akhir skripsi ini.
6. Ibu Samiyem, S. Pd. SD., Kepala Sekolah SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen.
7. Bapak Trio Joko Murtopo, S. Pd. SD., Guru kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen yang telah memberikan penilaian, saran, masukan dan merespon media komik.
8. Siswa kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen atas kerjasama dan partisipasi dalam pelaksanaan uji coba lapangan tugas akhir skripsi.
9. Almarhum Bapak Suprapto, SE. dan Ibu Dwi Nursetiani, SE. yang telah memberikan semangat, motivasi, dukungan, dan doa dalam menyelesaikan pendidikan.
10. Kakakku Intan Pradita, M. Hum., yang selalu memberikan motivasi kepadaku.
11. Adik-adikku Faradila Rahma Nurfitria, Ais Fathimah, Arimi Dini, Nailu Fadhilatulaili, dan Ratna Dwi Ratih, yang selalu memberikan semangat kepadaku.
12. Sahabat-sahabatku Eva Amalia dan Siti Rikha Mahmudah, yang selalu memberikan dukungan kepadaku.
(9)
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
SURAT PERNYATAAN... iv
LEMBAR PERSETUJUAN... v
HALAMAN PENGESAHAN ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR GRAFIK ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 01
B. Identifikasi Masalah ... 08
C. Pembatasan Masalah ... 09
D. Rumusan Masalah ... 09
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 10
G. Asumsi Pengembangan ... 11
H. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 14
1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia SD ... 14
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 15
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 15
(11)
2. Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman ... 18
3. Faktor-Faktor Keterampilan Membaca Pemahaman ... 19
4. Tes Keterampilan Membaca Pemahaman ... 20
C. Kajian tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 22
D. Kajian tentang Media Pembelajaran ... 23
1. Hakikat Media Pembelajaran ... 23
2. Fungsi Media Pembelajaran ... 26
3. Klasifikasi Media Pembelajaran... 28
4. Manfaat Media Pembelajaran... 30
E. Kajian Mengenai Komik ... 31
1. Pengertian Komik ... 31
2. Macam-Macam Komik ... 32
3. Unsur-Unsur dalam Komik ... 35
4. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Komik ... 39
5. Gaya dalam Menggambar Komik ... 45
6. Prinsip Desain Komik ... 46
7. Pengembangan Media Komik ... 48
8. Kelebihan Media Komik ... 51
9. Komik sebagai Media Pembelajaran ... 54
F. Kajian Media Komik untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 55
G. Penelitian yang Relevan ... 56
H. Kerangka Pikir ... 57
BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan ... 59
B. Prosedur Pengembangan ... 59
1. Tahap Analisis (Analysis)... 60
2. Tahap Desain (Design) ... 60
3. Tahap Pengembangan (Development) ... 60
4. Tahap Implementasi (Implementation) ... 61
a. Uji Coba Awal ... 62
b. Uji Coba Lapangan Awal ... 62
c. Uji Coba Lapangan Operasional ... 62
5. Tahap Evaluasi (Evaluate) ... 62
C. Desain Uji Coba Produk ... 63
1. Subjek Uji Coba ... 63
2. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 64
a. Tes ... 64
b. Wawancara ... 64
(12)
e. Dokumentasi ... 66
f. Instrumen Pengumpulan Data ... 66
3. Teknik Analisis Data ... 76
a. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 76
b. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan Produk Awal ... 81
1. Deskripsi Hasil Tahap Analisis ... 81
2. Deskripsi Hasil Tahap Perancangan ... 83
3. Deskripsi Hasil Tahap Pengembangan ... 85
4. Deskripsi Hasil Tahap Implementasi ... 108
5. Deskripsi Hasil Tahap Evaluasi ... 130
B. Hasil Uji Coba Produk ... 134
C. Kajian Produk Akhir ... 143
D. Keterbatasan Pengembangan ... 144
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan tentang Produk ... 145
B. Saran Pemanfaatan Produk ... 146
DAFTAR PUSTAKA ... 147
(13)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pemetaan Kurikulum Bahasa Indonesia KTSP Kelas IV ... 55
Tabel 2. Pedoman Pemberian Skor Angket ... 66
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Observasi Guru ... 67
Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Observasi Siswa ... 69
Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen untuk Ahli Media ... 70
Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen untuk Ahli Materi ... 71
Tabel 7. Kisi-Kisi Instrumen Uji Pengguna untuk Siswa ... 72
Tabel 8. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Membaca Pemahaman ... 73
Tabel 9. Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 76
Tabel 10. Pedoman Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif... 77
Tabel 11. Interpretasi Indeks Gain ... 80
Tabel 12. Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap Pertama ... 86
Tabel 13. Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap Kedua ... 97
Tabel 14. Hasil Penilaian Ahli Media Tahap Pertama ... 98
Tabel 15. Hasil Penilaian Ahli Media Tahap Kedua... 107
Tabel 16. Data Hasil Angket Respon Guru Aspek Materi ... 109
Tabel 17. Data Hasil Angket Respon Guru Aspek Media ... 110
Tabel 18. Data Hasil Angket Uji Coba Awal Respon Siswa ... 112
Tabel 19. Data Keseluruhan Hasil Angket Uji Coba Awal Respon Siswa . 112 Tabel 20. Data Hasil Angket Aspek Materi Uji Coba Awal Respon Siswa 113 Tabel 21. Data Hasil Angket Aspek Media Uji Coba Awal Respon Siswa ... 114
Tabel 22. Data Hasil Aspek Isi Cerita Uji Coba Awal Respon Siswa ... 115
Tabel 23. Data Hasil Angket Uji Coba Utama Respon Siswa ... 118
Tabel 24. Data Keseluruhan Hasil Angket Uji Coba Utama Respon Siswa ... 119
Tabel 25. Data Hasil Angket Aspek Materi Uji Coba Utama Respon Siswa ... 120
Tabel 26. Data Hasil Angket Aspek Media Uji Coba Utama Respon Siswa ... 121
Tabel 27. Data Hasil Aspek Isi Cerita Uji Coba Utama Respon Siswa ... 122
Tabel 28. Data Hasil Angket Uji Coba Lapangan Operasional ... 124
Tabel 29. Data Keseluruhan Hasil Angket Uji Coba Lapangan Operasional Respon Siswa ... 126
Tabel 30. Data Hasil Angket Aspek Materi Uji Coba Lapangan Operasional Respon Siswa ... 127
Tabel 31. Data Hasil Angket Aspek Media Uji Coba Lapangan Operasional Respon Siswa ... 128
Tabel 32. Data Hasil Angket Aspek Isi Cerita Uji Coba Lapangan Operasional Respon Siswa ... 129
(14)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kedudukan Komponen-Komponen Pembelajaran ... 26
Gambar 2. Desain Pengembangan ADDIE ... 63
Gambar 3. Muatan Materi Bahasa Indonesia Sebelum Direvisi ... 87
Gambar 4. Muatan Materi Bahasa Indonesia Setelah Direvisi ... 87
Gambar 5. Judul Komik Cerita Pertama Sebelum Direvisi ... 88
Gambar 6. Judul Komik Cerita Kedua Sebelum Direvisi ... 88
Gambar 7. Judul Komik Cerita Ketiga Sebelum Direvisi ... 89
Gambar 8. Judul Komik Cerita Keempat Sebelum Direvisi ... 89
Gambar 9. Judul Komik Cerita Kelima Sebelum Direvisi ... 89
Gambar 10. Judul Komik Cerita Pertama Setelah Direvisi... 90
Gambar 11. Judul Komik Cerita Kedua Setelah Direvisi ... 90
Gambar 12. Judul Komik Cerita Ketiga Setelah Direvisi ... 91
Gambar 13. Judul Komik Cerita Keempat Setelah Direvisi ... 91
Gambar 14. Judul Komik Cerita Kelima Setelah Direvisi ... 91
Gambar 15. Desain Soal Evaluasi Postest Sebelum Direvisi ... 92
Gambar 16. Desain Soal Evaluasi Postest Nomor 1-5 Setelah Direvisi ... 93
Gambar 17. Desain Soal Evaluasi Postest Nomor 6 Setelah Direvisi ... 93
Gambar 18. Ekspresi Robi Saat Celananya Kotor Sebelum Direvisi ... 94
Gambar 19. Ekspresi Robi Bersungguh-Sungguh Sebelum Direvisi... 94
Gambar 20. Ekspresi Robi Saat Celananya Kotor Setelah Direvisi... 95
Gambar 21. Ekspresi Robi Bersungguh-Sungguh Setelah Direvisi ... 95
Gambar 22. Ucapan Kepala Yayasan Saat Diejek Robi Sebelum Direvisi 96
Gambar 23. Ucapan Kepala Yayasan Saat Diejek Robi Setelah Direvisi... 96
Gambar 24. Diagram Hasil Penilaian Ahli Materi ... 97
Gambar 25. Cover Sebelum Direvisi ... 99
Gambar 26. Cover Setelah Direvisi ... 100
Gambar 27. Daftar Isi Setelah Direvisi ... 101
Gambar 28. Petunjuk Penggunaan Sebelum Direvisi ... 101
Gambar 29. Petunjuk Penggunaan Setelah Direvisi ... 102
Gambar 30. Muatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Sebelum Direvisi .... 102
Gambar 31. Muatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Setelah Direvisi ... 103
Gambar 32. Pengenalan Tokoh Sebelum Direvisi ... 104
Gambar 33. Pengenalan Tokoh Sebelum Direvisi ... 104
Gambar 34. Profil Pengembang Sebelum Direvisi ... 105
Gambar 35. Profil Pengembang Setelah Direvisi ... 105
Gambar 36. Halaman Cover Belakang Sebelum Direvisi ... 106
Gambar 37. Halaman Cover Belakang Setelah Direvisi ... 106
Gambar 38. Diagram Hasil Penilaian Ahli Media ... 108
Gambar 39. Diagram Hasil Angket Respon Guru Aspek Materi... 110
Gambar 40. Diagram Hasil Angket Respon Guru Aspek Media ... 111
Gambar 41. Halaman Pengenalan Tokoh Sebelum Revisi ... 116
(15)
Gambar 43. Halaman Terakhir Cerita “Sekolah Kita Rumah Kita” Sebelum Direvisi ... 123
Gambar 44. Halaman Terakhir Cerita “Sekolah kita Rumah Kita” Setelah
(16)
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 1. Peningkatan Rata-Rata Nilai Keterampilan Membaca Pemahaman
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Pengembangan Komik ... 152
Lampiran 2. Instrumen Angket Ahli Materi Komik ... 153
Lampiran 3. Instrumen Angket Ahli Media Komik ... 156
Lampiran 4. Instrumen Angket Respon Guru ... 159
Lampiran 5. Instrumen Angket Respon Siswa ... 162
Lampiran 6. Kisi-Kisi Uji Coba Produk ... 164
Lampiran 7. Produk Media ... 165
Lampiran 8. Kisi-Kisi Instrumen Pretest Membaca Pemahaman ... 172
Lampiran 9. Soal Pretest Membaca Pemahaman dan Kunci Jawaban... 175
Lampiran 10. Instrumen Kisi-Kisi Soal Postest Membaca Pemahaman... 182
Lampiran 11. Soal Postest Membaca Pemahaman dan Kunci Jawaban ... 187
Lampiran 12. Hasil Penilaian Ahli Materi dan Ahli Media ... 196
Lampiran 13. Hasil Uji Coba Awal Media Komik ... 198
Lampiran 14. Hasil Uji Coba Utama Media Komik ... 199
Lampiran 15. Hasil Uji Coba Lapangan Operasional Media Komik ... 200
Lampiran 16. Hasil Respon Guru Terhadap Media Komik ... 201
Lampiran 17. Lembar Penilaian Tes Membaca Pemahaman ... 202
Lampiran 18. Pedoman Penilaian Tes Membaca Pemahaman ... 203
Lampiran 19. Analisis Uji Validitas Tes Membaca Pemahaman ... 204
Lampiran 20. Uji Reliabilitas Tes Membaca Pemahaman ... 219
Lampiran 21. Rekapitulasi Nilai Pretest Membaca Pemahaman ... 221
Lampiran 22. Rekapitulasi Nilai Postest Membaca Pemahaman... 222
Lampiran 23. Analisis Uji Perbedaan Dua Rata-Rata ... 223
Lampiran 24. Uji Peningkatan Rata-Rata (Gain) ... 224
Lampiran 25. Hasil Wawancara Pratindakan dengan Guru Kelas ... 225
Lampiran 26. Hasil Observasi Pratindakan dengan Guru Kelas Tahap I ... 226
Lampiran 27. Hasil Observasi Pratindakan dengan Guru Kelas Tahap II .. 228
Lampiran 28. Hasil Observasi Pratindakan dengan Siswa Tahap I ... 229
Lampiran 29. Hasil Observasi Pratindakan dengan Siswa Tahap II ... 231
Lampiran 30. Silabus Pembelajaran Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 232
Lampiran 31. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 235
Lampiran 32. Hasil Penilaian Validasi Ahli Materi Tahap Pertama ... 243
Lampiran 33. Hasil Penilaian Validasi Ahli Materi Tahap Kedua ... 246
Lampiran 34. Hasil Penilaian Validasi Ahli Media Tahap Pertama ... 249
Lampiran 35. Hasil Penilaian Validasi Ahli Materi Tahap Kedua ... 253
Lampiran 36. Hasil Penilaian Angket Respon Guru ... 257
Lampiran 37. Contoh Angket Respon Siswa pada Uji Lapangan ... 260
Lampiran 38. Surat Perizinan Penelitian Fakultas Ilmu Pendidikan... 262
Lampiran 39. Surat Rekomendasi Penelitian Kesbangpolinmas Yoyakarta 263 Lampiran 40. Surat Rekomendasi Penelitian DPMPTSP Semarang ... 264
(18)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Bahasa Indonesia di dalam pendidikan dikemas dalam sebuah bidang studi atau mata pelajaran yang hendaknya dikuasasi oleh siswa. Diharapkan, dengan mempelajari bahasa Indonesia, siswa dapat menguasai, memahami, serta mengimplementasikan kemampuan berbahasa, yaitu: membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.
Membaca merupakan salah satu aspek pokok pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan. Membaca mempunyai peranan dalam melahirkan generasi penerus bangsa yang cerdas, kreatif, dan kritis. Melalui membaca seseorang mendapat pengetahuan dan informasi dari berbagai penjuru dunia. Membaca merupakan hal yang penting bagi pengembangan pengetahuan karena presentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca (Iskandarwassid, 2004: 245). Membaca menjadi sebuah kebutuhan dalam berkomunikasi yang dilakukan oleh seseorang, terutama siswa sekolah dasar agar dapat mengembangkan dan memperoleh informasi serta ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan.
Pembelajaran membaca merupakan salah satu materi yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Membaca adalah
(19)
keterampilan dasar bagi siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan cara mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Membaca merupakan suatu kegiatan melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis (Poerwadarminta, 1984: 71). Tulisan menjadi aspek penting dalam membaca karena tanpa tulisan seseorang tidak dapat dikatakan sedang membaca. Tulisan tersebut dapat berupa kata yang terdiri dari beberapa huruf, kalimat yang terdiri dari beberapa kata. Dengan demikian, pembelajaran membaca yang diberikan kepada siswa harus memperhatikan teks yang akan diberikan.
Kegiatan membaca selalu ada dalam setiap tema pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan pentingnya penguasaan keterampilan membaca, karena keterampilan membaca merupakan salah satu standar kemampuan bahasa dan sastra Indonesia yang harus dicapai dalam setiap jenjang pendidikan, termasuk di jenjang sekolah dasar. Keterampilan membaca menjadi dasar yang utama bagi pembelajaran bahasa serta pembelajaran mata pelajaran yang lain. Dalam hal ini membaca pemahaman merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar terutama pada kelas lanjut. Melalui kegiatan ini siswa dapat memperoleh berbagai informasi secara aktif reseptif. Maksudnya, dengan memiliki keterampilan membaca pemahaman yang tinggi, siswa dapat memperoleh berbagai informasi dalam waktu yang relatif singkat.
Membaca pemahaman merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan dan informasi. Melalui beragam tema bacaan yang dibaca siswa, maka semakin terbuka kesempatan memperoleh
(20)
wawasan pengetahuan dan pengalaman. Upaya memperkaya kata tema-tema dan topik-topik baru melalui membaca pemahaman perlu dilakukan secara terus menerus yang disesuaikan dengan usia tingkat perkembangan dan pengalaman siswa, penggunaannya disesuaikan pula dengan perkembangan dan tingkat kesulitan.
Keterampilan membaca pemahaman merupakan bekal dan kunci keberhasilan seseorang siswa dalam menjalani proses pendidikan. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa melalui aktivitas membaca, dalam hal ini membaca pemahaman (Burhan, 2001: 247). Ilmu yang diperoleh siswa tidak hanya didapat dari proses belajar mengajar di sekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca dalam kehidupan siswa sehari-hari. Oleh karena itu, kemauan membaca dan kemampuan memahami bacaan menjadi prasyarat penting bagi penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan para siswa.
Keterampilan membaca pemahaman pada siswa dapat dicapai dengan latihan dan bimbingan yang intensif, dalam hal ini peran guru diperlukan. Guru adalah pendidik yang membelajarkan siswa dalam pembelajaran, maka guru perlu melakukan seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (1999: 238) bahwa guru harus mampu mengorganisasi pembelajaran, menyajikan bahan belajar dengan pendekatan pembelajaran tertentu, dan melakukan evaluasi dari hasil belajar siswa. Strategi maupun pendekatan pembelajaran yang dipilih dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
(21)
Tujuan keterampilan membaca pemahaman tentulah mengharapkan siswa sekolah dasar memiliki kemampuan membaca yang baik dan benar sesuai kaidah membaca dan memahami isi bacaan, tetapi kenyataan yang ada belum semua siswa dapat mencapai tujuan tersebut. Banyak siswa yang dapat membaca secara lancar suatu bahan bacaan tetapi tidak memahami isi bahan bacaan tersebut.
Data Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) yang meneliti siswa kelas IV SD menunjukkan bahwa prestasi membaca siswa Indonesia sangat rendah. Keterampilan membaca siswa Indonesia pada urutan ke 45 dari 49 negara yang diteliti. Skor Indonesia (405), atau berada di bawah skor rata-rata siswa Internasional sebesar 500, dengan standar deviasi 100. Penentuan sampel dilakukan berdasarkan tiga strata, yaitu jenis sekolah (SD/MI), status sekolah (negeri/swasta), dan lokasi sekolah (desa/kota). Tercatat sampel yang terpilih 4.950 siswa dari 170 SD/MI negeri dan swasta, serta berlokasi di desa dan kota.
Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas tinggi dalam membaca pemahaman masih rendah. Rendahnya keterampilan siswa dalam membaca pemahaman disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, model dan metode pembelajaran yang diterapkan guru masih konvensional, kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca, rendahnya minat baca siswa, media pembelajaran yang kurang memadai, dll. Pada pembelajaran membaca pemahaman, biasanya siswa disajikan media pembelajaran berupa teks bacaan kemudian masing-masing diminta membaca dalam hati dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isi
(22)
tanpa adanya bimbingan dari guru, sehingga siswa kurang termotivasi ketika diminta membaca sendiri, tidak bersungguh-sungguh dan hanya membaca sekilas saja. Akibatnya siswa kurang memahami isi bacaan tersebut.
Hasil pengamatan dan wawancara dengan guru Kelas IV SDN Bener 1 pada tanggal 14 Oktober 2016 dan 23 November 2016, siswa kurang memahami suatu bacaan yang disajikan guru serta minat membaca sangat kurang. Saat pembelajaran bahasa Indonesia terutama kegiatan membaca pemahaman masih kurang berjalan maksimal. Saat mengikuti pembelajaran siswa terlihat kurang bersemangat, hal ini dikarenakan guru menggunakan metode pembelajaran yang beragam dalam mengajarkan pembelajaran membaca pemahaman namun media pembelajaran yang digunakan kurang memadai. Guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia hanya memberikan media teks bacaan kepada siswa, kemudian siswa diminta menjawab pertanyaan dari teks bacaan tersebut. Sehingga keterampilan membaca pemahaman siswa masih kurang bahkan bisa dikatakan masih memprihatinkan.
Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran membaca pemahaman, hanya 25% dari jumlah siswa yang mampu menjawab pertanyaan bacaan dengan tepat, 20% yang mampu meringkas bacaan dengan tepat, 29% yang mampu menceritakan kembali isi bacaan dengan kalimatnya sendiri, dan hanya 26% yang mampu menyimpulkan isi bacaan. Pada hasil pretest yang diberikan kepada siswa kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen ternyata nilai rata-rata hasil evaluasinya baru mencapai 53,82. Sedangkan data dari Kemendikbud nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diharapkan dalam pembelajaran
(23)
bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Bener 1 masih rendah dan dikategorikan low level dalam memahami bacaan karena hasilnya dibawah rata-rata skor masksimal. Selain itu juga tampak partisipasi siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kondisi seperti ini menyebabkan pembelajaran yang berlangsung kurang maksimal dan akan menyebabkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan kurang optimal. Media pembelajaran yang menunjang keterampilan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Indonesia pun di kelas tersebut kurang, hanya tersedia teks bacaan.
Selain strategi dan pendekatan pembelajaran yang diberikan dari guru kelas kepada murid untuk melatih keterampilan membaca pemahaman, perlu adanya media pembelajaran yang efektif dalam membantu menumbuhkan minat dan kemauan siswa dalam membaca pemahaman dengan terampil. Media pembelajaran yang efektif merupakan media yang dapat membuat siswa mampu mengambil intisari makna suatu pengetahuan melalui kegiatan membaca.
Media pembelajaran berfungsi untuk mendukung pembelajaran siswa agar lebih mudah dan teratur, karena dapat memadukan antara kecerdasan afektif, kognitif, dan psikomotorik siswa. Sehingga dengan adanya media pembelajaran dapat membantu siswa untuk mempermudah penyampaian ilmu pengetahuan yang disampaikan guru kepada siswa, sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar. Media pembelajaran dapat membantu siswa untuk meminimalisir kesalahan persepsi terhadap materi ajar yang disampaikan guru . Menurut teori Piaget,
(24)
pemikiran operasional konkret (concrete operational thought). Hal itu dapat menjadi dasar penggunaan media pembelajaran yang inovatif dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada pembelajaran bahasa Indonesia.
Menurut survey dari Murti Bunanta yang merupakan ketua dari Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA) Indonesia, pada tahun 2012 90% siswa sekolah dasar kelas tinggi lebih menyukai sebuah gambar penuh warna daripada tulisan yang penuh di dalam buku . Dari membaca dan mengamati gambar anak dapat memahami dan menyimpulkan sebuah alur jalan cerita pada gambar.
Media komik dalam proses belajar mengajar menciptakan minat para peserta didik, mengefektifkan proses belajar mengajar, dapat meningkatkan minat belajar dan menimbulkan minat apresiasinya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa penggunaan media komik membangkitkan keterampilan membaca pemahaman pada pembelajaran bahasa Indonesia (Sudjana dan Rivai, 2009: 6).
Komik sebagai media pembelajaran mempunyai efektivitas yang tinggi karena mampu menghadirkan gambar visual dan teks cerita yang menarik sehingga menumbuhkan minat membaca siswa. Maka, peneliti mengembangkan media pembelajaran bahasa Indonesia yang dikemas dalam bentuk komik. Diharapkan, dengan adanya media ini siswa akan lebih tertarik dan antusias membaca serta mampu meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia.
Melihat permasalahan yang ada di lapangan, peneliti melihat perlu dikembangkannya media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
(25)
membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia, karena media yang disajikan hanya tersedia teks bacaan. Sementara siswa kurang tertarik dengan membaca karena sulit untuk dipahami. Solusi yang peneliti tawarkan yaitu mengembangkan media komik dalam pembelajaran. Kelebihan komik antara lain 1) memotivasi siswa selama proses belajar mengajar; 2) meningkatkan kualitas pembelajaran; 3) bersifat permanen; 4) membangkitkan minat membaca dan mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya mereka yang tidak suka membaca; 5) bagian dari budaya popular (Wurianto, 2009: 15). Melalui media komik menjadi alternatif meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa dengan tampilan yang lebih menarik dan mengaktifkan sikap belajar membaca dan kemandirian siswa. Penggunaan komik dapat mengatasi perbedaan kemampuan penguasaan keterampilan membaca pemahaman pada siswa, sehingga peneliti
berinisiatif untuk melakukan penelitian “ Pengembangan Media Komik untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman pada Mata Pelajaran Pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan di kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen dalam proses kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:
1. Terbatasnya media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
(26)
3. Nilai keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen yang masih dibawah skor rata-rata minimal.
4. Adanya anggapan bahwa materi bahasa Indonesia khususnya membaca bersifat membosankan, kurang penting, dan hanya sebagai pelajaran pelengkap kurikulum.
5. Belum dikembangkannya media komik untuk meningkatkan keterampilan
membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian dibatasi pada menghasilkan media komik untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dipaparkan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Media komik seperti apa yang layak untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen?
2. Bagaimana keefektifan penggunaan media komik untuk meningkatkan
(27)
kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen berdasarkan data hasil uji coba?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan di atas, maka dalam penelitian ini bertujuan.
1. Menghasilkan media komik yang layak untuk meningkatkan keterampilan
membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen
2. Mengetahui keefektifan penggunaan media komik untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen berdasarkan data hasil uji coba.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah: 1. Manfaat teoritik
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap teori pembelajaran yang melandasi penelitian ini. Selain itu, dapat menambah pengetahuan tentang pengembangan media komik sebagai inovasi media pembelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri Bener 1 Ngrampal Sragen. Serta memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususya strategi
(28)
penyampaian pembelajaran membaca pemahaman materi cerita anak melalui media pembelajaran khususnya media komik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Memudahkan siswa dalam memahami teks bacaan karena media pembelajaran
yang berbasis visual ilustrasi kartun.
2) Mendapatkan pengalaman menarik dalam belajar Bahasa Indonesia, khususya pada peningkatan keterampilan membaca pemahaman.
b. Bagi Guru
1) Sebagai media pembelajaran guru dalam mengajar Bahasa Indonesia pada keterampilan membaca pemahaman.
2) Merangsang kreativitas guru untuk mengembangkan media pembelajaran.
G. Asumsi Pengembangan
1. Media komik yang disusun merupakan sumber bacaan alternatif yang mampu menjadi media pembelajaran mandiri siswa kelas IV SD untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman.
2. Validator memiliki pandangan yang sama mengenai kriteria kualitas/kelayakan media komik yang baik. Validator dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang ahli materi dan 1 orang ahli media.
(29)
H. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Spesifikasi produk media yang dikembangkan oleh peneliti dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Media berbentuk buku komik cetak.
2. Komik berukuran kertas A4.
3. Kertas yang digunakan untuk sampul adalah kertas ivory 210 gram dan kertas untuk isi buku adalah kertas HVS 80 gram.
4. Judul komik adalah “Komik Pembelajaran: Aku Anak Baik”.
5. Komik terdiri dari 46 halaman, yaitu terdiri dari halaman sampul depan, daftar isi, petunjuk penggunaan komik, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, tokoh-tokoh komik, sampul judul cerita pertama, cerita pertama, pesan moral cerita pertama, soal postest pertama, sampul judul cerita kedua, cerita kedua, pesan moral cerita kedua, soal postest kedua, sampul judul cerita ketiga, cerita ketiga, pesan moral cerita ketiga, soal postest ketiga, sampul judul cerita keempat, cerita keempat, pesan moral cerita keempat, soal postest keempat, sampul judul cerita kelima, cerita kelima, pesan moral cerita kelima, soal postest kelima, profil pengembang, dan sampul belakang komik.
6. Media ini memuat komponen pembelajaran seperti SK, KD, indikator materi, tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan komik, isi cerita, yang divisualisasikan dalam bentuk gambar kartun komik dan soal evaluasi berdasarkan teori Taksonomi Burret.
(30)
7. Ilustrasi komik menggunakan gambar kartun yang menambah daya tarik siswa untuk memahami bacaan.
8. Setiap halaman terdiri dari 6-7 panel komik.
9. Warna yang digunakan pada komik disesuaikan dengan warna-warna cerah
yang menambah daya tarik siswa, yaitu warna merah, kuning, biru, hijau, merah muda, jingga, dan cream.
10. Jenis dan ukuran (size) Font yang digunakan dalam halaman sampul depan komik adalah One Stroke Script size 28 , Hobo std size 24 dan One Stroke Script size 80. Daftar isi menggunakan font One Stroke Script size 28. Petunjuk penggunaan komik, muatan pembelajaran dan karakter tokoh menggunakan font Comic Sans Ms size 16. Isi cerita komik menggunakan font Comic Sans Ms size 12. Profil pengembang menggunakan font
Leelawadee UI Semilight size 16. Pada sampul belakang komik
menggunakan font Tekton Pro Cond size 32, One Stroke Script size 60, Comic Sans Ms size 14.
11. Penggunaan bahasa dalam komik dipilih kosakata sederhana dalam kalimat-kalimat pendek dalam dialog tokoh maupun teks narasi.
12. Pemilihan tema cerita pada komik sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar dan mengandung unsur pendidikan karakter agar memberikan kesan yang lebih menarik bagi siswa.
(31)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan salah satu bentuk penerapan kurikulum yang berlaku di SD. Dalam kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dari kelas I sampai kelas IV SD. Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan serta dalam standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan prinsip humanisme, progresivisme, dan rekontruksivisme (Resmini, 2009: 29).
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan upaya membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan, dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, serta mengemukakan kemampuan analitis dan imaginatif dalam dirinya.
(32)
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD agar siswa memiliki kemampuan (Resmini, 2009: 28).
a. Siswa mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
b. Siswa mampu menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
c. Siswa mampu memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan
tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
d. Siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.
e. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
memperluas wawasan, memperluas budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Depdiknas, 2006: 18).
a. Mendengarkan, seperti mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman,
(33)
laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan nara sumber, dialog atau percakapan, pengumuman serta perintah yang di dengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak.
b. Berbicara, seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh-kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata petunjuk, dan laporan, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menuliskan hasil sastra berupa dongeng cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.
c. Membaca, seperti membaca huruf, suku kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensklopedi, serta mengapresiasi dan berekspresi, sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.
d. Menulis, seperti menulis karangan naratif, dan normatif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca, dan kosa kata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi.
(34)
Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia di atas, maka pembelajaran bahasa Indonesia mengarah kepada peningkatan kemampuan berkomunikasi, karena keempat kemampuan berbahasa tersebut saling berkaitan dan memiliki peranan penting dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Media yang dibuat mengarah kepada kemampuan berbahasa membaca, yang berfokus kepada peningkatan keterampilan membaca pemahaman pada materi cerita anak pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV.
B. Kajian tentang Keterampilan Membaca Pemahaman 1. Pengertian Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami). Pada membaca pemahaman, pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan (Dalman, 2013: 87).
Membaca pemahaman merupakan suatu proses merekonstruksikan pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca yang mana proses merekonstruksi pesan itu berlapis, interaktif, dan terjadi proses-proses pembentukkan dan pengujian hipotesis. Artinya pada saat membaca seseorang melakukan proses penggalian pesan dari teks. Kemudian dengan berinteraksi dengan makna yang terdapat di dalam teks tersebut, pembaca membuat dan menguji hipotesis. Hasil dari pengujian hipotesis tersebut dapat dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan mengenai pesan yang disampaikan oleh penulis (Goodman, et al dalam Slamet, 2003: 78).
(35)
Membaca merupakan salah satu keterampilan dari empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Tarigan, 1990: 1). Keterampilan membaca pemahaman merupakan seperangkat keterampilan pemerolehan pengetahuan yang digeneralisasikan, yang memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh sebagai hasil membaca bahasa tertulis (dalam Zuchdi, 2007: 22).
Membaca pemahaman atau komprehensi ialah kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail penting, dan seluruh pengertian. Pemahaman ini berkaitan erat dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya (Suyoto, 2014: 1).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman pada hakikatnya adalah suatu kegiatan untuk memperoleh informasi bacaan yang baik yang tersirat maupun tersurat dalam bentuk pemahaman dan kemampuan seseorang dalam mengkonstruksi pesan yang terdapat pada teks yang dibaca agar mengerti ide pokok, detail penting, dan seluruh pengertian serta mengingat bahan yang dibacanya.
2. Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman
Ada beberapa prinsip membaca untuk mencapai tujuan dari membaca. prinsip-prinsip yang paling mempengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan berikut ini.
(36)
b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemhaman.
c. Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa.
d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.
e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada
berbagai tingkat kelas.
g. Perkembangan kosakota dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman
membaca.
h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. i. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan .
j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca
pemahaman.” (McLaughin & Allen dalam Rahim, 2008: 3).
Berdasarkan prinsip membaca pemahaman di atas maka peranan guru, sangatlah besar dalam mencapai kesuksesan pembelajaran. Khususnya, pada siswa sekolah dasar sehingga siswa sekolah dasar sehingga siswa dapat memahami wacana atau bacaannya dengan lebih bermakna.
3. Faktor-Faktor Keterampilan Membaca Pemahaman
Pembaca dapat menguasai bacaan dengan baik apabila mereka menguasai segi-segi kemampuan yang diperlukan dalam membaca. Ada dua faktor yang mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri dan faktor yang berasal dari luar pembaca. Faktor-faktor yang berada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasan), minat (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap bacaan yang dihadapinya), motivasi (seberapa besar kepedulian pembaca terhadap tugas membaca atau perasaan umum mengenai membaca dan sekolah), dan kumpulan kemampuan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca) (Pearson dan Johnson dalam Zuchdi, 2000: 23).
(37)
Faktor-faktor di luar pembaca dibedakan menjadi dua kategori unsur-unsur bacaan dan lingkungan membaca. Unsur-unsur pada bacaan atau ciri-ciri tekstual meliputi kebahasan teks (kesulitan bahan bacaan), dan organisasi teks (jenis pertolongan yang tersedia berupa bab dan subbab, susunan tulisan, dsb). Kualitas lingkungan membaca meliputi faktor-faktor: persiapan guru sebelum, pada saat, atau suasana umum penyelesaian tugas (hambatan, dorongan, dsb). Semua faktor ini tidak saling terpisah, tetapi saling berhubungan.
Berdasarkan penjelasan tersebut tampak jelas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang pada hakikatnya tidaklah tunggal. Semua faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Keterampilan membaca pemahaman seseorang berhasil dengan baik apabila mereka menguasai faktor-faktor yang diperlukan dalam kegiatan membaca pemahaman.
4. Tes Keterampilan Membaca Pemahaman
Dasar penyusunan tes membaca pemahaman dalam penelitian ini berdasarkan pada taksonomi Burret. Taksonomi Burret merupakan taksonomi yangn khusus diciptakan untuk tes keterampilan membaca pemahaman (Robinson, 1989: 19). Tingkat pemahaman bacaan berdasarkan taksonomi Burret adalah sebagai berikut.
a. Pemahaman Harfiah
Pemahaman harfiah memberikan tekanan pada pokok-pokok pikiran dan informasi yang secara gamblang diungkapkan dalam wacana. Tujuan membaca
(38)
dan pertanyaan yang dirancang untuk memancing jawaban. Mulai dari pertanyaan yang sederhana sampai pertanyaan yang pelik.
b. Mereorganisasi
Menghendaki siswa menganalisis, mensintesis, dan mengorganisasikan pikiran atau informasi yang dikemukakan secara eksplisit didalam wacana. Pada tingkat ini dapat dilakukan dengan memparafrasekan atau menterjemahkan ucapan-ucapan penulis.
c. Pemahaman Inferensial
Pemahaman inferensial yang ditunjukkan oleh siswa apabila ia menggunakan hasil pemikiran atau informasi secara gamblang dikemukakan dalam wacana, intuisi, dan pengalaman pribadinya. Pemahaman inferensial tersebut, pada umumnya dirancang oleh tujuan membaca dan pertanyaan-pertnyaan yang menghendaki pemikiran dan imajinasi siswa. Tugas-tugas dalam pemahaman inferensial adalah menarik detail penguat, menyimpulkan pikiran utama, menarik kesimpulan tentang urutan, menyimpulkan perbandingan, menyimpulkan sebab akibat, menarik kesimpulan tentang watak, menerka kelanjutan, dan menafsirkan bahasa kias.
d. Evaluasi
Tujuan membaca dan pertanyaan guru dalam hal ini adalah meminta respon siswa yang menunjukkan bahwa ia telah mengadakan tinjauan evaluasi dengan membandingkan buah pikiran yang disajikan di dalam wacana dengan kriteria luar yang berasal dari pengalaman dan pengetahuan siswa, atau nilai-nilai dari siswa.
(39)
e. Apresiasi
Apresiasi melibatkan seluruh dimensi kognitif yang telah disebutkan sebelumnya, karena apresiasi berhubungan dengan dampak psikologis dan estetis terhadap pembaca. Apresiasi menghendaki supaya pembaca secara emosional dan estetis peka terhadap suatu karya dan memintanya bereaksi terhadap nilai dan kekayaan unsur-unsur psikologis dan artistik yang ada dalam karya itu. Apresiasi ini mencakup pengetahuan tentang respon emosional terhadap teknik-teknik, bentuk-bentuk, gaya serta struktur sastra.
Pemilihan tes membaca pemahaman menggunakan Taksnomi Burret. Takonomi ini untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman siswa, karena dalam teori ini mengelompokkan tingkatan pemahaman mulai dari pemahaman sederhana hingga pemahaman yang sulit. Jenjang pemahaman yg bertahap, memudahkan peneliti untuk menyusun media dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
C. Kajian tentang Karakteristik Siswa SD Kelas Tinggi (4,5, dan 6)
Masa usia sekolah dasar berlangsung pada usia 6-7 tahun sampai dengan usia 11-12 tahun. Pada masa-masa ini apabila anak tidak bermain bersama kelompoknya, maka biasanya mereka melakukan aktivitas individu seperti mendengarkan radio, menonton televisi, atau membaca (Hurlocck dalam Elis 2012: 36). Dalam hal membaca, anak usia kelas tinggi lebih menyukai buku atau majalah anak-anak yang menekankan pada kisah-kisah petualangan atau buku-buku bergambar seperti komik yang bersegmentasi sesuai kehidupan anak sehari-hari.
(40)
Terlepas dari tingkat kecerdasan, hampir semua anak menyenangi buku komik, karena komik memiliki daya tarik yaitu menyenangkan, menggairahkan, mudah dibaca, dan merangsang imajinasi anak (Husdarta dan Kusmaedi, 2010: 86).
Jenis gambar yang paling digemari anak adalah jenis gambar kartun. Hal ini terlihat dari kebiasaan-kebiasaan anak menggambar kartun tentang guru, teman sekelas, atau tokoh-tokoh dalam cerita saat jam istirahat sekolah atau saat anak merasa bosan (Hurlock dalam Elis, 2012: 38). Pada segi pewarnaan, anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) masih cenderung menyukai berbagai jenis warna cerah. Akan tetapi di usia 12 tahun anak hanya menyukai beberapa warna saja. Oleh karena itu, kontras warna yang akan dipilih sedikit sederhana (Arjuna, 2011: 40).
Berdasarkan karakteristik siswa kelas tinggi yang telah dijelaskan diatas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa keberadaan media pembelajaran merupakan suatu hal yang penting dalam pembelajaran. Media pembelajaran dapat membantu proses berpikir siswa sehingga akan lebih mudah untuk mengolah dan menyimpan informasi yang didapatkan oleh siswa. Media pembelajaran komik diharapkan akan dapat membantu proses meningkatkan keterampilan membaca pemahaman serta membuat pembelajaran bahasa Indonesia menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa.
D. Kajian tentang Media Pembelajaran 1. Hakikat Media Pembelajaran
Pembelajaran secara umum merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh
(41)
kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan (Briggs dalam Kodir 2010). Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi karena dalam proses pendidikan terdapat komunikator, komunikan, dan pesan (Munadi, 2013: 2). Dalam proses komunikasi tersebut terjadi tukar-menukar informasi berupa pengetahuan, skill, pesan, ide, keahlian, maupun gagasan antar guru dan siswa. Maka pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi antara guru dan siswa dengan materi pembelajaran sebagai pesan yang hendak disampaikan guna mencapai tujuan pendidikan.
Untuk menyampaikan pesan tersebut agar mencapai tujuan pendidikan secara optimal adalah harus dapat diterima oleh siswa. Namun, dalam pembelajarannya siswa terkadang kesulitan dalam menerima pesan yang disampaikan oleh guru. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menggunakan perantara yaitu penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar. Kedudukan media dalam pembelajaran sebagai perantara agar pesan dalam pembelajaran dapat tersampaikan kepada siswa secara efektif dan efisien. Dengan optimalisasi penggunaan media, pembelajaran dapat berlangsung dan mencapai hasil optimal (Musfiqon, 2012: 36).
Banyak definisi dari beberapa ahli tentang media pembelajaran. Media is understood broadly human, material, or events that establish the conditions that enable the child to acquire the knowledge, skills, or attitudes. In this sense teachers, textbooks, and school environment is the media (Gerlach dan Ely, 1971: 60). Media dalam proses belajar mengajar dapat membangun kritikan keinginan dan minat
(42)
pengaruh-pengaruh psikologi siswa (Hamalik, 1994: 15). Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman dkk, 2008: 7). Pembelajaran pada proses pelaksanaannya merupakan kegiatan saling bertukar informasi pesan berupa materi ajar antara guru dan siswa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sarana yang digunakan sebagai perantara penyalur informasi pesan berupa materi ajar antara guru dan siswa, yang diharapkan dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan.
Penentu keberhasilan proses pendidikan bergantung pada komponen-komponen di dalamnya. Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Media merupakan salah satu komponen keberhasilan proses pendidikan.
Antara kurikulum, siswa, guru, materi pelajaran, metode, media, sumber belajar, dan evaluasi menjadi rangkaian mutual yang saling mempengaruhi sesuai kedudukan masing-masing dalam pembelajaran. Pembelajaran yang optimal harus didukung masing-masing komponen dalam pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila antara komponen pembelajaran tersebut terdapat link and match yang baik. Kedudukan antar komponen dalam pembelajaran ditunjukkan dalam bagan berikut.
(43)
Gambar 1. Kedudukan Komponen-Komponen Pembelajaran (Slameto, 2010: 50)
2. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki banyak fungsi dan manfaat bagi kelancaran proses pembelajaran. Media pembelajaran memiliki empat fungsi, diantaranya fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris (Levie dan Lentz dalam Arsyad, 2011: 16).
Fungsi atensi, yaitu menarik perhatian dan mengarahkan perhatian siswa agar berkonsentrasi terhadap pelajaran yang disampaikan melalui media visual yang ditampilkan. Siswa kadang tidak tertarik pada mata pelajaran yang tidak disukai. Media pembelajaran akan menarik perhatian sehingga siswa akan mengarahkan perhatian pada pembelajaran yang dilaksanakan.
Fungsi afektif terlihat ketika siswa menggunakan media dalam Guru
Siswa
Komponen-Komponen
Pembelajaran Media
Materi Kurikulum
(44)
fabel, komik, atau cerita rakyat. Dengan adanya penggambaran dalam bentuk visual, maka emosi siswa akan lebih tergugah.
Fungsi kognitif, media pembelajaran yang digunakan akan memperlancar siswa dalam memahami materi. Ingatan siswa terhadap informasi yang disampaikan juga akan bertahan lebih lama.
Fungsi kompensatoris adalah membantu siswa yang memiliki kekurangan dalam memahami pelajaran yang disampaikan secara teks atau verbal. Sehingga perbedaan gaya belajar setiap individu akan terakomodasi.
Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut.
a. “Memperjelas penyampaian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis atau hanya berupa kata-kata yang ditulis kedalam teks atau disampaikan secara lisan saja.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan kemampuan indra. Misalnya untuk menyampaikan materi tentang sejarah kemerdekaan yang telah terjadi pada masa lalu sehingga tidak mungkin untuk ditunjukkan pada saat pembelajaran kecuali dengan menggunakan media.
c. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat meningkatkan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
d. Perbedaan pada setiap individu siswa, baik berupa pengalaman, latar belakang, dan lingkungan yang berbeda sedangkan kurikulum yang digunakan sama, tentu akan menyulitkan guru. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, yaitu dengan kemampuan media untuk memberikan perangsang yang sama, menyamakan pengalaman, dan menyamakan persepsi” (Sadiman dkk, 2008: 17).
Selain fungsi yang telah diuraikan di atas, media pembelajaran juga memiliki beberapa fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut.
(45)
pembelajaran. Misalnya untuk menjelaskan tentang atmosfer dan tatasurya dapat menggunakan media gambar atau media visual lainnya.
b. Memperlihatkan objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat di lingkungan belajar siswa. Misalnya menjelaskan tentang binatang buas maka guru tidak bisa menghadirkan objek secara langsung ke hadapan siswa, namun guru dapat menggantikannya dengan media pembelajaran, yaitu video atau gambar.
c. Menampilkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya untuk menjelaskan tentang candi, gunung berapi, virus, dan benda yang mungkin terlalu besar atau terlalu kecil untuk diperlihatkan dan didatangkan ke hadapan siswa secara langsung.
d. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Misalnya untuk melihat mekarnya bunga yang tidak mungkin untuk diamati secara langsung karena berjalan sangat lambat. Dalam kasus ini dapat diatasi dengan menggunakan fasilitas video yang dipercepat pemutarannya (Susilana dan Riana, 2008: 10).
3. Klasifikasi Media Pembelajaran
Media dalam pembelajaran dalam empat kelompok besar berdasarkan keterlibatan indera, yaitu:
a. Media Audio, adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata. Pesan yang diterima dari media audio berupa pesan verbal, yakni bahasa lisan atau
(46)
kata-kata dan pesan nonverbal seperti bunyi-bunyian, vokalisasi, gerutuan, gumam, musik, dll. Yang termasuk jenis media audio adalah program radio dan program media rekam.
b. Media Visual, adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Termasuk dalam media ini adalah media cetak verbal, media cetak grafis, dan media visual non cetak.
c. Media Audio-visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan dan pendengaran sekaligus dalam satu proses. Sifat pesan yang disalurkan dapat berupa pesan verbal dan non-verbal yang terlihat (dalam bentuk visual) maupun terdengar (dalam bentuk audio). Contoh media ini diantaranya film, film dokumenter, drama, dll.
d. Multimedia, melibatkan berbagai indera dalam sebuah proses
pembelajaran. Termasuk dalam media ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung, bisa melalui komputer dan internet, bisa juga melalui pengalaman berbuat dan terlibat. Termasuk dalam pengalaman berbuat adalah lingkungan nyata dan karyawisata, sedangkan termasuk dalam pengalaman terlibat adalah permainan dan simulasi, bermain peran dan forum teater (Munadi, 2013: 54).
(47)
4. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat penggunaan media pembelajaran dalam kelas adalah sebagai berikut.
a. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku yang berarti pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.
b. Pembelajaran bisa lebih menarik karena kejelasan dan keruntutan pesan,
image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat
menimbulkan keingintahuan, menyebabkan siswa berpikir dan dapat tertawa.
c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
d. Mempersingkat waktu pembelajaran.
e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan jika integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik.
f. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan individu. g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses
belajar dapat ditingkatkan.
h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pembelajaran dapat dikurangi
(48)
bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat siswa (Kemp & Dayton dalam Arsyad, 2011: 21).
Media pembelajaran memiliki banyak manfaat. Namun faktanya, di sekolah masih terdapat proses pembelajaran yang dilakukan tanpa menggunakan media. Hal tersebut memberikan pemikiran baru bagi peneliti untuk mengembangkan media pembelajaran yang efektif sehingga dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas IV.
E. Kajian Mengenai Komik 1. Pengertian Komik
Komik adalah urutan-urutan gambar yang ditata sesuai tujuan & filosofi pembuatnya hingga pesan cerita tersampaikan, komik cenderung diberi lettering yang diperlukan sesuai kebutuhan (Boneff, 1998: 7).
Dalam pengertian lain, komik sebagai gambar yang berjajar dalam urutan yang disengaja, dimaksudkan untuk menyampaikan informasi dan atau menghasilkan respons estetik dari pembaca (McCloud, 2001: 7).
Komik adalah urutan-urutan gambar yang ditata sesuai tujuan dan filosofi pembuatannya hingga pesan cerita tersampaikan, komik cenderung diberi lettering yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan (Gumelar, 2004: 6).
Komik sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan
(49)
dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Komik terdiri atas berbagai situasi cerita bersambung (Sudjana dan Rivai, 2009: 64).
Dengan demikian komik dapat dijelaskan sebagai pesan atau cerita yang disajikan secara visual dalam bentuk gambar berurutan dalam bingkai-bingkai panel dengan dilengkapi teks narasi atau dialog dalam balon-balon kata. Tujuan utama komik adalah untuk menghibur pembaca dengan bacaan ringan serta memudahkan peserta didik dalam memahami suatu bacaan.
2. Macam-Macam Komik
Komik sebagai media masa hadir dengan berbagai jenis dan materi sesuai dengan kebutuhan khalayak atau konsumen. Komik dibedakan dalam 2 kategori berdasarkan bentuknya yaitu komik bersambung (comic-strips), dan buku komik atau comic-books (Bonneff, 1998: 9). Namun dalam perkembangan selanjutnya ada pula novel grafis, komik kompilasi yang menggabungkan beberapa cerita yang berlainan dalam satu buku dan juga muncul pula web comic atau komik online.
a. Komik Berdasarkan Bentuknya
1) Komik Strip (comic strip)
Komik ini merujuk pada komik yang terdiri dari beberapa panel saja dan biasanya muncul di surat kabar dan majalah. Komik jenis ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu komik strip bersambung dan kartun komik.
(50)
2) Buku Komik (comic book)
Comic Book atau buku komik adalah komik yang disajikan dalam bentuk
buku yang tidak merupakan bagian dari media cetak lainnya. Kemasan komik buku ini lebih menyerupai majalah dan terbit secara rutin.
3) Novel Graphis (Grapich Novel)
Novel grafis memiliki tema-tema yang lebih serius dengan panjang cerita yang hampir sama dengan novel dan ditunjukan ntuk pembaca dewasa.
4) Komik Kompilasi
Komik komplikasi merupakan kumpulan dari bebrapa judul komik dan komikus yang berbeda-beda.
5) Komik Online
Sesuai dengan namanya, komik ini menggunakan media internet untuk publikasinya dan jangkauannya sangat luas tak terbatas.
Pengembangan media komik pada penelitian ini berbentuk buku komik cetak dengan ukuran A4 (210 mm x 297 mm) berisi 46 halaman dan 5 tema cerita. b. Komik Berdasarkan Jenis Ceritanya
Berdasarkan jenis ceritanya, komik dibedakan menjadi:
1) Komik Edukasi
Komik secara nyata memberikan andil yang cukup besar dalam ranah intelektual dan artistik seni. Keragaman gambar dan cerita yang ditawarkannya menjadikannya sebagai alat atau media untuk menyampaikan pesan yang beragam, salah satunya adalah pesan didaktis kepada masyarakat awam. Sehingga hal tersebut menunjukan bahwa komik memiliki dua fungsi sekaligus. Pertama adalah
(51)
fungsi hiburan dan kedua dapat dimanfaatkan baik langsung maupun tidak langsung untuk tujuan edukatif. Dengan demikian dapat digarisbawahi bahwa sebetulnya komik berpengaruh dalam memberi pemahaman yang cepat kepada para pembaca tentang suatu hal yang bermuatan edukasi. Bahasa gambar dan teks dalam komik ternyata mampu mentransfer pemahaman atau informasi dengan cepat terhadap suatu masalah dibanding hanya dengan tulisan saja.
2) Komik Promosi (Komik Iklan)
Komik juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk promosi, komik juga mampu menarik minat anak-anak sehingga munculah komik promosi sebuah produk.
3) Komik Wayang
Lakon pokok (karakter utama) komik wayang adalah hasil tradisi lama yang lahir dari sumber hindu, yang kemudian diolah dan diperkaya dengan unsur lokal, beberapa diantaranya berasal dari kesusastraan jawa kuno seperti Mahabarata dan Ramayana.
4) Komik Silat
Komik silat ini bnayak mengambil ilham dari seni beladiri dan juga legenda-legenda rakyat. Pada umumnya kisah dalam komik silat berceritakan petualangan para pendekar dalam membela kebenaran.
5) Komik Humor
Komik humor dalam penampilannya selalu menceritakan hal yang lucu dan membuat pembacanya tertawa.
(52)
6) Komik Roman Remaja
Pada bahasa Indonesia, kata roman berarti kisah cinta, dan kata remaja. Digunakan untuk menunjukan bahwa komik ini ditunjukan bagi kaum muda, dimana ceritanya tentu saja harus romantik.
Jenis komik yang akan dibuat pada penelitian pengembangan ini adalah komik edukasi, karena konten cerita komik disesuaikan dengan muatan pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi cerita anak kelas IV SD.
3. Unsur-Unsur dalam Komik
Komik memiliki unsur-unsur yang saling berkaitan sehingga terbentuk sebuah kesatuan yang utuh. Media berbasis visual seperti komik harus memiliki unsur-unsur yang harus dipertimbangkan yaitu bentuk, garis, ruang, tekstur, dan warna (Arsyad, 2013: 103).
Unsur-unsur dalam komik adalah bagian-bagian yang membentuk sebuah komik secara menyeluruh dalam suatu komposisi. Setiap unsur tidak dapat dipisahkan secara tersendiri . Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.
a. Ruang
Komik membutuhkan ruang seperti kertas, suang pada kanvas, ruang pada media digital atau media lainnya. Ruang tertentu diberikan pada panel di komik untuk memberikan kesan tertentu, misalnya untuk memberikan kesan luas pada pembaca.
(53)
b. Gambar
Gambar atau image adalah unsur penting dalam sebuah komik. Komik biasanya menggunakan gambar berupa goresan tangan. Gambar adalah unsur yang membentuk sebagian besar komik. Gambar tidak selalu dalam bentuk goresan tangan tetapi bisa dalam bentuk foto, ilustrasi, lukisan, logo, ikon, symbol, dan lainnya.
c. Teks
Teks adalah lambang atau simbol dari suara dan angka. Teks yang digunakan di setiap negara belum tentu sama tergantung pada teks yang digunakan di setiap negara. Misalnya di Jepang yang digunakan adalah teks Jepang, di Arab maka teks yang digunakan adalah teks Arab, sedangkan di Indonesia menggunakan teks Latin.
d. Titik
Titik tidak selalu berbentuk bulat bisa juga berbentuk kotak kecil, segitiga kecil, elips kecil, bintang kecil, dan bentuk bentuk lain yang berukuran kecil. e. Garis
Garis sebenarnya adalah kumpulan dari titik-titik yang saling tumpang tindih dan menyambung. Garis tidak selalu lurus tetapi bisa juga garis lengkung. Garis lurus biasa disebut dengan straight line, sedangkan garis lengkung disebut juga dengan curve line.
(54)
f. Shape
Shape adalah bentuk dalam dua dimensi ukuran, yaitu X dan Y atau panjang dan lebar. Ada banyak shape misalnya circle, ellipse, rectangle, star, octagon, splat, drips, ornament, zap dingbat, dan bentuk- bentuk shape lainnya.
g. Form
Form (wujud) merupakan bentuk dalam tiga dimensi ukuran, yaitu panjang, lebar dan tinggi. Terdapat banyak form, mulai dari bentuk beraturan hingga tidak beraturan.
h. Tone atau value
Tone adalah tekanan warna ke arah lebih gelap atau lebih terang. Tone sebenarnya adalah penambahan warna hitam dan penghilangan warna hitam. Tone yang perlahan-lahan terjadi pengurangan dari gelap ke terang disebut dengan nama gradasi. Gradasi, lighting dan shading dapat dilakukan dengan cara arsir.
i. Warna
Warna terbagi menjadi tiga kelompok besar. ketiga kelompok tersebut adalah sebagai berikut.
1) Light color (visible spectrum)
Warna cahaya terkadang disebut juga dengan addictivecolor dihasilkan tiga warna utama, yaitu merah, hijau, dan biru atau RGB. Dengan memainkan komposisi RGB dapat dihasilkan warna lain yang beragam.
(55)
2) Transparant color (warna cat transparan)
Warna cat transparan biasanya untuk cat cetak, warna ini dihasilkan dari empat warna utama yaitu cyan, magenta, yellow, dan black atau CMYK. Cat transparan ini selain digunakan untuk mencetak juga digunakan untuk marker atau spidol, sehingga spidol cocok untuk mewarnai komik secara tradisional.
3) Opaque color (warna tidak transparan)
Warna cat opaque adalah warna yang tidak transparan atau tidak tembus pandang jika digunakan di media tembus pandang. Warna ini terdiri dari lima warna utama, yaitu putih, kuning, merah, biru, dan hitam. Contoh cat opaque adalah cat minyak, dan cat air.
j. Pattern
Pattern atau pola digunakan dalam komik sebagai screentone. Screentone dapat dibuat secara digital, sehingga tidak perlu membeli screentone yang dijual di toko stationery.
k. Tekstur
Tekstur dalam komik cenderung pada kertasnya, ada kertas yang kasar dan ada yang halus tergantung pada kebutuhan. Tetapi ada juga tekstur yang memang hasil foto dari media yang memang bertesktur. Misalnya hasil foto tanah berpasir yang kasar. Walupun berbentuk dua dimensi, tetapi ilusi yang dihasilkan seolah-olah memang bertekstur.
(56)
l. Voice, sound, and audio
Dalam komik semua suara menjadi teks, namun digambarkan dengan teks yang berbeda-beda, sesuai dengan symbol yang biasa dan umum digunakan dalam dunia komik. Namun harus sesuai dengan pemaknaan setra tafsir yang sama sesuai dengan kebiasaan dan konsistensi. Voice merupakan hasil ucapan atau kata-kata yang keluar mulut satwa, manusia dan makhluk cerdas lainnya. Sound adalah hasil bunyi dari apapun dan tidak harus keluar dari mulut, baik manusia, satwa, serangga, gesekan tumbuhan, elektronik dan lainya. Audio adalah hasil suara yang keluar dari benda-benda elektronik, seperti komputer, televisi, dan lainnya.
m. Waktu
Waktu dalam komik diwujudkan dalam halaman. Halaman satu adalah halaman awal dari cerita dan berakhir pada halaman terakhir. Waktu dalam komik juga menyiratkan kapan terjadinya peristiwa tertentu dalam cerita komik tersebut (Gumelar, 2011: 26).
4. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Komik
Komik merupakan suatu bentuk karya seni yang memilik unsur dalam penciptaannya. Unsur-unsur yang terdapat dalam komik adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah komik adalah unsur-unsur yang secara langsung
(57)
turut serta membangun cerita. Unsur intrinsik dalam sebuah komik meliputi tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan lain-lain.
a. Tema
Tema adalah pokok pikiran atau persoalan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui jalinan sebuah cerita yang dibuatnya (Aminuddin, 2000: 88). Kata tema sering disamakan dengan pengertian topik, padahal kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema itu tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca. Tema pada komik terbagi menjadi 3 kelompok (Gumelar, 2011: 46), yaitu:
1) Fiction Story
Fiksi, imajinasi, dan fantasi, membuat cerita khayalan tidak selalu bercerita tentang hal masa depan atau tentang kecanggihan teknologi, tetapi cerita sehari-hari pun apabila dibuat berdasarkan imajinasi dan tidak berdasarkan kisah yang terjadi secara nyata, ini juga disebut kisah imajinasi.
2) Hybrid Story
Cerita kejadian asli, namun laporannya ditulis dalam bahasa sastra dan ada ceritanya sehingga berkesan kejadian sesungguhnya menjadi lebih indah. Contoh cerita model seperti ini di masa lalu disebut epic, dimana kejadian sejarah sesungguhnya yang terjadi diceritakan dalam bait-bait puisi.
(58)
3) Non Fiction Story/Report
Memfokuskan untuk edukasi, proposal, laporan, penelitian, tulisan non-fiksi lainnya, dan untuk berita (news).
Tema cerita komik dalam penelitian ini adalah cerita anak. Cerita ini merupakan cerita fiksi. Oleh karena itu, genre dari komik yang dikembangkan termasuk dalam kategori Fiction Story.
b. Alur
Alur atau plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir (Aminuddin, 2000: 89). Alur atau plot merupakan suatu rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan demikian alur itu merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Pada umumnya alur pada cerita prosa fiksi disusun berdasarkan urutan sebagai berikut:
1) Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokohnya.
2) Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian yang dialami sang tokoh.
3) Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin hebat. 4) Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul.
(59)
Menurut susunannya, alur terbagi dalam dua jenis yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, peristiwa kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita itu berakhir. Sedangkan alur mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir kemudian kembali ke peristiwa pertama (Aminuddin, 2000: 90).
c. Latar
Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000: 94). Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tempat, hubungan, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgyantoro, 1995: 216).
d. Penokohan
Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut (Aminuddin, 2000: 92). Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema, tokoh juga menepati posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Ada beberapa penokohan yang biasa diterapkan pada gambar yang dibuat (Gumelar, 2011: 71), yaitu:
1) Good Character (protagonsis)
(60)
munafik, dan lain-lain. Selain itu juga bersifat sederhana, berwibawa, disegani lawan bukan karena takut dengannya tetapi karena menghormatinya dan menyukai sifat tokoh utamanya yang peduli pada yang lain, tidak mudah marah dan sifat-sifat positif lainnya.
2) Bad Character (antagonis)
Sifat yang buruk (bad personality) merupakan karakter yang mempunyai sifat negative thinking, prasangka buruk, mudah menghakimi orang lain tanpa melihat masalah lebih lanjut, mudah mengasumsikan orang lain dengan pendapat pribadi. Karakter yang ignorant, tidak mau tahu dan tidak peduli.
3) Wise Character (netralis)
Sifat netral (naturalism personality) merupakan karakter yang memiliki sifat netral, tidak memihak, cenderung sebagai pengawas saja, melihat semuanya harus terjadi agar semuanya mendapatkan pelajaran dan memetik moral agar naik level kebijaksanaan ke level yang lebih tinggi.
Ketiga sifat karakter di atas ada dalam cerita komik yang dikembangkan. Namun yang lebih mendominasi adalah karakter protagonis. Karakter protagonis contohnya Alya, Adi, Ibu Robi, Ibu Adi, dan Pak Sigit. Karakter antagonis misalnya Robi. Sedangkan karakter netralis yaitu Ibu Guru, Pak Kepala Sekolah, dan Yayasan.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut (Aminuddin, 2000: 96). Dengan kata lain posisi pengarang menepatkan
(61)
dirinya dalam cerita tersebut, dari titik pandang ini pulalah pembaca mengikuti jalan ceritanya dan memahami temanya. Terdapat beberapa jenis sudut pandang, yaitu:
1) Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri.
2) Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Pengarang ikut
melibatkan diri dalam cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif. 3) Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita. Pengarang
menceritakan orang lain dalam segala hal.
Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organism karya sastra (Nurgiyantoro, 1995: 23). Unsur ekstrinsik merupakan unsur luar sastra yang mempengaruhi penciptaan karya sastra. Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi dan pengetahuan agama. Unsur ekstrinsik untuk setiap karya sastra sama (Nurgiyantoro, 1995: 23).
Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat dan tema. Selain unsur-unsur yang datang dari luar diri pengarang, hal-hal yang sudah ada dan melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap terciptanya suatu karya sastra.
(62)
5. Gaya dalam Menggambar Komik
Komik terdiri dari tiga kelompok besar berdasarkan age segmentation atau kelompok usia pembaca (Gumelar, 2011: 54). Ketiga kelompok segmentasi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Children story
Segmen pembaca untuk usia prasekolah, TK, SD, dan sederajat, atau untuk kategori semua umur. Karakter dalam segmen cerita anak tidak selalu diperankan oleh karakter anak-anak. Karakter yang digunakan bisa berupa monster, alien, robot, dan orang dewasa, yang penting adalah jalan dan isi cerita tetap untuk segmentasi pembaca anak-anak.
b. Teen story
Segmen pembaca untuk anak-anak remaja seperti usia SMP, SMA, mahasiswa dan sederajat. Pada segmentasi ini cerita yang disajikan biasanya tentang percintaan remaja dan kehidupan remaja pada umumnya. Namun bisa juga tentang fiksi ilmiah dimana gaya cerita dan karakter yang ada kebanyakan remaja yang disesuaikan dengan gaya cerita remaja.
c. Adult story
Segmen pembaca khusus dewasa atau diatas 17 tahun tergantung pada standar dewasa di setiap Negara. Di dalam komik dewasa biasanya banyak digunakan kata-kata kasar, sumpah serapah, adegan kekerasan, dan seksual. Oleh
karena itu pada sampul diberi tanda “17 tahun keatas” atau “bacaan khusus dewasa”
(63)
Media komik untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran bahasa Indonesia dibuat dengan segmentasi children story. Terlihat dari pembuatan karakter khas dunia anak-anak, bermakna edukatif, dan mengandung unsur pendidikan karakter. Gaya ini sangat sesuai untuk segmentasi pembaca usia SD. Hal ini karena cerita yang digunakan adalah dari kehidupan sehari-hari siswa. Alur cerita juga dibuat sederhana sehingga tidak membingungkan pembaca.
6. Prinsip Desain Komik
Prinsip desain perlu diperhatikan untuk mengembangkan komik yang menarik. Pada kaitannya sebagai media pembelajaran, komik yang menarik akan meningkatkan motivasi peserta didik dalam membacanya. Prinsip desain di dalam membuat komik (Gumelar, 2011: 268) yaitu:
a. Emphasis (Penekanan): emphasis mempunyai padanan kata point of
interest, dominance dan focus, intinya memberikan suatu adegan, satu halaman, satu panel atau cerita komik yang terfokus, sehingga perhatian kita langsung tertuju pada adegan, panel, atau cerita yang kita tekankan tadi. Penekanan biasa dilakukan dengan memberi perbedaan dan dominasi warna, pada ukuran, ruang yang diberikan, isolation (pemisahan) dan kepribadian karakter apabila merujuk pada non tampilan gambar.
b. Composition (Komposisi): terdiri dari berbagai pecahan,
(64)
rhythm-variation-c. Camera View (Eye View): melibatkan perspective (sudut pandang), distance (jarak pandang), dan movements/motions (pergerakan objek).
d. Function (Fungsi); setiap desain akan mempunyi tujuan tertentu agar mempunyai fungsi, fungsi tentu sesuai dengan tujuan desain dibuat.
e. Comfortability (ergonomis): di dunia komik, kenyamanan dengan
segmentasi usia yang sesuai target, bagaimana membuat mudah membawanya, dimana ukurannya menjadi acuan, lalu bagaimana dengan kemudahan membaca tulisannya, dan hal-hal lainnnya yang dianggap akan membuat nyaman pembacanya.
f. Material Light and Strenght (Material ringan dan kuat): komik di print di bahan yang tidak mudah rusak untuk special edition, bisa juga tahan lama bila diupload di internet.
g. Ecosystem Friendly (ramah lingkungan); penggunaan media tidak
memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Komik sebagai media komunikasi mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang luar biasa sehingga kadang digunakan untuk berbagai tujuan (Lyus, 2006: 70).
Pemanfaatan komik bisa disesuaikan dalam berbagai konteks tujuan, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan sebagai media pembelajaran. Komik dalam pembelajaran tentu harus dipilih yang mengandung unsur pendidikan. Sebagai media pembelajaran komik dapat memberikan hiburan kepada peserta didik sekaligus sebagai media belajar.
(1)
263
(2)
264
Lampiran 40. Surat Rekomendasi Penelitian Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Semarang
(3)
(4)
266
(5)
267
(6)
268
Lampiran 43. Dokumentasi Pengambilan Data Tugas Akhir Skripsi
Siswa saat melakukan uji coba satu-satu Siswa saat melakukan uji coba kelompok kecil
Siswa saat melakukan uji coba operasional Siswa saat membaca komik untuk persiapan postest
Siswa bertanya jawab kepada guru dan peneliti
Siswa melakukan postest Siswa, guru kelas, kepala sekolah, dan peneliti u usai pengambilan data penelitian